00

219K 14.7K 1.3K
                                    

"Hee joo-ya ... bangun ...."

"Hee joo ... cepat, sudah pagi, kau akan terlambat sekolah nanti."

Aku sungguh ingin bermimpi lagi, ingin rasanya aku menyumpahi orang yang beberapa kali meneriakki namaku, setiap kali membangunkanku.

"Tunggu di luar aku akan siap dalam 15 menit," ucapku dengan mata yang sengaja kupejamkan, aku tidak mau melihat wajahnya pagi ini, karena bisa merusak mood pagiku.

"Baiklah," balasnya dengan nada yang datar, lalu setelah itu kudengar langkah kaki yang semakin menjauh. Kupikir ini waktu yang tepat untuk membuka mata.

Selamat pagi untuk hari ke 100 menjadi istri dari gurumu sendiri.

Aku sudah menikah, lebih tepatnya dinikahkan, aku tau orang tua kami bersahabat, tak bisakah hanya bersahabat saja? Kenapa harus menjodohkan anak mereka pula? Lalu, kenapa orang yang dijodohkan denganku adalah guruku sendiri? Konyol dan sangat sangat tidak adil.

Jujur aku memang suka membaca cerita tentang perjodohan, atau cinta terlarang antara murid dan guru ... tapi kenapa di kehidupan nyata aku harus ikut mengalami hal itu juga?

Ini seharusnya jangan terjadi. Ini juga tak adil bagiku. Aku selalu mengatakan hal itu setiap ingin pergi tidur. Menyesali apa yang sudah terjadi, dan membenci kenyataan.

Dalam 100 hari belakangan ini  setiap paginya aku selalu bertanya, kenapa aku ada di posisi ini? Aku selalu merasakan ketidak adilan di setiap harinya.

Sungguh ini merupakan hal yang besar dan tak terduga, yang ku alami selama hidup. Aku tidak pernah berkencan dengan siapapun sebelumnya, tapi lalu tiba-tiba aku menikah, dan itu dengan guru sendiri.

Min Yoongi.

Dia memang bukan guru tetap di sekolahku, tapi tetap saja dia itu guru. Dia mengajar bimbingan konseling, dan pekerjaan tetapnya adalah manajer perusahaan ayahnya sendiri.

Tapi, jika aku pikir-pikir. Selama ini dia baik kepadaku, aku lah yang tidak pernah bersikap baik padanya.

Kami berdua tinggal di apartemen yang memiliki dua ruang, satu kamarku dan yang satunya lagi adalah ruang kerja Min Yoongi. Kami sepakat untuk tidak berbagi kamar.

Dia tidur di ruang kerjanya menggunakan kasur lipat. Terdengar kalau aku benar-benar sudah jahat sekali di dalam rumah. Ditambah dia yang memasak, tapi sebenarnya aku juga tidak separah itu. Untuk pakaian aku mencuci, dan untuk membersihkan apartemen, aku-lah yang bertugas.

Di sekolah aku tidak peduli padanya, Aku jarang bicara dengannya. Tapi tentu saja aku tahu tempat, aku tetap menghormatinya sebagai guru.

Kami berangkat bersama ke sekolah tapi biasanya aku turun di belakang sekolah dan dia masuk lewat gerbang depan sekolah.

Sepertinya cukup di sini saja aku bercerita, kilas balik yang sangat memuakkan. Kini aku harus berangkat sekolah, dan menghadapi hariku lagi.

****

Aku sudah siap dengan semuanya, buku pelajaranku sudah lengkap, dan penampilanku sudah rapih. Baiklah waktunya keluar kamar, kemudian bertatap muka dengannya. Duduk satu meja lagi dengannya di ruang makan adalah hal yang sangat tidak aku sukai.

Tapi apa boleh buat, aku lapar.

Aku berjalan menuruni anak tangga dengan malas namun tetap hati-hati. Mataku menangkap sebuah objek menyebalkan. Saat ini ia masih terfokus dengan korannya, dan tatapannya tak berpaling sedikitpun dari koran yang sedang dibacanya.

Sebuah suara muncul dari langjah kakiku, sehingga membuat Yoongi melirikku sekilas, "Cepat habiskan dan minum susumu, lalu kita berangkat sekolah," ucapnya seraya membalik korannya.

Young Marry - MYG Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang