Harus diketahui, bahwa meskipun tak bisa meiihat, dengan menggunakan ketajaman kuping, Biauw Jin Hong mengetahui, bahwa kemahiran Ouw Hui dalam menggunakan Ouw-kee Tohoat, tak nanti dapat dilakukan oleh orang lain, kecuali ahli waris tulen dari keluarga Ouw. Ouw It To mempunyai satu putera, tapi sepanjang pengetahuannya, putera itu sudah mati tenggelam di dalam sungai. Maka itulah, ia menduga, bahwa Ouw Hui adalah ke-ponakan dari Liao-tong Tayhiap.
Ouw Hui tertawa sedih. "Ouw It To bukan Peh-hu dan juga bukan Siok-huku," jawabnya.
Biauw Jin Hong merasa sangat heran, karena ia yakin, bahwa Ouw-kee To-hoat tak akan sem-barangan diturunkan kepada orang luar. "Pernah apakah kau dengan Ouw It To, Ouw tayhiap?" ia tanya lagi.
Ouw Hui merasa duka, tapi karena ia masih belum dapat membuka tabir rahasia yang menyc-lubungi hubungan mendiang ayahnya dan Biauw Jin Hong, maka ia tak mau lantas bicara sebenarnya. "Ouw Tayhiap," ia menegas.
"Mereka sudah meninggal dunia lama sekali. Mana aku mempunyai rejeki begitu besar untuk mengenalnya?" Ouw Hui mengucapkan kata-kata itu dengan suara sedih. 'Jika aku bisa memanggil ayah dan ibu dan sekali saja mereka bisa menjawab panggilanku, aku sudah merasa sangat puas dan tidak menginginkan suatu apa lagi dalam dunia ini,' katanya di dalam hati.
Biauw Jin Hong berdiri bengong dan kemudian ia berjalan masuk ke dalam kamar dengan tindakan perlahan.
Melihat paras muka Ouw Hui yang guram, dalam hati Leng So segera timbul satu keinginan untuk menggembirakannya.
"Ouw Toako," katanya. "Kau sudah capai sekali. Duduklah!" "Aku tak capai," jawabnya.
"Kau duduklah," mendesak si nona. "Aku mau bicara." Ouw Hui tidak membantah lagi, tapi baru saja pantatnya menyentuh kursi, mendadak terdengar suara kedubrakan dan kursi itu berantakan jatuh di lantai menjadi beberapa potong.
Leng So menepuk-nepuk tangan dan berseru sembari tertawa: "Aduh! Kerbau yang beratnya lima ratus kati, tak seberat badanmu!" Sebagai orang yang berkepandaian tinggi, ke-dua kaki Ouw Hui sangat teguh dan biarpun kursi itu berantakan secara mendadak, ia tak sampai turut jatuh terguling. Tapi ia sungguh merasa heran dan tak mengerti, bagaimana bisa terjadi begitu.
Leng So tertawa dan lalu memberi keterangan. "Daun Citsim Hay-tong yang ditempel di mata, mengakibatkan kesakitan yang sepuluh kali lebih hebat daripada luka biasa.
Jika kau yang kena, mungkin kau akan berteriak setinggi langit." Ouw Hui turut tertawa dan sekarang baru ia mengerti, bahwa untuk menahan sakit Biauw Jin Hong telah mengerahkan tenaga dalamnya yang mengakibatkan hancurnya kursi itu.
Sesudah itu, dengan gembira kedua orang muda tersebut menanak nasi dan memasak liga rupa sa-/ur, kemudian mengundang Biauw Jin Hong untuk makan bersama-sama.
"Apa aku boleh minum arak?" tanya Kim Biau Hud sesudah menghadapi meja makan.
"Boleh," jawab Leng So. "Sama sekali tak ada pantangan." Biauw Jin Hong lalu mengambil tiga botol arak yang kemudian ditaruh di depan setiap orang. "Tuanglah sendiri, jangan sungkan-sungkan," katanya sembari menuang satu botol ke dalam mangkok yang lalu diteguk kering isinya.
Ouw Hui yang doyan arak, juga lantas meminum setengah mangkok. Leng So sendiri tak minum arak, tapi ia menuang setengah botol ke dalam mangkok dan lalu menyiram Cit-sim Hay-tong dengan arak itu. "Inilah rahasianya," kata si nona.
"Jika kena air, pohon ini akan segera mati. Itulah sebabnya, sesudah berusaha belasan tahun, saudara-saudara seperguruanku masih belum bisa menanamnya." Sem-bari berkata begitu, ia menuang sisa arak yang setengah botol !agi ke mangkok Biauw Jin Hong dan Ouw Hui.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kisah Si Rase Terbang
General FictionHoei-Ho-Gwa-Toan. Kisah Si Rase Terbang. Karya : Chin Yung. Saduran : Boe Beng Tjoe.