Thankyou, Mr.Wolbert!

17 4 0
                                    

Namaku adalah Riley Wolbert. Jujur, aku pria kelahiran Florida yang sekarang akan pindah ke Tennesse. Ya, pekerjaan Ayahku memang selalu berpindah-pindah seperti ini. Tapi aku menyukainya. Dengan begitu aku bisa melihat wajah cantik para gadis dari daerah mana saja.

Malam ini aku sudah sampai di Tennesse. Aku dan adikku segera membantu Ibu menaruh barang dirumah. Sementara Ayah sedang mengurusi urusannya yang tidak perlu kuketahui. Aku tinggal di daerah perumahan yang lumayan bagus. Setidaknya aku sering melihat banyak wanita lewat disini. Termasuk dengan tentangga baru disamping rumahku. Kukira, anak gadisnya luar biasa menawan.

"Permisi,"Ucapku sambil mengetuk pintu rumah tetangga baruku ini. Terbukalah pintunya dan menampilkan gadis yang baru kubicarakan.

"Eh, ya?"Ujarnya sambil menatapku kikuk. Aku pun sama.

"Namaku Riley Wolbert, senang bertemu denganmu. Aku baru saja pindah kesini-disamping rumahmu- dan ya, ibuku membuatkan kue ini sebagai salam perkenalan."Ujarku panjang lebar.

"Woah-"Dia nampak tersenyum. Senyum itu tertuju padaku. "Senang bertemu denganmu juga. Namaku adalah Erlanca Marcoritoz."

"Nama yang bagus, seperti orangnya."Kataku cukup percaya diri.

"Ya, terimakasih."Ia nampak tersipu. "Kau mau masuk ke dalam? Aku akan memperkenalkanmu dengan Ayah-ayahku."

"Ehm,"Aku berpikir sejenak untuk mempertimbangkan tawarannya dan bertemu dengan ayah- maksudku apa dia punya dua ayah?

"RILEY!"

Sialan. Kesempatan emas ini direnggut oleh Cameron, adikku. Aku terpaksa harus menemaninya berbenah rumah lagi.

"Mungkin, kapan-kapan saja."Jawabku. "Senang bertemu denganmu. Selamat malam,"

"Senang bertemu denganmu juga,"Jawabnya sambil tersenyum kepadaku. Oh, lihatlah wajahmu, Ms. Erlanca.
------

Besoknya aku memutuskan untuk berkuliah. Ya, aku sudah masuk di suatu universitas yang cukup terkenal disini. Meski kuakui harusnya aku bisa masuk di Columbia. Tapi tak apalah. Aku lumayan mencintai kota ini.

Sepulang kuliah aku kembali membantu ibuku berbenah rumah. Barang-barang bawaan kami cukup banyak apalagi ibu juga sempat menambah perabotan baru yang kuakui itu tidak penting. Tapi itulah ibuku, jika kau mengajaknya berbelanja, maka dia akan mengambil apapun yang ia mau. Salah besar kemarin Ayah mengajaknya berbelanja.

"Ib-u,"Nafasku tersengal sehabis mengangkat kursi makan. Aku mengelap keringatku yang mengalir di pelipisku.

"Hm?"Ibu nampak sibuk mencari posisi yang bagus untuk beberapa koleksinya.

"Aku pikir ini tidak akan selesai jika hanya aku dan Cameron yang melakukannya."Gerutuku lalu duduk di sofa sambil mengusir penat.

"Kau tidak menghitung jasa ibu?"Tanya Ibu sarkastik.

"Kerja ibu hanya mendekor ulang posisi barang yang sudah kuangkat bersama Cameron."Ketusku sambil mengambil softdrink yang disediakan ibu. "Aku lapar,"

"Kau baru saja mengangkat kursi makan, Riley! Mana mungkin kau bisa secepat ini meminta makan padaku,"

"Arrgh! Ayolah, Ibu!"Geramku sambil memohon kepada Ibu.

"Tidak, selesaikan semua tugasmu dulu."Kata Ibu keras kepala.

"Baiklah, aku akan mencari makan diluar."kataku lalu beranjak pergi tidak memerdulikan ibu yang tengah meneriaki namaku.

"Hei, Mr. Wolbert!"

Rupanya si cantik Erlanca yang memanggilku. Aku pun menghampirinya. "Kau tak perlu seformal itu memanggilku."

Thankyou, Mr. Wolbert! [One Shot]Where stories live. Discover now