“Anka!”
Yuranka mengerjap pelan. Matanya mulai membiasakan diri dengan cahaya matahari yang membutakannya di pagi hari. Yuranka mengambil kemejanya dari kursi yang tak jauh dari tempat tidurnya dan mengancingkannya seadanya.
“Dimana kacamata gue, Dion?”
Dion memberikan kacamata berbingkai penuh kepada Yurankan dengan dengusan kesal. Yuranka menatap cowok di depannya dengan alis terangkat. “Kenapa?”
“Nggak, lo masih suka tidur nggak pake baju begitu? Masuk angin lho!”
Yuranka menguncir rambut panjangnya dan berjalan masuk ke kamar mandi. “Buat apa? Lagian lo juga suka liat gue nggak pake baju kan?” ujar Yuranka dari dalam kamar mandi.
Dion mendesah pelan kemudian mengambil ranselnya. “Gue tunggu di depan ya! Jangan lama-lama!”
Yuranka mencibir mendengarnya. “Yang bikin telat itu siapa sih! Dasar!”
Yuranka segera membasuuh tubuhnya. Kekesalannya hilang begitu mengingat kejadian semalam. Laki-laki yang ditemuinya kali ini bukan laki-laki biasa yang suka main kasar. Laki-laki yang mengaku bernama Barra itu adalah pengusaha muda yang sedang patah hati. Walaupun Yuranka sudah mengingatkan dirinya, tapi dia sepertinya jatuh cinta pada Barra sejak pandangan pertama.
“Anka! Jangan lama-lama nanti telat!”
Yuranka mengumpat kembali mendengar ocehan tunangannya itu. Sejak ada Dion Aresta, Yuranka jadi kesulitan mengatur waktu untuk melakukan hobinya itu. Ya hobi yang nggak semua orang lakukan.
****
Yuranka tersenyum pada laki-laki di depannya. Sore ini dia sedang ada interview dengan pemilik perusahaan server lokal. Yuranka ingin melakukan kerja sambilan sambil melanjutkan kuliahnya. Yah itung-itung dapat penghasilan kecil-kecilan lah. Daripada lama-lama di rumah bersama Dion.
“Yuranka Leditya? Kamu nanti jadi bagian administrasi bareng Felicia ya? Untuk masalah tugas kamu bisa tanya Felicia. Kamu bisa datang besok, Yuranka.” Ujar laki-laki yang bernama Rahmantyo itu.
“Terima kasih Pak Rahmantyo.”
“Ah jangan panggil formal gitu. Disini ada prinsip kekeluargaan. Panggil saja Tyo.”
Yuranka langsung bergegas pamit pada atasan barunya itu. Dipikirnya Dion sudah menjemputnya namun dia mendapati lobby kosong. Yuranka mendesah kecewa dan memutuskan untuk pergi ke kamar mandi. Ini sudah hampir malam dan Yuranka akan bertemu kembali dengan Barra. Jadi Yuranka harus merapikan dirinya dulu.
Yuranka baru saja hendak membuka kotak make-upnya ketika didengarnya suara aneh dari dalam salah satu bilik toilet. Yuranka merinding dibuatnya karena kantor sudah sepi malam itu. Yuranka berniat membatalkan acara merias dirinya ketika tak sengaja pintu bilik tersebut terbuka lebar. Yuranka terpaku di tempatnya berdiri melihat pemandangan di depannya.
Seorang wanita tengah melakukan seks engan seorang pria dalam posisi woman on top. Wanita itu begitu cantik sampai sempat membuat Yuranka terpesona beberapa saat. Yuranka tak begitu jelas melihat wajah sang pria karena terhalang tubuh wanita itu. Namun sesuatu yang membuat mata Yuranka melotot adalah kejantanan pria itu yang cukup menaikkan libidonya. Raksasa.
“Zavi, tutup pintunya!” teriak sang wanita ketika menyadari pintu bilik terbuka.
Pria itu bangkit dari duduknya dengan kejantanan masih berada di liang wanita itu. Sekarang Yuranka bisa melihat wajah pria itu. Cukup mempesona dengan janggut tipis yang menghiasi wajahnya. Dia tersenyum pada Yuranka. “Maaf nona, kami permisi dulu.” Ujarnya sambil menutup pintu bilik. Tak lama kemudian suara desahan-desahan terdengar kembali dari bilik itu.