9

19.5K 994 3
                                    

Oza's pov

Sudah hampir dua hari, Lea masih belum pulang. Aku mencarinya kemana - mana, tapi sama sekali tidak bisa ku temukan. Bahkan aku mencarinya disekolah, rumah temannya, bahkan cafe' tempat Lea bekerja.

Astaga!!! Bahkan aku juga sudah mengambil cuti kerja untuk mencari Lea. Pikiranku sangat kacau, apa lagi jika memang Lea sudah dibawa paksa oleh pria itu.

Jika benar maka aku harus segera mendatanginya. Aku tidak peduli, yang aku pikirkan adalah Lea, adikku. Lea harus kembali bersamaku. Aku pun pergi dengan mengendarai mobil menuju rumah pria itu.

Hanzel's pov

Aku sedang bersama Bri di ruang kerjaku, sedangkan Lea seperti kemarin aku sudah menguncinya di dalam kamar. Dia hanya diam menuruti perkataanku. Aku rasa dia mulai paham kalau dia adalah milikku.

"Tuan, kakak nyonya akan datang. Beberapa stalker suruhan, melihat kakak nyonya mengendarai mobilnya menuju kemari." jelas Bri.

"Hmm.. Menarik, jadi dia sudah tahu kalau aku yang membawa calon istriku kemari." ucapku sambil meminum kopiku.

"Iya tuan, lalu apa yang harus kita lakukan?" tanya Bri.

"Tentu saja, kita harus menahannya di ruang bawah tanah. Dengan kondisi yang bisa membuat Lea menuruti perkataanku seterusnya." jawabku.

Author pov

Oza sampai di depan mansion Hanzel, tidak sedikit pun dia merasa kagum saat melihat mansion mewah milik Hanzel itu. Dengan langkah besar dia memasuki mansion itu, melewati semua bodyguard yang sedang memandangnya.

"HANZEL!!!!!" teriak Oza yang memenuhi ruang di mansion itu.

Hanzel yang berada di ruang kerja pun segera keluar bersama dengan Bri. Menatap remeh ke arah Oza, dan memasang senyum liciknya. Berjalan mendekati Oza yang sedang menahan emosinya itu.

Sedangkan Lea yang berada di kamar, sangat terkejut saat mendengar suara teriakan, tapi bukan hal itu saja. Dia sangat mengenali suara itu, suara itu adalah suara kakaknya.

Lea pun berlari mendekati pintu kamarnya. Menggedor - gedor pintu itu sambil memanggil nama kakaknya dengan sekencang mungkin.

"Kakak!!!! Kak!!! Tolong  Lea, kak!!" teriak Lea sambil menggedor - gedor pintu itu.

Oza yang mendengar suara teriakan Lea segera berlari menuju kamar itu. Namun sayang, langkahnya terhenti karena tubuhnya sekarang di tahan oleh bodyguard Hanzel.

"Brengsek!!!" umpat Oza sambil meronta.

"Wah - wah, sudah lama ya kita tidak bertemu, Oza." ucap Hanzel sambil tersenyum miring.

Oza menatap marah ke arah Hanzel. "Cepat lepaskan Lea atau aku akan..."

"Akan apa?!" Hanzel menaikkan sebelah alisnya, menatap remeh Oza.

"Aku akan membunuhmu!!! Cepat lepaskan Lea." jawab Oza berseru keras.

"Oza - Oza apa kau lupa bahwa Lea adalah calon istriku?? Bahkan orangtuamu pun mengatakannya dulu. Itu berarti Lea adalah milikku." Hanzel berdesis mendekat ke arah Oza.

"Tidak akan aku biarkan adikku menjadi istri pria brengsek seperti mu!" Oza terus meronta - ronta, agar bisa terlepas dari genggaman bodyguard Hanzel.

"Jaga bicaramu Oza!! Kalian bawa dia keluar dari mansion ini, jika dia datang lagi maka cepat - cepat kurung dia di ruang bawah tanah. Mengerti?!!"

"Mengerti tuan!!" jawab bodyguard itu.

Oza pun dibawa oleh bodyguard - bodyguard itu keluar dari mansion. Sedangkan Hanzel, membuang nafasnya kasar. Hanzel mendengar teriakan dari kamar Lea, dia pun segera berjalan menuju kamar Lea.

"Kakak!!!" teriak Lea sekali lagi.

Hanzel membuka pintu kamar itu dengan kasar membuat Lea terjengkang ke belakang dan hampir jatuh, untung dia bisa menahan keseimbangan tubuhnya. Tubuhnya menegang saat melihat seseorang di depannya, bukan - lah kakaknya tapi Hanzel yang berdiri di sana dengan tatapan penuh amarah.

"Apa yang kau lakukan hah?!" tanya Hanzel dengan nada berseru.

"Dimana kakakku? Apa yang kau lakukan kepadanya?" tanya Lea sambil menatap keadaan di luar kamarnya.

"Dia sudah ku urus. Jadi kau harus tetap diam." jawab Hanzel.

"Untuk apa aku diam? Kau pikir jika kau mengancamku, aku akan tetap diam begitu?! Tidak!! Biarkan aku pergi menemui kakakku!" ucap Lea sambil mencoba menyingkirkan tubuh Hanzel dari pintu.

PLAKKK

Tanpa di sangka oleh Lea, Hanzel menampar pipinya dengan sangat keras membuat tubuhnya jatuh dengan keras ke lantai. Lea memegangi pipi nya yang terasa sangat perih. Tanpa bisa di tahan, air mata Lea turun menuruni kedua pipinya.

Sedangkan Hanzel tidak percaya akan apa yang telah dia lakukan. Dia menatap tangannya yang menampar pipi Lea. Dengan segera dia berjongkok untuk menggapai tubuh mungil Lea yang masih terduduk di lantai.

"JANGAN MENYENTUHKU!!!" teriak Lea membuat Hanzel terkejut.

Terlebih saat melihat Lea menangis, Hanzel tidak peduli akan teriakan Lea. Dengan segera dia membawa Lea masuk ke dalam pelukannya. Tidak peduli dengan Lea yang terus memukuli tubuhnya sambil menangis.

"Maaf... Maaf... Maafkan aku Lea..." gumam Hanzel sambil terus memeluk tubuh Lea.

Hingga isakan Lea berhenti membuat Hanzel mengernyit bingung. Di lihat nya wajah Lea, dan ternyata Lea tertidur karena lelah menangis. Hanzel membawa tubuh Lea dan membaringkannya di atas ranjang.

Hanzel mengunci pintu kamar dan ikut tidur di samping Lea. Memeluk tubuh mungil Lea dengan sangat eratnya. Sambil terus menggumamkan kata maaf tepat di telinga Lea.

"Maafkan aku Lea... Aku hanya tidak ingin kau kembali kepada kakakmu. Aku mencintaimu, sangat mencintaimu."

You're Mine ✔️ {TERBIT}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang