Berpacaran Dengan Dia

272 20 1
                                    

"Emm, hey ada yang mau ku omongkan", kata kami berbarengan saat kami ber pas pasan di depan pintu appartement. "Kau dulu saja",kata kami berbarengan lagi. "Kau dulu",katanya padaku. "Baiklah",kataku sambil menggaruk kepalaku yang sama sekali tidak gatal itu. "Maaf". Hanya kata kata itu yang keluar dari mulutku. "Aku juga minta maaf",katanya sambil menunduk. "Emm baiklah sampai jumpa",kataku canggung sambil masuk ke dalam appartement.

"Emm hey",kataku saat membuka pintu appartement. "Hahaha",tawanya. Aku menaikan alisku dan bertanya "apa yang kau tertawakan? Ada yang salah dengan ku?",tanyaku sambil melihat diriku dari atas sampai bawah."kau terlihat canggung berbicara denganku",ujarnya sambil tersenyum lepas. Aku menggangaruk leher belakangku dan tersipu malu.

***

"Baguslah kalau kau sudah berbaikan dengannya",kata gaby sambil mengunyah permen karetnya. Aku tersenyum lalu memfokuskan pandanganku kedepan memperhatikan ray yang sedang berbicara dengan louis. Ya dulu aku sempat menyukai ray sejak pertama aku masuk kuliah. Diam diam aku sering mencuri curi pandangannya dan sempat ketahuan. Aku tertawa kecil. Dia sempat menembakku minggu lalu tapi aku menolaknya. Aku memang bodoh tapi hatiku yang memutuskan untuk tidak menerimanya. Lamunanku buyar ketika seorang laki laki dengan menggunakan kaos hijau selengan dan menggunakan celana jeans berwarna biru dongker itu duduk di samping ku.

"Kau?",tanyaku. "Hei, kau jennifer kan? Masih ingat dengan ku? Aku alex",katanya sambil tersenyum manis padaku. "Oh ya aku ingat",kataku ketika mengingat kembali kejadian minggu lalu di cafe De Lazzo, tepatnya Paris De Lazzo.

Hari berganti hari , minggu berganti minggu , bulan berganti bulan , tahun berganti tahun , musim berganti musim akhirnya setelah Beberapa tahun kami kuliah bersama akhirnya kami - Aku, Gaby, Nico dan Alex- lulus kuliah . Kami tersenyum bahagia karena sudah menyelesaikan pendidikan kita masing masing.

"Aku mencintaimu",kata alex sambil memberiku sebuah bunga mawar. "Will you be mine?", tanyanya lagi. Aku menggangukan kepalaku dan mengambil sebuah bunga mawar itu dari tangannya. Ia memelukku hangat, aku membalas pelukkannya.

***

Hubungan ku dengan alex tidak berjalan dengan mulus, terkadang kita putus tapi setelah itu kita berbalikan lagi. Kita sempat putus 6 kali dan berbalikkan lagi dengan persoalan yang sama yaitu "SALAH PAHAM" padahal kita sudah berpacaran lebih dari 3 tahun . Sebenar nya aku sangat mencintainya. Tapi lama kelamaan cintaku luntur dimakan waktu. Aku merasa akhir akhir ini dia berbeda, seperti ada yang disembunyikannya.

Sejak kejadian 3 tahun silam itu aku dan jennifer bersahabat, sedangkan gaby kini menjadi seorang model yang harus kesana kemari tapi kami masih sering bertemu. Aku berhenti berharap , sebenarnya aku belum rela melepaskannya tapi apa boleh buat takdir berkata lain. Jennifer sering sekali bercerita tentang hubungannya dengan alex yang sangat romantis dan semacamnya. Tapi belakangan ini jennifer terlihat sedih, matanya sembab seperti habis menangis. Sekarang ia jarang bercerita kepadaku lagi. "Aku merindukan tawanya".

"Ting tong", bunyi bel appartementku. Aku menghapus air mataku yang sedari tadi mengalir deras di pipiku. "Nico",kataku sambil berusaha tersenyum. "Masuklah", sambungku. Ia mengganguk lalu berjalan menuju sofa. "Apakah kau habis menangis?", tanyanya. "Tidak , mataku terkena debu tadi saat bersih bersih", kataku berbohong."je jangan bohong, aku yakin pasti kau sedang ada masalah dengan alex kan?", tanyanya sambil tersenyum. Aku langsung bersandar di bahunya. Dan ia mulai mengusap rambutku pelan. "Dia selingkuh",kataku terisak pelan. "Jadi ini yang lakukan selama ini? Menyelingkuhiku dengan sahabatmu sendiri?!", kata alex yang datang tiba tiba. "Ini tidak seperti yang kau bayangkan", kataku pelan. "Prakkkk",ia menamparku untuk kesekian kalinya. "Alex! Ini bukan seperti yang kau pikirkan ", kata nico. "Bukannya KAU YANG SELINGKUH?!", tanyaku dengam ucapakan keras. "Kau jangan memfitnah! Kau tak punya bukti!, ujar nya. "Aku melihat dengan mata dan kepala sendiri! Kau berduaan dengan seorang perempuan di cafe vorisha!", kataku dengn lancangnya. Hampir saja sebuah tamparan akan mendarat di pipiku lagi, untung saja nico segera bertindak. "Alex aku mohon mulai sekarang kau jauhi aku karena kita PUTUS!",kataku. Alex keluar appartementku dan membanting pintu appartementku. Aku mendudukan diriku di sofa dan menangis sejadi jadinya. Nico duduk di samping ku dan langsung memelukku.

Beautiful Night In ParisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang