PART 1

409 14 0
                                    


Ocha Side
"Hikz... Hikzzz", tangisannya makin menjadi aja, haduh bikin pusing.

"udalah Nad, kamu apa-apaan sich, cowok gitu pake ditangisin, mau dia jalan sama Rere, Afi,dan cewek-cewek lainnya, itu urusan dia, dia gak suami orang kok, jadi bebas", nasehatku pada Nadia.
Dia ini sahabatku yang paling akrab, dekat,ngerti aku tapi yah gitu dech, 'gila sama yang namanya cinta', dia selalu mengagung-agungkan cinta. Dia mulai suka sama Rangga waktu SD, kebetulan satu SMP juga, nah sekarang SMAnya juga bareng, gimana dia mau move on yah. Rangga sendiri terkenal bukan cuma kepintarannya, dia juga ganteng sesekolahan, hahaha itu sich kata cewek-cewek sini, tapi aku gak berminat ke dia. Ngapain coba mikirin cinta-cintaan masih SMA juga, cinta itu cuma khayalan orang lebay kayak Nadia, aku gak percaya namanya cinta, senang lihat dia senyum, jantung jadi berdebar kencang saat menatapnya, cemburu lihat dia jalan sama cewek lain, omong kosong itu semua, aku gak pernah ngerasain itu selama hidup 17 tahun ini.

"kamu gak tahu aja cha gimana rasanya sedih lihat orang yang kita sayang jalan di depan kita sendiri, sakitnya bikin napas sesak Cha, Rangga juga gak ngerti banget perasaan aku, tega kamu Rangga", lha sekarang dia malah tambah nangis sambil merobek-robek tisu yang tadi dipakenya.

"kamu aneh Nad, bukan cuma Rangga cowok, kamu masih muda gak usah mikir cinta-cintaan, sekolah yang bener dulu, lagian si Rangga mana ada salah kamu yang gak pernah berani bilang suka sama dia dia mana tahu kalau gak kamu bilang".

"natap dia aja bikin jantung deg-degan apalagi bicara sama dia, bisa pingsan aku Cha".

"ya kamu nyerah,cari cowok lain aja", jawabku santai.

"gak semudah itu, aku aja belum berjuang kamu malah suruh nyerah, aku gak bakalan berhenti sukain dia sampai suka sama aku", balasnya berbinar.

Terserahlah, pikirku, yang sakit hati juga dia bukan aku. Mending pulang daripada dengar curhatan Nadia yang gak jelas.

"ehh kalian apa-apaan nih, main keroyok aja, kalau berani jangan rame-rame! ".

Saat perjalanan pulang, aku melihat seorang anak kecil laki-laki sekitar 4 tahun terduduk karna diganggu oleh anak-anak sekitar 6 tahunan. Mereka berlarian saat aku berteriak mencegah perbuatan mereka tadi.

"Hikzz..... Hikzz", dia menangis saat aku mendekat.

"udah jangan nangis dek, kamu gak diapa-apainkan? ", tanyaku menenangkan tangisnya.

Dia hanya menggeleng tapi setelah itu dia menunjuk ke arah tanah.

"ice cream kamu jatuh, kakak beliin yang baru yah", kataku lagi mengelus rambutnya.

Anak sekecil ini orang tuanya ke mana yah, tega benar biarin anaknya digangguin sampai nangis gini, pikirku.

"ya udah tunggu sini bentar, kakak mau belin ice cream dulu", dia mengangguk tanpa bersuara.
Banyak juga yang beli ice creamnya, nunggu 8 menit dulu baru dapat. Aku mengerutkan dahiku saat anak kecil tadi sudah tidak di sana lagi, kupandangi semua arah mencarinya, mataku terhenti saat melihat seorang laki-laki menggendongnya sambil menepuk punggungnya dari kejauhan, mungkin ayahnya, syukurlah, aku juga bingung mau cari ke mana orang tuanya.
@@@@@
Saat kamu jatuh cinta, berarti kamu akan siap merasakan kebahagiaan sekaligus kesedihan pada waktunya.

