Part 5

1.2K 134 5
                                    

Author POV

Jadwal on call mengharuskan Kanifa untuk stay dirumah sakit lagi. Beruntung Dokter Tri hari ini sudah kembali masuk sehingga pasien tidak terlalu hectic. Sembari ia mengusir rasa bosan setelah selesai praktek, ia mampir ke coffee shop langganannya di depan rumah sakit.

Ditemani secangkir cappucinno, sudah hampir 2 jam ia duduk disana. Perutnya pun kembali keroncongan. Akhirnya ia memesan sandwich sebelum kembali ke ruang istirahatnya. Akran tidak terlihat hari ini. Mungkin dia sedang tidak ada jadwal on call, pikir Kanifa.

Ia menuju lokernya untuk mengambil baju ganti serta peralatan mandi sampai matanya menangkap payung yang tadi ia bawa--payung Akran--dan selimut dari stranger kemarin. Ia berfikir akan mengembalikannya ketika ia sudah bertemu Akran nanti. Air hangat membasuh tubuhnya yang lelah, memberikan sensasi nyaman dan ingin berlama-lama di kamar mandi.

"Lo ngapain?" tanya Kanifa karena melihat Salsa di ruang istirahatnya. Salsa masih mengenakan seragam OK nya.

"Menurut lo aja Kanifaaaaa. Lo pikir gue lagi jualan gorengan??" Kanifa menatap sahabatnya bingung. Guratan lelah terlihat jelas di wajah sahabatnya.

"Gila, ini salah  satu operasi terlama yang pernah gue lakuin. Hampir 10 jam gue ada di ruang OK. Syukur bukan gue yang pimpin operasi" ia mengambil satu tangkup sandwich milik Kanifa yang terlihat menganggur.

"Emang siapa yang pimpin operasi? Dokter Afni?"

"Bukan, Dokter Akran" Kanifa berhenti memakan sandwichnya karena mendengar nama itu. Jelas saja hari ini ia tidak melihat batang hidung Akran karena pria itu berada di ruang OK.

"Eh tapi dia keren loh. Performanya ngga turun sama sekali. Pembawaannya tenang pas lagi masa kritis. Terus nih ya, dia itu sama sekali ngga sombong ke juniornya termasuk gue. Mana ganteng lagi, duh. Apa gue gebet aja?" Kanifa melirik Salsa saat perempuan itu mengucap kalimat terakhirnya.

"Sebenernya, dia siapa sih?" pertanyaan Kanifa membuat Salsa menoleh heran. Keningnya berkerut dan mulutnya berhenti mengunyah

"Lo ngga tau Dokter Akran siapa???" sekarang Salsa memasang tampang seperti mengasihani sahabatnya ini.

"Dokter Akran itu Dokter pindahan dari Kalimantan. Baru beberapa hari yang lalu dia mulai kerja disini dan katanya, dia dokter yang cukup handal. Awalnya gue ngga percaya, tapi hari ini gue percaya setelah liat dia di ruang OK" Salsa mengatur nafasnya karena tanpa sadar ia bercerita dalam satu tarikan nafas.

"Lo bukannya operasi pasien bareng dia ya?" wajah Syarif langsung terlintas di pikirannya karena dia lah yang menjadi pasien Kanifa dan Akran.

"Iya waktu itu"

"He is cool, right? Sumpah, dimana-mana Dokter Akran jadi top trending topic" Kanifa tidak menjawab pertanyaan Salsa. Dirinya dan Akran hanya terlibat operasi kecil sehingga ia tidak banyak melihat performa Akran.

"Oh ya, lo yang waktu itu kasih gue selimut ya pas gue tidur disini?" ia tiba-tiba teringat hal tersebut.

"Selimut? Selimut apaan? Kapan? Ngapain gue kasih lo selimut? Di kamar ngga ada selimut emang?" sungguh, Kanifa tidak berniat menjawab satupun pertanyaannya. Kalau sudah begini, berarti bukan Salsa yang memberinya selimut.

Kanifa memutuskan keluar ruang istirahat dengan mengabaikan panggilan Salsa. Karena porsi makannya yang diambil sebagian, ia harus kembali mencari kudapan lain. Ia menuju minimarket langganannya untuk mencari cemilan. Pilihannya jatuh pada roti isi keju dan cokelat. Ketika hendak membayar, seseorang menyodorkan kartu debit ke hadapannya.

UnreachableWhere stories live. Discover now