Part 2

91 7 0
                                    

Bell pulang sekolah berbunyi disaat guru pelajaran terakhir dikelas Adeeva selesai. Semua murid di dalam kelas itu memekik senang, karena akhirnya mereka bisa bebas dari pelajaran matematika yang super membosankannya bagi mereka, tentu tidak berlaku pada Adeeva.

"Abis ini lo langsung pulang atau gimana, Deev?" tanya Lidya yang duduk disamping Adeeva bersama Alexa. Alexa hanya ikut mengangguk.

"Ada kumpul tutor." jawab Adeeva datar.

Lidya dan Alexa mengangguk serempak. "Boleh ikut? Boleh ya? Ya ya ya ya?" rengek keduanya serempak.

Adeeva melihat kedua sahabatnya dengan heran. Kenapa mereka tiba-tiba meminta ikut dengannya? Tidak seperti biasanya. "Gak!" jawab Adeeva singkat, padat namun jelas.

Penolakan pertama, mereka belum menyerah. Alexa memperlihatkan wajah memelasnya tepat dihadapan Adeeva. "Enggak!" penolakan kedua, kini giliran Lidya yang memasang wajah memohon dan wajah memelasnya.

"Enggak!" penolakan ketiga, keduanya menyerah. Jika sudah tiga kalo penolakan, Adeeva tetap tidak mengizinkan mereka.

"Ya udh, kita duluan! Bye, Deeva!" ucap Lidya dan Alexa serempak. Adeeva hanya bergumam dan memasukkan buku-buku nya yang berada di atas meja. Selesai itu dia menggendong tas nya dan menjinjing gitar kesayangannya menuju parkiran.

Seperti biasa, tak mau ambil pusing Adeeva memasang headset dikedua telinganya dan berjalan melewati koridor yang ramai, dengan tatapan mata yang menuju ke arah Adeeva. Sesekali Adeeva melirik ke salah satu murid dan kembali berjalan biasa.

Sampai di parkiran, Adeeva dengan cepat menemukan mobilnya, tak salah bila Adeeva membawa mobil itu, karena selain cepat ditemukan, warna mobilnya pun beda dengan yang lain. Selesai meletakan gitarnya dan tasnya di jok belakang, Adeeva langsung masuk ke dalam mobil.

Dan mobil Adeeva pun membelah jalanan.

● ● ●

"Weits, Deev! Tumben tepat waktu, biasa ngaret lu!" ucap salah satu pria di salah satu ruangan lumayan besar itu. Adeeva hanya tersenyum kecil dan meletakan gitarnya, lalu merebahkan dirinya di sofa yang tak jauh dari pria itu.

"Gimana? Seru?" tiba-tiba wanita paruh baya masuk dengan nampan penuh ditangannya yang berisi minuman juga cemilan.

Adeeva menghela nafas. "Biasa saja, gak ada yang spesial, apalagi seru!" jawabnya sambil menerima air yang diberikan oleh wanita itu.

"Lo harus buka diri lo, Deev! Lo sadar gak kalo lo itu berubah? Lo bukan Deeva yang dulu ceria lagi! Lagi pula itu kejadian udah lama bukan?" pria itu kembali berbicara.

"Lo enak ngomongnya! Yang jalanin siapa? Gue." jawab Adeeva sambil menghela nafas. "Lagian kagak ada yang ngaruh kan gue berubah? Mereka sama, dan gue juga sama. Jadi ya sudah lah!" lanjutnya.

Pria itu kembali membuka mulut, namun ditahan. "Adit, sudahlah! Biarkan Deeva seperti itu untuk waktu sementara ini! Toh, lagian juga gak ada yang menganggunya bukan?" ucap wanita itu.

"Tapi, Bun! Adit yakin diluaran sana banyak yang ngeganggu pikiran Deeva! Iya, kan, Deev?!" ucap pria bernama Adit itu. Alvira hanya mengangkat kedua bahunya.

"Mau kemana lo?" kini giliran kakak Adit yang bertanya.

"Kelas." jawab Adeeva singkat dan keluar dari ruangan itu. Baginya, merekalah keluarganya saat ini, bukan mereka. Dan bagi Adeeva inilah rumahnya saat ini.

Adeeva berjalan menyusuri kelas-kelas kecil yang lumayan layak untuk digunakan. Ada lima kelas disini. Kelas piano, biola, gitar, drum dan flute. Dan Adeeva kebagian kelas gitar hari ini.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 03, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

The Mysterious GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang