"Bahkan aku pun tidak bisa menyembuhkan gadis ini, Tuan. Maafkan aku," dokter itu menghela nafas panjang.
Pemuda berjas hitam itu terdiam mendengar kalimat sang dokter. Ia hendak protes, namun sang Ibunda mencegahnya.
"Sudahlah, Aileen," sang Ibunda memegang pundaknya.
Tetapi tampaknya pemuda itu tak sabaran lagi. Mukanya dipenuhi oleh peluh, matanya memerah, rambutnya acak-acakan, dan otot-otot tangannya menyembul dibalik lengan jas nya.
"Aileen, dengar Ibu," sang Ibunda dengan sabar berusaha menenangkan putra nya.
Pemuda yang bernama Aileen itu menatap sang Ibunda. "Tapi, Ibu.. Tidakkah engkau melihat kondisi gadis itu saat ini?!" nada suaranya meninggi.
Sang Ibunda menghela nafas, "Aku tahu. Dari sini, mataku bisa melihat segalanya. Charlotte yang kini tak bisa berbuat apa-apa. Aku melihatnya, Aileen."
"Lebih baik kita biarkan saja dia beristirahat disini, Aileen," ujar sang Ibunda bijak sembari menatap sendu ruangan dibalik kaca.
Aileen mengangguk, ia mengatur emosi nya. "Baiklah," ia menurut.
~~
Gadis itu terdiam di kursinya. Rambut hitam sebahunya yang dulu rapih kini acak-acakan. Matanya bengkak, baru saja menangis. Tangan dan kakinya diikatkan pada kursi yang kini ia tengah duduki.
Tatapan mata cokelatnya kini sendu. Seperti meratapi sesuatu. Menyesal. Ia menyesali sesuatu. Seketika air matanya jatuh setetes demi setetes.
Mulutnya kini hanya dapat menceracau. Entah apa yang ia lontarkan dari mulut mungilnya itu, yang jelas lagi-lagi itu adalah sebuah penyesalan. Kini ia menyadari sesuatu. Sesuatu yang telah ia sia-siakan.
Kejiwaan gadis itu terganggu. Karena kesalahannya sendiri.
~~
Nama gadis berambut hitam sebahu itu Charlotte. Ia dibesarkan di sebuah dunia yang kejam, dan dunia itu menuntutnya untuk mengorbankan dirinya pada orang lain. Ia merasa hidup ini tak berguna. Lalu akhirnya, ia pun menyia-nyiakan hidupnya.
Hidup yang sebenarnya sangat berharga.
//
Hai, semuanya! Yah, jadi ini fiction pertama saya (ish, baku kalipun) di wattpad. Hope you like it~ Sampai ketemu lagi di part selanjutnya! XD
KAMU SEDANG MEMBACA
Candle;
General FictionUntuk apa aku hidup? Jika aku harus hidup seperti lilin.. Yang mengorbankan dirinya untuk orang lain, padahal ia sendiri masih harus hidup? Jadi, lebih baik aku sia-siakan saja hidup ini. Ya, kan?