Hai,
Sudah lama ya saya tidak menulis tentangmu lagi.
Sebenarnya saya sudah tidak berkeinginan untuk membahasmu.
Karena saya pikir, saya telah benar-benar melupakan semua tentang kita.
Tapi, ketika saya melihat tanggalan lalu membaca nama bulan diatasnya.
Saya menghela napas, setahun sudah.Waktu cepat bergulir, ya.
Tiba-tiba saja sudah berada di tahun yang baru.
Padahal seingat saya, Januari yang lalu kamu masih disini, mengisi ruang hampa yang sekarang entah untuk siapa.
Februari yang lalu kamu bahkan sering tiba-tiba menelpon saya, hanya untuk mengucapkan selamat malam.
Kamu juga pernah mengajak saya pergi untuk melihat-lihat gitar yang kamu sukai.
Gitar hitam pilihan saya yang akhirnya kamu beli pada saat bersamanya.Ini adil nggak sih?
Saya disini masih bergumul dengan harapan-harapanmu yang mengudara disekitar saya.
Dan kamu sudah bersama gadis lain.Beritahu saya, mana yang lebih menyakitkan.
Melihat seseorang yang kamu cintai tidak mencintaimu,
Atau melihat seseorang yang kamu cintai mencintai gadis lain?Bagaimana dengan saya?
Mencintai seseorang yang tidak mencintai saya, tapi ia mencintai gadis lain.Ah, sudahlah.
Bercerita sepanjang ini pun tak akan membuatmu berpaling pada saya lagi, kan?
Tak apa, saya sudah terbiasa dengan hal ini.Sebenarnya saya sudah menuliskan banyak surat untukmu, dan ini adalah kesekian kalinya.
Saya tahu, kamu tak akan pernah membacanya, karena saya tidak akan pernah benar-benar memberikan surat ini padamu.Satu hal yang harus kamu tahu.
Saya melepaskanmu saat itu, bukan tanpa raungan kesedihan dan air mata juga patahan-patahan hati.
Tapi saya melepaskanmu karena saya tahu, bahwa kamu berhak untuk mendapatkan gadis itu.
Bahwa kamu berhak untuk bahagia,
walau bukan dengan saya.