[ii] - Menjadi musuh?

379 42 4
                                    

Kini, kau berjalan tepat di depanku. Ada apa dengan tatapanmu? Tidak pernah sebelumnya kau melempar tatapan itu ke arahku. Maaf, aku hampir lupa, kita baru saja putus kemarin. Wajar saja kau melempar tatapan itu ke arahku.

Bagaimana tidurmu semalam? Nyenyak kah? Aku tidak bisa tidur semenjak kejadian itu. Aku selalu memikirkanmu. Aku tidak pernah menyangka ini semua terjadi padaku. Inilah resiko jatuh cinta, pasti ada yang tersakiti. Tapi, apakah aku menyakitimu? Ini tidak adil bagiku, kau bahkan tidak mengatakan apa salahku.

Kini, kau sedang duduk di kantin, tepat di seberang mejaku. Kau masih menatapku dengan tatapan yang sama. Apakah harus berakhir seperti ini? Tidak bisakah kita berteman saja seperti biasa? Seandainya aku bisa memutar ulang waktu, aku tidak ingin menjadi pacarmu. Tapi, aku bangga pernah menjadi bagian penting di hidupmu. Penting? Mungkin, itu hanya perkiraanku saja.

"Ada apa denganmu? Belakangan ini, kau terlihat tidak fokus latihan."

"Laura."

"Oh ayolah Arsen. Lagi-lagi kau memikirkannya. Lupakan saja dia, dan fokuslah untuk perlombaan minggu depan."

"Tidak segampang itu."

"Aku tahu itu tidak gampang. Tapi kau harus mencobanya. Apa kau ingin sekolah kita kalah?"

"Tidak."

"Maka dari itu, lupakan Laura."

Haruskah aku mengikuti kata-kata Genta? Melupakanmu? Tidak, kata-kata itu tidak ada di dalam kamusku. Mencintaimu, hanya kata-kata itu yang ada di kamusku. Lebih baik tidak pernah mengenalmu, daripada harus melupakanmu.

Kelas sudah usai sejam yang lalu. Tapi, mengapa kau belum pulang? Aku menunggumu di parkiran dari sejam yang lalu. Apa lebih baik aku pulang saja? Ah tidak! Aku harus memastikan kalau kau pulang dengan selamat.

Tunggu dulu, siapa lelaki itu? Aku belum pernah melihatnya di daerah sini. Sedang apa dia? Dia terduduk di atas motornya seperti sedang menunggu seseorang. Benar dugaanku dia sedang menunggu seseorang. Tapi... aku sepertinya mengenal perempuan itu. Laura? Mengapa Laura bersamanya? Laura anak tunggal. Apa mungkin itu sepupunya?

Ah tidak! Aku harus mengikuti mereka. Aku harus memastikan lelaki itu benar-benar membawa Laura sampai ke rumah dengan selamat.

Aku dapat melihat dengan jelas Laura tertawa riang sepanjang jalan bersama lelaki itu. Saat berpacaran denganku dulu, Laura tidak pernah tertawa seperti itu. Untungnya, hari ini jalanan tidak sepadat hari biasanya. Syukurlah, lelaki itu mengantar Laura pulang dengan selamat. Siapapun dia, itu tidak penting. Laura adalah yang terpenting bagiku.

----------

11des'16
Vote and comment don't forget..

Arsen & Laura {6/6 END}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang