White Chrysanthemum

184 15 44
                                    

Joker Game fanfiction

Warn: OOC, typo(s), cliffhanger, hurt/comfort, Alternate Universe, family, OC insert, bittersweet.

The christmas present for Vessalius04 & AoiKitahara_

'They asked me, "how did you free yourself?".'

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Langit yang tertangkap oleh netranya kini berwarna biru cerah, namun ia tak bisa menikmatinya, sama sekali tidak. Kebebasannya, kehidupannya, dan mimpinya dikurung di dalam sebuah sangkar yang mereka sebut rumah. Ia tak pernah diizinkan untuk mengembara di dunia luar, dirinya dibatasi oleh jeruji besi tak kasat mata.

Hidup seperti apa yang kau inginkan?

Tidak ada.

Mimpi apa yang dimilikinya?

Apa yang diinginkannya?

Ia tak mengerti. Pertanyaan itu diluar dari pemahamannya. Selalu ada solusi dan jawaban dari setiap pertanyaan. Namun baginya, ia tak pernah dapat menjawab pertanyaan itu. Sekali pun.

Pintu kamar yang terbuka diketuk pelan, memperlihatkan wanita blasteran Jepang-Inggris berambut obsidian dengan kacamata yang selalu bertengger pada batang hidungnya.

"Aoi, sarapan sudah siap," ucapnya sambil tersenyum kecil kepada gadis berambut hitam kecoklatan dengan sepasang iris electric blue-nya, sama seperti wanita tersebut ia juga memakai kacamata serupa.

"Baiklah," kata Aoi singkat.

Lucifenia Vessalius- atau Izawa Vessalius hanya tersenyum kecut mendapati sikap putrinya yang terkesan dingin, "Kalau begitu ayo, papamu nanti cerewet jika kita tidak cepat."

Aoi hanya mengangguk kecil kemudian berjalan melewati Vessa tanpa mengucapkan apapun lagi.

Keduanya disambut oleh senyuman hangat dari sang matahari yang tengah menanti di meja makan, "Vessa- chan, Aoi- chan bergegaslah makan sebelum makanannya menjadi dingin."

Kursi ditarik hingga menimbulkan bunyi decit sekilas. Aoi duduk dengan tenang tanpa mengucapkan sepatah kata apapun. Mengambil sumpit, setelah itu menyatukan kedua telapak tangan.

"Selamat makan."

Hening. Tak ada kehangatan yang timbul di meja makan tersebut, atmosfir di sekitar terasa berar dan menyesakkan. Salah satu dari mereka enggan mencairkan suasana, karna hal yang seperti ini sudah sangat biasa. Terlebih suasana yang tidak mengenakan ini sudah berlangsung lama.

"Uh- bagaimana pelajaranmu Aoi- chan?" Sang kepala keluarga mencoba untuk membuat suasana sedikit santai.

"Seperti biasa."

"Kalau begitu- latihan biolamu? Minggu depan kau ada kompetisi 'kan? Papa dan mama nanti akan datang untuk menyemangatimu!" ucapnya riang.

"Tidak usah, tak apa. Lagipula itu bukan kompetisi nasional." Aoi merespon dengan singkat sambil beranjak membereskan piringnya, "Terima kasih atas makanannya, aku sudah kenyang."

Aoi melewati kedua orang tuanya tanpa berkata apapun lagi. Berusaha menghindari interaksi sosial yang ada.

"Kaminaga...." Vessa menatap suaminya khawatir.

"Lagi-lagi kau menghindari papa, Aoi- chan. Seberapa bencinya kau pada papa?" gumamnya pelan.

Membanting tubuhnya pada kasur yang empuk, penat dan lelah meskipun tidak beraktivitas berat. Ia menoleh ke kanan dengan posisi tubuh tengkurap, menatap biola beserta busurnya yang berada di bawah lantai, bersandar pada dinding biru langit kamarnya.

ChrysanthemumTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang