Aku lupa sudah berapa lama waktu berlalu sejak aku mencintainya.
Apakah satu tahun?
Lima tahun?
Sepuluh tahun?
Lima belas tahun?Ah, ya.
Benar.
Aku sudah mencintainya selama lima belas tahun.Dan ini semua bermula ketika usiaku tujuh tahun. Diriku saat berusia tujuh tahun, yang pemalu dan sangat tertutup pada lingkungan luar.
Hari itu, aku bertemu dengannya di sebuah taman di dekat rumahku. Saat itu aku tidak berminat bermain, hanya saja ibuku bilang tidak baik bagi seorang anak laki-laki untuk tidak bermain di luar saat kecil. Dan karena itulah, aku pergi ke taman dekat rumahku, duduk diam di atas ayunan yang mengeluarkan bunyi berdecit tiap kali bergoyang.
Tadinya, aku hanya duduk diam dan sesekali menggoyangkan ayunan yang aku duduki, memperhatikan sekumpulan anak-anak lain yang bermain sepak bola.
Kepalaku menunduk memperhatikan kakiku yang terbalut sepatu berwarna merah, sepatu pemberian ayahku di ulang tahunku yang lalu.
Kemudian, disaat aku berpikiran untuk pulang, aku mendengar seseorang memanggilku. Dan saat aku mendongak, aku melihat sebuah senyuman secerah matahari dan mata yang menyipit karena senyum itu.
Aku bahkan masih ingat apa yang sosok itu ucapkan bahkan setelah lima belas tahun berlalu.
'Hai, mau ikut bermain?'
Dan sejak itulah aku selalu bersamanya, berdiri di sebelahnya, dan mencintainya dalam diam.
Mencintai sosok Kim Taehyung.
.
.
.
.
.
.
.
"Jungkook-ah, kau dipanggil professor."Aku menoleh dan melihat salah satu gadis di kelasku, Mina, sedang berdiri dengan map plastik berwarna biru langit yang dia dekap di dadanya.
"Siapa yang memanggilku?" tanyaku."Professor Lee, mungkin ini masalah beasiswamu."
Ah, benar. Aku dan Mina memang sedang sibuk mengurus urusan beasiswa yang kami terima.
Aku mengangguk pelan, "Terima kasih."Mina mengangguk santai,"Hmm, jangan sungkan. Semoga itu kabar baik."
Aku mengangguk dan berjalan ke ruangan Professor Lee dan ketika aku masuk, aku melihatnya sedang duduk di balik mejanya, sibuk dengan setumpuk kertas dan kacamata bulat khasnya yang selalu menggantung di ujung hidungnya.
"Professor, anda memanggilku?"
Professor Lee mendongak dari tumpukan kertas yang sejak tadi diperhatikannya untuk menatapku, "Ah, Jungkook! Duduklah."
Aku mengangguk, mengucapkan terima kasih dan duduk di hadapannya.
Professor Lee melepas kacamata bulatnya dan memijat pangkal hidungnya perlahan."Ini soal essay yang kau ajukan untuk gelar magistermu di universitas itu."
Aku mengangguk, memperhatikan dengan serius.
Professor Lee menatapku, "Kau diterima. Kau bisa berangkat setelah lulus dari universitas ini."Mataku membulat sempurna,"Benarkah?"
Professor Lee tersenyum dan mengangguk, "Ya, selesaikan tugas akhirmu dan kau siap berangkat."
Senyumku mengembang lebar,"Terima kasih banyak, Professor Lee!"
Professor Lee mengangguk dan aku berdiri kemudian berjalan keluar dari ruangannya. Kakiku melangkah dengan ringan dan tanpa sengaja aku melihat Taehyung yang sedang berdiri, bersandar pada sebuah pilar dengan kepala menunduk, menatap ponselnya.
"Taehyung!" panggilku seraya berlari menghampirinya.
Taehyung mendongak, menatapku sebentar, kemudian kembali sibuk dengan ponselnya.
"Hai!" sapaku.Taehyung mengangguk acuh, "Hmm, hai."
"Sedang apa?" tanyaku.
"Menunggu Joohyun, kami ada kencan sore ini."
KAMU SEDANG MEMBACA
Two Footsteps Behind You
FanfictionI know that my love is just an one-sided love, but still, I am so thankful you allowed me to love you. And always be with you, two footsteps behind. VKook, Taekook, BL, AU. Angst. Hurt. [All in Jungkook's POV]