33.

42.7K 3.2K 116
                                    

Aku baru keluar dari ruang BK. Hari ini aku berkonsultasi mengenai aku yang akan mengambil kedokteran untuk kuliah. Guru BK menyetujui rencana kuliahku itu. Dan berbagai nasihat lain juga disebutkannya.

"Bintangnya kalau enggak ketemu gimana?"

Aku tersentak dan langsung menoleh ke kiri. Mendapati Wisnu yang tengah mengangkat tinggi-tinggi toples itu dan dia melihat sambil menyipitkan mata karena silau cahaya matahari. Aku bersembunyi di balik pilar dan mengintipnya.

"Bintangnya beda sendiri warnanya? Yaelah. Ini warnanya cuma ada empat. Heran, ya," gerutu Wisnu.

Mati-matian aku menahan tawa. Dia sedang duduk di bangku panjang sendirian.

"Warnanya sama semua. Apa mata gue udah buta warna kali, ya?" Wisnu tengah bertanya pada diri sendiri.

Astaga. Aku mau ngakak rasanya. Lucu sekali.

Wisnu, bintangnya ada di bawah. Paling bawah, coba lihat baik-baik.

Akhirnya aku memilih untuk meninggalkan Wisnu yang tengah sibuk berbicara dengan diri sendiri mengenai bintang itu. Sebenarnya aku kasihan melihatnya frustrasi begitu. Tapi aku mau memberikannya teka-teki terlebih dahulu.

Ponselku berbunyi, pertanda ada pesan Line.

Wisnu Jullian : kalau gue enggak ketemu bintangnya, lo masih mau nunggu sampai gue ketemu bintangnya?

Aku tersenyum melihat pesan chat darinya.

Maudy Habsy : iya gue setia nungguin tapi jangan kelamaan

Wisnu Jullian : jangan setia deh

Maudy Habsy : hah?

Wisnu Jullian : kata anggi setia itu kepanjangan dari setiap tikungan ada

Tawaku meledak seketika membaca balasannya. Astaga. Aku bisa awet muda kalau begini terus.

Aku sedang menggerakkan ayunan di malam hari sembari mengerjakan soal-soal UN. Juga sambil mendengarkan lagu melalui playlist milik Lintar.

Tiba-tiba salah satu headset ditarik dari telingaku. Aku langsung menoleh dan mendapati Wisnu yang tersenyum lebar padaku.

Dengan cepat dia menduduki ayunan di depanku. Mataku menatap toples isi bintang itu di tangannya.

Apa dia akan memaksaku untuk memberitahu jawabannya?

"Apa?" tanyaku melihatnya daritadi hanya cengar-cengir saja.

Dia menyerahkan toples itu padaku. Aku melempar pandangan bertanya namun mengambil toples itu.

"I found it."

Aku mendongak, menatapnya tak percaya. Serius?

"Yes, Maudy. I found it," ulang Wisnu tersenyum lebar.

Aku ikut tersenyum. "Yang mana?"

Wisnu menjentikkan jari tangan. Dia menyentuh tanganku yang memegang toples isi bintang itu. Kemudian mengangkat tanganku ke atas melewati kepala.

"Paling bawah. Warnanya lebih muda dari yang lain. Here," kata Wisnu menunjuk bintang berwarna jingga pucat itu di bawah kaca toplesnya. "The one and only."

Aku tersenyum lebar dan dia terkekeh. "Congratulation, you just found the special star."

Wisnu bertepuk tangan meriah. Aku tertawa melihatnya. "Gimana cara nemuin bintang itu? Lebih dari sebulan lo nyari bintang itu."

JealousyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang