Author POV
"Happy anniversary sayang, maafin aku cuma bisa ngasih ini doang." Ucap seorang gadis sambil memberikan kotak ke seorang lelaki di depannya.
Lelaki tersebut tersenyum simpul, "iya gapapa ko, maaf ya udah ngerepotin kamu."
Gadis bertubuh mungil itu menggeleng, "engga ko, kamu ga ngerepotin aku."
"Maafin juga aku ga bisa ngasih hadiah apa-apa ke kamu, aku sibuk banget minggu ini."
"Iya, gapapa ko."
"Oh iya, aku mau ngomong serius sama kamu." Kata lelaki tersebut sambil memegang kedua tangan gadisnya.
"Maafin aku sebelumnya, cuma aku mau kita cukup sampe disini aja." Ucapnya serius.
"Ma..maksudnya?" Tanya gadis itu dengan suara gemetar.
"Aku tau kamu ngerti apa yang aku maksud."
"Kenapa? Aku buat salah sama kamu?"
"Engga ko, cuma aku mau fokus sama osis dulu. Lagian diluar sana banyak ko yang lebih baik dari aku."
"Tapi, menurut aku, kamu yang terbaik ko buat aku." Kata gadis itu sambil menutup mukanya dengan kedua tangannya.
"Sttt, kamu ga boleh nangis. Kamu tau kan aku ga suka liat cewe nangis?" Balas lelaki itu.
"Cuma jujur sama aku, kenapa kamu mutusin aku?" Tanya gadis itu.
Bukannya menjawab, lelaki tersebut malah diam, "COBA KAMU JUJUR SAMA AKU KENAPA KAMU MUTUSIN AKU DENGAN ALASAN YANG GA MASUK AKAL?!" teriak gadis itu.
"Oke, aku jujur." Kata lelaki itu sambil menarik rambutnya frustasi.
"Sebenernya aku tuh mau fokusin hubungan aku sama devani dulu."
"Devani?"
"Iya, devani soda--" "fer, lo... lo ngapain disini?" Tanya seorang gadis.
"Eng, enggaa. Aku la,lagi ma-" "loh ko kamu gugup sih? Terus cewe ini kenapa? Ko dia nangis?" Potong gadis itu lagi.
"Kamu," kata gadis itu diam tak percaya. Davina, yap, sodaranya sendiri. Dia dihadapannya.
"Davina, lo kenapa? Lo gapapa kan?" Tanya gadis tadi.
Yang di tanya hanya diam tak bergeming, pikirannya kacau. Ralat, bukan kacau lagi. Bahkan sangat sangat kacau, ditambah kedatangan seseorang yang tidak diharapkannya.
"Vin, lo nangis? Lo kenapa vin? Jawab gue vin." Tanya gadis itu lagi.
Davina muak dengan semua drama ini, dia lelah mengikuti alur yang tidak di ingikannya.
Davina berdiri menghadap lelaki di depannya, "lo udahkan ngomongnya? Gue balik duluan. Makasih atas dua tahunnya, satu lagi. Jagain kakak gue, jangan sampe lo nyakitin dia."
"Loh? Maksudnya apa? Lo kenal sama feron vin? Terus mak--" "gue balik dulu van, lo jangan pulang malem-malem. Entar mama sama papa nyariin." Ucap davina memotong perkataan devani.
Devani hanya diam, dia tak tahu apa yang sebelumnya terjadi. Devani masih berdiri dalam diam, dia hanya melihat punggung davina yang telah menghilang dari pandangannya.
Seakan mengerti akan suasanya, lelaki itu pun mendekati sosok gadis yang masih berdiri dalam diam.
"Udah jangan dipikirin yang tadi, nanti kalo udah waktunya, aku bakal kasih tau kamu ko." Ucap feron sambil merangkul devani.
****
Ku tak habis pikir
kurang ku dimana
KAMU SEDANG MEMBACA
History
Teen Fiction"Kisah ini tentang kita. Tentang aku yang berjuang dan kau hanya menyaksikan dalam diam, tanpa respon." - Davina Adreana. "Kau tak pernah paham sesedih apa tulisan yang kamu buat dari kepergianmu." - Adrian