Seorang Teman

1.9K 41 23
                                    

Apakah kalian pernah main ayunan? saat kecil, Aku ingat betul ada ayunan yg dibuatkan dari ban bekas yg di ikatkan di sebuah pohon nangka, setiap pagi dan sore aku sering main disitu. Sendirian, karena di tempat tinggal saya yg dulu tidak banyak anak seusiaku.

Sampai suatu hari saat aku tengah bermain, ada yang mendorong ayunan pelan. Aku menoleh, dan dibelakangku ada seorang anak perempuan seusiaku kala itu. Dia tersenyum dan berkata

"aku ikut main yaa, aku sedih main sendiri terus"

anak ini memakai baju terusan rok dengan warna putih berenda.

Aku : ayokkk.. Kamu siapa?
Kataku dengan khas suara anak usia 6 tahun..

"Sari" jawabnya

Aku : oooo ayo main..

Kami pun bermain layaknya bocah tk pada umumnya, Sari ini waktu itu penampilanya sama seperti layaknya anak umur 6tahun biasa, seingatku dulu rambutnya panjang dan kulitnya putih sekali..

Sore menjelang kami dduk2 di dekat ayunan.

Sari : pulang yaa.. Ibuku manggil..

Aku : mana?? Aku gak denger?

Sari : kamu belum bisa denger sekarang... Besok main lagi yaa..

Sari berlari ke semak2 dan ga tau kemana dia pergi...

Oh iya saat itu aku tinggal di daerah semarang. Karena ayahku bertugas disana sebagai angkatan bersenjata. Tempatnya masih di desa, jd rumah2 sedikit berjauhan..

Aku dijemput ibu yang muncul dr samping rumah.

Ibu : ayoo rizal mandi dulu,  td main sama siapa?

Aku : sama sari bukk

ibu : sari siapa nak?

Aku : Sari, ya sari buk

saya dan ibu saya akhirnya masuk kerumah.

Setelah pertemuanku dengan sari, perlahan saya merasa tak hanya keluarga saya yg tinggal disini. Hari pertemuan dengan sari adalah hari kamis. selain hari kamis, kami tidak pernah bertemu.. Pertemuan kamipun brlangsung sudah beberapa minggu.. dan banyak kejadian aneh yg baru saya sadari setelah sedikit lebih berumur..

Diantaranya, sari menunjukan rumahnya, tapi aku gak liat apa2. begitu ibu saya datang, sari langsung pergi ngumpet. Bahkan ibu sempat ikut mencarinya tapi tidak pernah ketemu padahal aku yakin dia tadi dibalik pohon. dia juga sering memakan bunga, ya bunga melati dimakan mentah.

Aku masih bocah kala itu, dan pikiranku belum sampai jauh.. tidak ada rasa khawatir sama sekali. yang aku tau, aku punya teman bermain yang menyenangkan, berbeda dengan ibu.

beliau mulai khawatir. ternyata diam-diam beliau sering mengintip aku bermain. dan yang mengejutkan, beliau berkata tidak melihat apa pun selain aku yg bermain sendiri dan berbicara sendiri !!!

hari demi hari berlalu. ibu melarang aku bermain lagi dengan sari. tiap aku curi waktu bermain ayunan di hari kamis, sari pasti sudah duduk sambil mengayunkan ayunan pelan sambil bersenandung macapat jawa. dan setiap pulang kerumah dan ditanya main dimana, saya jawab main sama sari. ibu pasti langsung memarahi aku.

saking khawatirnya ibu menyuruh orang untuk mencopot ayunanya dan dipindah ke depan teras depan rumah.. tapi itu tidak membuat aku jera, aku masih saja bermain di dekat pohon nangka dan asem jawa di belakang rumah. untuk apa lagi kalau bukan bermain dengan sari..

sampai akhirnya, ibu marah besar dan meminta orang untuk meratakan dan membersihkan halaman belakang rumah dari pepohonan. Awalnya banyak yg gak ngebolehin, karena rumah yg di huni kami sekarang adalah rumah dinas tua dan pohon2 d belakang rumah jg sangat tua. Orang yg dimintai tolong juga merasa keberatan. tapi ibuk itu, kalau sudah punya keinginan harus terlaksana.

Setelah dapat meyakinkan bapak, akhirnya pohon2 di halaman belakang ditebang. dan dibuat pelataran dr konblok..

disinilah kisah kelam saya dimulai dan akan berlanjut hingga saya dewasa.

100 Tahun Setelah Aku MatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang