Langkah gadis itu tidak ada henti-hentinya menyentuhkan sepatunya di lantai. Tentu saja,karena ia belum mencapai kelasnya.
Dan sepertinya, ia juga sudah beberapa kali berhenti untuk membalas sapaan teman sekolah yang satu angkatan dengannya.
"Cady!"
"Hai"
"Tumben cepet datengnya,cad"ucap temannya di depan pintu kelas membuatnya memutar bola matanya sekilas.
"Gue dateng cepet,ditanyain. Giliran on time,diomelin. Gimana sih mas,maunya ?"balasnya dengan seringaian kecilnya
"Nikah? Mau?"
"Liat nanti ya. Kalo jodoh udah ketutupan sama badan kamu"balasnya akhir lalu memasuki kelas dengan tawanya
Untungnya,si Gogo-orang berbadan gempal yang di pintu tadi- tidak marah. Karena,mereka emang kelas yang akur. Sering becanda dalm keadaan apapun,sekalipun itu berduka. Yah,itung-itung untuk menghibur.
Cady duduk di bangkunya dan menaruh tasnya di atas meja yang berdempetan -disatukan- dengan meja yang banyak di coret-coret oleh correction pen yang untungnya,kosong. Alias,sejak awal dia memang duduk sendiri.
Dia membenarkan letak kacamatanya. Lalu tertawa dalam hati, setelah mengedarkan pandangannya ke sekeliling penjuru kelas.
Rekor baru! Gue dateng keempat pertama di kelas.
Dia pun menanyakan tugas hari ini ke Gogo, yang dijawab santai "Cad,lo sehat? Gue kan nggak pernah ngerjain pr"
Cady mendengus sambil membenarkan dalam hati lalu kembali ke mejanya yang sebelumnya telah meninju pelan lengan atas Gogo yang berisi itu.
♥♥
Cady bukan nerd yang penakut,ber-rok panjang, baju longgar, dan berkacamata tebal.
Memang matanya minus, tapi itu bukan karna ia kebanyakan baca buku pelajaran atau buku bermanfaat lainnya seperti nerd kebanyakan.
Ia hanya tidak menjatuhkan pilihannya pada softlens, dan memilih kacamata,toh minusnya hanya dua dan nol koma tujuh lima.
Dia lucu. Kebanyakan berteman dengan cowok. Dan sesukanya.
Jadi,dia tidak pernah di bully. Dan lagipula,dia tidak pernah peduli dengan orang lain. Sekalipun dalam keadaan dibully.
Tapi,sekarang? Saat dia baru saja ingin pulang setelah menunggu hujan reda,dia ingin ke kantin untuk membeli makanan kecil untuk dia makan dalam perjalanan pulang dia melihat dua laki- laki dengan salah satunya yang dipojokan ke tembok. Seperti ingin berkelahi setelah melihat ekspresi keduanya.
Dia berjalan dengan berusaha sekerasnya untuk tidak melirik mereka secara berulang. Toh,dia tidak mengenal mereka, hanya sekedar tau. Namanya Alfa dan Arva. Yang sering terlihat berjalan bersama kemanapun itu.
" Ini bu, chubanya dua"ucapnya sambil mengeluarkan uang limaribuan
"Dua ribu neng"
Setelah menerima kembalian,dia kembali berjalan secepat mungkin meninggalkan kantin sambil mengeratkan pegangannya di tali tas.
"Eh,CAD!"panggil yang diketahuinya adalah suara Arva.
Dia terpaksa berhenti,berekspresi seperti orang bingung lalu membalikan badannya tanpa mengucapkan apapun.
"Cady kan?"cady mengangguk seolah -dibuat buat- bingung.
"Sini bentar"ucap Arva lagi setelah menjaga jarak dengan Alfa yang diam sedari tadi,hanya memperhatikan Cady dalam diam.
"Lo kok tau gue?"tanya cady akhirnya
"Liat deh. Alfa ganteng gak?"tanya Arva tanpa menjawab Cady.
Cady mengerutkan dahinya,jika tadi dia hanya berpura-pura bingung sekarang dia melepaskan kata pura-pura.
"Hah?"
"Gantengan Alfa atau gue? Gue, Arva."ucapnya memperkenalkan
"Yya -kan lo berdua cowok. Ya be-rrarti ganteng dua-duanya." Balas Cady netral sambil menerka-nerka apa karena pertanyaan ini keduanya berantem tadi.
Ketiga-nya terdiam beberapa detik. Cady tidak pernah berniat berbicara lagi karena sekarang bujan gilirannya bicara. "Ah iya,gue kenal lo soalnya-"
"Soalnya,ya siapa sih yang nggak kenal lo disini? Cewek kacamata, yang keliatannya imut imut tapi nyatanya nyeremin"potong Alfa cepat.
Cady menghembuskan napasnya sepelan mungkin dan berusaha mengontrol ekspresinya agar tidak terlihat kesal. "Ah,oke"lalu setelahnya pergi secepat yang ia bisa.
"Tadi tuh ngapain sih?"gumamnya sambil berjalan menuju mobil temannya, Vano.
Teman dekatnya saat kelas satu sma,yang sudah berpindah ke sma lain karena di DO dari smanya yang merupakan masih sekolah cady saat ini."Hahh! Untung kali ini lo bisa jemput ya ,no"
"Kenapa emang? Abis dikejar setan waktu nunggu ujan,huh?"ledeknya dengan tawa kecil
Cady mendelik sambil mendesis "lebih lebih setan yang nggak keliatan,kali ini setan tapi yang keliatan. Ada dua lagi!"
"Cad"
"No! Lo kenal gue lumayan lama daripada cowok lain selama gue sma. Udah berapa kali gua bilang gue nggak suka dipanggil cad, kayak kucing tau nggak sih?"omelnya sambil memasang muka sebal.
Vano teman laki-laki pertamanya di sma. Walau terbilang baru setahun beberapa bulan,tapi keduanya -menurut cady- sudah seperti berteman bertahun-tahun.
Cady tidak pernah jaim dengan Vano. Sekalipun itu diawal bertemu. Mungkin itu yang membuat keduanya langsung nyambung.
"Heh! Lo kan juga udah gue bilangin,jangan manggil gue no. Berasa nggak tau!"omel Vano balik.
"Ya,tapi kan nama lo emang Vano!"
"Lah? Nama lo kan juga emang cady. Salah nggak gue panggil cad ?"
"Ah tau ah!"ucapnya lalu membuka tasnya,mengambil camilan yang tadi dibelinya di kantin.
Kantin.
Omong-omong tempat itu. Cady jadi teringat yang tadi.
Ih! Tapi kan Cady orangnya nggak peduli. Kenapa sekarang dia harus pikirin si kembar tak sedarah itu?
"No,ehm. Vano"dia memperbaiki panggilannya,lalu menawarkan cikinya.
"Gue tadi masa diajak ngomong sama si Arva sama Alfa. Dia nanya aneh gitu"
Uhukk..uhhukkk
"Lo mau bikin gue mati ya ?"omel Vano setelah meminum botol mineral di sampingnya
"Lah kok mati sih? Gak jelas lu"
"Dih! Lo ngasitau berita tuh,jangan waktu gue fokus ngunyah"
"Mana ada orang fokus nguyah dodol! Ngunyah mah ngunyah aja"omelku sambil memukul lengannya,tapi ya Cady tertawa juga melihatnya.
"Tau ah"
"Lah ya tau"
Mereka lalu diam. Mengatur napasnya yang sempat tidak teratur karena masalah keselek Vano. Sebenernya sih ini masalah biasa, tapi Vano tuh nyebelin kalo diajak curhat.
"Tuh kembar ngomong apaan?"Cady meliriknya sekilas,lalu menatap tajam ke jalanan yang di depannya tanda dia sudah nggak mood untuk cerita lagi.
Vano berdecak. Gini nih, minusnya Cady. Secuek apapun dia,pasti ada aja sifat ceweknya, gampang ngambek.
Vano memberhentikan mobilnya di depan warteg. Langganan Vano yang merangkap menjadi langganan Cady juga semenjak mengenal anak itu.
"Ayo makan! Ngambeknya lanjut nanti"ucap Vano lalu langsung keluar dari mobil.
Mata perempuan itu memperhatikan cowok -yang sedang berjalan ke dalam warteg tanpa berucap apa-apa lagi- dari dalam mobil. Cady nggak lapar. Jadi dia mengunci mobil itu dari dalam,dan berdecak.
Mereka mirip. Tapi tidak ada yang sadar. Sifatnya, sama sama cuek dan nggak pedulian sama orang.

KAMU SEDANG MEMBACA
Cool Nerd
RomanceTell me. Apa semua orang yang berkacamata itu nerd ? Biar kuperjelas, mataku minus? iya. Aku memakai kacamata ? Yap. But i'm not totally nerd. Biar kutunjukan cara menjadi nerd yang keren