02 : Silly Cousin

39 4 0
                                    




Hazel POV

Aku membuka ponselku berniat untuk memberitahu Emma agar bersiap – siap. Astaga! Notif di lockscreenku berhasil membuatku hampir saja terperanjat dari sofa.

20 missed call from Weirdo Russel

Emma ternyata sudah berusaha untuk menghubungiku. Apakah dia begitu excited untuk bertemu Liam? Aku pun memutuskan untuk menelponnya.

Emma? Hei kau mau bicara apa?

Hazel, kau jadi tidak untuk mengajakku menjemput sepupumu itu?

Liam mendarat di bandara masih satu jam lagi, Emma sayang.

Come on, Hazel. Jangan biarkan sepupumu itu menunggu.

Okay – okay, aku akan segera berganti pakaian dan akan menjemputmu.

See you

Ga pake lama ya, Hazel.

Call ended

Aku pun bergegas untuk segera berganti pakaian. Setelah itu aku berpamitan pada Mom yang sedang menonton TV di ruang tengah.

"Mom, aku akan membawa mobil, ya? Liam bilang kalau dia mau landing jam 9. Bye, Mom."

"Hati – hati sayang," ucap Mom.

Aku menyetir mobil ke rumah Emma. Sesampaiku di rumah Emma, di sana sudah terlihat Emma yang sedang menunggu di teras rumahnya. Aku hanya terkekeh melihat kelakuan temanku yang satu ini.

"Hazel, kamu itu kemana dulu sih? Lama banget," keluhnya saat masuk ke mobilku.

"Emma, masih tiga puluh menit lagi si Liam yang menyebalkan itu sampai," jelasku sambil menangkupkan tanganku ke pipinya.

"Let's go to the airport, Hazel! Hurry Up!" perintahnya.

"Okay, Ms. Weirdo," candaku.

"Kau menyebalkan !" protesnya.

Aku pun hanya tertawa menghadapinya. Sepanjang perjalanan aku memutar lagu – lagu favoritku di radio mobil. Emma hanya memandangiku dengan wajah kesal, dia bahkan tidak mau mengikutiku bernyanyi.

Hazel POV End

🍬🍬🍬

Liam POV

"perhatian untuk para penumpang diharapkan untuk memakai sabuk pengaman yang adadi kursi anda dan harap meletakkan barang bawaan anda di kabin atas atau di bawah kursi penumpang. Kita akan segera mendarat di bandara Indianapolis"

Aku mendengar pengumuman itu dan bergegas merapikan barang – barangku dan memakai seat belt. Berharap Hazel menjemputku tepat waktu. Well, dulu saat kita masih sama – sama menjadi murid baru di SMA, bocah itu pernah terlambat saat menjemputku. Saat itu, jadwalku landing jam 6 petang tetapi Hazel malah menjemputku jam 8 malam. Sungguh Hazel yang menjengkelkan.

Setibaku di bandara, aku menyeret koperku dengan malas. Karena ekspektasiku si Hazel yang pemals itu masih berguling – guling di ranjang kesayangannya dan ditemani cemilan – cemilan favoritnya. Ah, aku jadi lapar. Mengingat seharian ini aku belum makan sama sekali. Makanan pesawat membuatku tak berselera.Tunggu saja kau, Hazel, jika kau terlambat lagi aku tidak akan mau lagi berpura – pura menjadi pacarmu.

Setelah aku sampai di ruang tunggu bandara, aku  melihat sepupuku sudah duduk manis di salah satu kursi dan- tunggu, dia tidak sendiri? Siapa gadis yang dudk di sampingnya itu? Banyak pertanyaan yang muncul di benakku.

"Woy, Hazel jelek! Tumben tepat waktu," sindirku.

"Huffftt... kau itu harusnya berterima kasih padaku karena sudah menjemputmu tepat waktu," ketus Hazel.

"Oh My God! Kamu ini memang hobi cemberut ya? Hmm, tidak baik hobimu itu bia menimbulkan wajah boros hahahahaha," celotehku sembari menangkupkan tangan di wajahnya. Tunggu, gadis asing itu terus – menerus memperhatikanku, wajahnya nampak berbinar binar

"Hazel, siapa dia? Apakah dia Daisy temanmu itu?" tanyaku menebak – nebak.

"Bukan, dia Emma temanku yang aneh itu," dia menjawabnya dengan gelak tawanya yang khas.

Liam POV end

🍬🍬🍬

Ketiga remaja itu sudah tiba di kedai kopi langganan Hazel. Emma nampak kecewa, dia sebenarnya ingin menanyakan sejarah New Orleans kepada Liam. Emma tahu betul jika Liam adalah cowo modern yang mungkin malas mengingat sejarah – sejarah yang rumit itu. Jadi, tanpa menanyakannya dia hanya dapat menyimpulkan sendiri dugaan – dugaan yang memenuhi kepalanya itu.

" tiga roti panggang, tiga BBQ, dan tiga choco frappe," Hazel langsung memesan menu untuk mereka bertiga.

Jam tangan Hazel menunjukkan pukul 9 malam. Jalanan kota Indianapolis sangat padat malam ini. Suara gemercik dari perut Liam memecah keheningan. Hal itu dapat membuat ketiga remaja itu tertawa terbahak – bahak. Liam pun ikut menertawakannya agar tak begitu terlihat memalukan. Tak lama setelah itu, pelayan mengantarkan pesanan mereka. Liam langsung menyantap baberkyunya dengan lahap. Anak itu terlihat sangat kelaparan. Hazel dan Emma pun ikut memakan BBQ mereka. Usai makan, mereka masih bersenda gurau di kedai tersebut sampai waktu menunjukkan pukul 10 malam. Hazel pun mengantar Emma pulang kemudian dia menyetir mobilnya ke rumahnya.

Setibanya di rumah ...

"Bibi, apakah kau masih bangun?" tanya Liam saat memasuki rumah Hazel.

"Ssssttt... Mom sudah tidur, Liam," kata Hazel.

"Ah, yasudah aku mau langsung istirahat saja,"

"Nice dream, idiot," ejek Hazel.

"Enyah kau, Hazel!" semprot Liam disambut tawa geli Hazel.

🍬🍬🍬

"Sayang, waktunya bangun matahari sudah menampakkan wajahnya," teriak Mom dari ruang makan. Hazel masih menggeliat malas di ranjang kesayangannya. Entah ada apa, dia tiba – tiba berdiri dan mengambil handuk. Sesuatu apa yang membuatnya sampai terburu – buru seperti ini?

TBC

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 15, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Being popular ? NOPE.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang