Obento
Naruto © Masashi Kishimoto-sensei.
Warn : AU, Abal, OOC, Shounen-Ai/Boys Love, EYD (Ejaan Yang Dipaksakan).
.
.
Selamat membaca~
.
.
Pagi yang normal, senormal Hidan Si Satpam Klimis yang mencukur rambut Kakuzu—rekannya yang pelitnya gak ketulungan— dengan pisau rangkap tiga berbentuk sabit. Semua berjalan seperti biasa, tak ada yang berubah.
"Kyaa! Sasuke-kun,"
"Sasuke-sama!"
"Sasuke, call me!"
"Aku padamu, Sasuke-kun!"
Polusi udara yang memekakkan telinga, ini juga sudah biasa. Setiap ada pemuda tampan tapi sayangnya berwajah super duper datar sedatar talenan dengan rambut unik —jabrik ke belakang(?)— ini lewat, semua cewek-cewek sok cantik, sok imut, sok manis, sok ramah, sok baik, dan sok-sok lainnya pasti jejeritan tak jelas macam lagi di ini-itu-anu sama preman bulukan. Mereka bertingkah over hanya untuk di-notice Sang Raden Mas Uchiha Sasuke.
"Suke~ kencan yuk! ♡ "
Heh? Kalau yang ini biasa terjadi juga? Wow! o.O
Err... sebenarnya yang ini cuma taktik pemuda berambut pirang untuk menghentikan tingkah ababil cewek-cewek di sana. Dia sungguh amat sangat jengah dengan kelakuan mereka yang selalu menggoda sahabatcoretkekasihcorettunangannya itu. Katakan saja kalau dia cemburu. Well, sebenarnya dia memang cemburu sahabat sekaligus uhukcalonsuaminyauhuk dikerubutin dan dieluh-eluhkan perempuan, juga para pemuda bertipe uke yang mengidam-idamkan Sasukenya secara sembunyi-sembunyi.
Dan taktik pemuda blonde bernama Uzumaki Naruto itu berhasil. Semuanya terdiam, menatap garang Naruto dengan bonus cibiran berisi kutukan untuknya. Menganggap angin lalu, serta desisan beracun bagai dengungan lebah tak berarti, Naruto melewati semua penggemar Sasuke dengan santai dan menahan diri untuk tidak menyeringai puas. Menghampiri tunangannya yang kini sedang menyeringai senang, tertarik. Kapan lagi kekasih blondenya itu bersikap frontal tentang hubungan mereka di tempat umum seperti ini.
Benar. Mereka memang merahasiakan hubungan spesial di antara keduanya dari khalayak umum, apalagi lingkungan Universitas tempat mereka bernaung menggali intelegensi diri. Bahkan marga belakang Sang Raden Ayu Namikaze Naruto juga disamarkan dengan marga Sang Ibu. Kalian tau, menjadi sorotan publik itu kadang menyebalkan. Tidak peduli itu privasi ataukah tidak, semuanya akan dikupas sampai bersih layaknya bawang. Sedap di lidah, tapi pedas di mata. Bikin nangis kejer, tapi tetap saja diteruskan sampai tuntas. Jadi, pasangan UchiKaze ini sepakat backstreet sampai batas waktu tidak ditentukan.
"Bagaimana? Kau mau kan, Suke-kun…." Mendayu, suara yang selalu menjadi addictive bagi Sang Bungsu Uchiha. Mata beriris sapphire mengerjap-ngerjap genit. Senyum dikulum, menambah kadar kemanisan di paras rupawan. Jari lentik memainkan kerah jaket biru gelap milik Sasuke, menggoda.
Sasuke mencondongkan tubuh, mendekatkan wajahnya ke arah pemilik hatinya yang menggemaskan. Menempelkan bibir tipisnya di sudut bibir kemerahan Naruto yang merekah, berbisik—
"Tentu saja, Naru-chan."
Meleleh. Hanya dengan sentuhan ringan dan barithone rendah menyapa gendang telinga, Naruto merasa tubuhnya berubah jadi jelly. Jantung berpacu bersaing dengan kurs mata uang dollar, melonjak naik. Jika saja tangan alabaster pemuda Uchiha itu tidak memegangi -memeluk- pinggangnya, dia pasti terjatuh, terlalu lemah menopang berat tubuh.