"ngapain sich kita ke pasar malam segala, si Rangga ngapain juga ke sini, nyebelin".

"Sssttt... Jangan kuat-kuat nanti Rangga denger, lupa yah kalau dia itu pas di depan kita", kata Nadia dengan wajah kesal, aku hanya nyengir.
Aku menatap pasar malam ini, ramai juga yah, aku mana pernah diajakin ke pasar malam, mama sama papa sibuk sama kerjaan, gak ada waktu buat aku, tapi aku tidak terlalu ambil pusing, mereka gitu juga buat biayain aku sekolah. Asyik kali yah naik komedi putar itu, aku bisa naik gak yah, melihat semua yang naik anak-anak maklumlah aku belum pernah.

"Nad aku ke sana aja yah, bosan aku lihat kamu yang dari tadi ngintip terus, samperin aja kenapa sich", kataku sebelum pergi ke arah komedi putar tadi.
Aku terus melihat anak-anak yang terlihat begitu senang didampingi orang tua masing-masing, kenapa aku gak bisa sebahagia itu waktu kecil, batinku sedih. Tatapanku berhenti pada pria yang sedang mendampingi anak laki-laki kira-kira empat tahunan, dengan telaten mendudukkan anak tersebut.
"deg... deg... deg".
mata ku seolah lupa untuk berkedip, di sepanjang putaran hanya dia yang menjadi pusat perhatianku, senyumnya pada anak kecil itu membuatku ikut tersenyum, perhatiannya pada anak tersebut membuat hatiku berdesir.

"Cha, ternyata kamu di sini dari tadi dicariin juga, kak Rangga gak tahu ke mana aku kehilangan jejaknya tadi, ramai banget sich", omel Nadia mengganggu perhatianku saja.
Aku menatapnya sebal. Dia mengerutkan keningnya seolah bertanya'kenapa? '.

"kamu berisikkk baget, ganggu orang aja". Hahahaa dia mengerucutkan bibirnya.

"katamu jatuh cinta itu tanda-tandanya seperti jantung deg-degan, setiap yang dia lakuin jadi pusat perhatianmu, senyumnya membuatmu tersenyum juga? ".
Nadia sudah dari tadi mengangguk menjawab pertanyaanku, tapi aku belum yakin dengan perasaanku saat ini, maknya terus nanya.

"Hufthh...", kubuang napasku berat.
"kenapa tanya-tanya gitu? ".
"lihat cowok yang sana, kayaknya masih SMA,dia lagi bareng sama keponakannya mungkin", Nadia masih bingung dengan pembicaraan ini.
"aku ngerasain tanda-tanda tadi sama cowok itu", lagi-lagi aku menatap laki-laki itu.
"yang bener?, kamu gak becandakan? " aku mengangguk pasti.
"wah kamu berarti jatuh cinta pada pandangan pertama donk".
aku hanya mengedikkaan bahu sebagai jawabnya. Kualihkan lagi pandanganku kepadanya, jantungku bisa meledak kalau begini, batinku menyentuh bagian dadaku yang dari tadi terus berdetak. Ya ampun aku bisa gila, teriakku dalam hati.

"awas ngiler! ", peringat Nadia yang membiatku kesal.
Putarannya semakin lambat, pasti udah mau selesai, apa aku kenalan aja,ngikutin dia kayak Nadia ke Rangga,atau minta nomornya,tidak-tidak kenapa aku jadi centil gini sich, batinku frustasi.

"tuch pangerannya turun, gak mau disamperin?", goda Nadia. Aku juga bingung mau ngapain, gak apa -apalah duluan, demi cinta, pikirku.

"yah, aku mau jagung itu".
"deg".
Mendengar anak laki-laki yang sedang digendongnya dan wanita muda yang kini di hadapan si pria membuatku terkejut, jantungku seakan berhenti, napasku sesak mendengarnya, kakiku terasa lemas tak berdaya.

"aku juga mau dibeliin jagung yah", lagi-lagi suara anak itu membuatku semakin sesak, itu anaknya?, itu istrinya?, apa aku sedang bermimpi?.

HijrahkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang