Prolog

408K 15.5K 1.7K
                                    

Junario lahir di malam tahun baru dan ia merasa beruntung.

Semua orang memberi selamat pada Juna. Kembang api bertebaran di langit. Terompet berbunyi memekakkan telinga. Orang-orang heboh berteriak "happy new year!". Bagi Juna, segala jenis pesta yang sering diributkan Ibunya terasa percuma.

Bagaimana mau pesta?

Junario malah merasa semua orang sedang merayakan ulang tahunnya, alih-alih tahun baru. Dia sudah puas melihat kembang api beragam warna di langit. Sambil meminum cokelat hangat, dia tertawa.

Sayangnya, kebiasaan Junario melihat kembang api berhenti di usianya yang ke-12. Junario malas jika hanya melihat. Baginya hanya hiburan sementara. Karena itu, mulai dari sekarang, Juna lebih suka membuat onar di malam tahun baru.

Contohnya saat ini.

"Julian, lo jalan kayak siput beranak!" Juna menengok ke belakang, dimana temannya, Julian sedang berlari.

Di mata Juna yang biasa lari tiga puluh putaran, langkah Julian seperti nenek-nenek. Lama banget.

Mereka baru saja kabur dari rumah Pak Kasim setelah menjahili anjing Pit Bull peliharaannya. Tentu saja, si anjing tergalak itu sekarang mengejar mereka. Tentunya lagi, mereka berenam lari tunggang-langgang sembari tertawa bersama-sama.

"Juna, sabar kenapa," seru Julian, napasnya terengah-engah.

Dari kelima temannya, Julian yang paling lemah, gampang dibohongi, mudah terhasut, untungnya dia orang paling baik di muka bumi. Gimana enggak? Julian gak pernah berani menginjak semut!

"Liyan, lo keturunan Putri solo, ye?" Seth terkekeh geli sambil mendorong bahu Julian.

"Kagak, Ege. Putri Solo lebih cepet daripada Liyan," dengan kejam, Alvaro menyahut.

"Eh, parah. Lembek kayak gini juga temen gue," Mika menengahi, dia langsung merangkul Julian yang napasnya mulai satu-satu.

Matthew, atau akrab disapa Matt, menggeleng-gelengkan kepalanya. Dia salah satu teman Juna juga. Jarang berbicara, otaknya encer, penghasut, tapi jika manisnya kambuh ... cowok aja meleleh.

Matt membetulkan letak topi kupluknya sebelum menaiki tangga tali menuju rumah pohon mereka. "Ayo, cepet naik. Gue gak mau kena gigit anjingnya Pak Kasim."

Tanpa menunggu lama, mereka berenam langsung naik ke rumah pohon. Julian yang paling terakhir, dia berhasil naik dengan bantuan Mika.

Keenamnya duduk di tempat masing-masing. Seperti biasa, setelah berhasil membuat onar di malam tahun baru, mereka berenam menunggu kembang api diluncurkan. Dari rumah pohon yang mereka buat sewaktu SMP, pemandangan kembang api terlihat jelas.

"Ngomong-ngomong, Pak Kasim namanya keren juga, ya. Beda sama orangnya," komentar Alvaro sambil terbahak.

Sekilas tentang Alvaro, dia ini tetangga Juna. Cara berjalannya urakan, sering nyengir, tidak pernah nurutin aturan, untungnya dia anak orang kaya. Misalkan dia bukan anak dari keluarga Radyana, mungkin sekarang Alvaro mendekam di penjara anak-anak. Yang bisa Matt lakukan adalah menggetok kepala Alvaro dengan botol minum. Untung Matt berada di samping Alvaro, jadi, Mika gak perlu memberi nasihat singkat ke cowok urakan itu.

"Matt, sakit!" pekik Alvaro sebal, tangannya sibuk mengusap bekas kejahatan Matt.

"Rasain, lo, rasain," gumam Julian pelan.

"Ngomong apa lo, Putri Solo?" Alvaro melotot.

Julian tersenyum dikulum. "Gak, gak ada apa-apa."

"Jono, kok gue liat-liat dari tadi lo buat autotext 'iya, makasih, ya'?" tanya Mika, mengalihkan pembicaraan. Takut perang dunia ketiga antara Julian versus Alvaro memanas.

TRS (1) - Junario!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang