"Aku mencintaimu, sungguh," katanya penuh harapan sambil menyerahkan setangkai mawar merah.
Ini adalah momen yang paling kutunggu, dia memintaku menjadi kekasihnya. Seharusnya aku senang, bukan? Tetapi aku tak tahu harus menjawab apa. Ya, aku juga mencintainya, namun rasa takut akan patah hati lebih menguasai hatiku.
"Maaf, aku mencintai orang lain, bukan kamu," kataku, ego menguasai diriku, aku tersenyum meyakinkan, lalu berbalik berlari kemanapun kakiku melangkah. Meyakinkan diriku sendiri bahwa ini adalah jalan yang benar. Bahwa dengan cara inilah aku tidak akan sakit menahan rindu dan patah hati-patah hati kemudian.
Benar kan?