Chapter 3

81 9 0
                                    

"Rafiiii!!!! Cepat bangun anak pemalaaaass!!!"

  Brakk!!!
 
Aduduh, sakit sekali. Aku sepertinya terjatuh dari tempat tidurku. Aku masih melihat samar-samar. Ini pasti karena aku menangis kemarin, mudah-mudahan mataku tidak bengkak.

Eh tunggu!! Aku punya kasur? Seingatku kasurku satu-satunya adalah lantai beralaskan selimut jahitan. Refleks, ku kucek-kucekan mataku hingga kotorannya tak menempel di bulu mataku.
 
Aku terpana melihat sesosok benda besar di hadapanku itu. Itu kasur, kasur yang mewah. Aku segera berdiri dan meraba-rabanya, wah halus. Tanpa pikir panjang aku langsung mendaratkan tubuhku di atas kasur itu.
 
Nyamaaaaannn. Kenapa aku ga pernah hidup seperti ini selama ini. Ku renggangkan seluruh sendiku dan menguap sebesar-besarnya. Sembari ku telentang, sembari ku melihat sekelilingku. Hmm ada lampu mewah di atas atapku. Ada lukisan di dindingku. Cermin kesayanganku berubah nampak indah sekali berlapisi emas.

Tunggu!!! Aku rasa aku pernah merasakan ini. Aku coba mengingat-ngingat. Ohh benar... ini adalah mimpi. Tidak mungkinkan aku berada di sini. Seharusnya aku berada di rumah tua yang lapuk serta adikku menggeser pintu usang ku dan berteriak minta makan. Dan...
 
Aku jadi ingat peristiwa kemarin. Bagaimana rasanya aku hampir di perkosa oleh sekelompok preman menyeramkan. Ahhhhh kepalaku sakit memikirkan hal demi hal yang dia lakukan kepadaku. Refleks, aku memegang telinga kananku. Tunggu... rasanya ga geli lagi.

BRAKKK!!!

"Masih sampai kapan kau akan tidur di situ anak pemalas? Cepat mandi dan sarapan dan hukuman siap menanti untukmu," ku lihat seseorang yang lumayan tua dengan janggut tebal berwarna putih menghiasi dagunya.

Aku hanya berdiam diri, mencoba mencari tahu lebih lanjut tentang dia dengan melihat fisiknya. Sampai aku menyadari, ini kan mimpi. Tentu saja dia ayah palsuku.

"Iya ayah, aku akan segera mandi," ucapku di sertai senyum dan tangan kananku mengadahkan hormat di dahiku.

  "Ayah tau kau jadi dekat dengan gebetanmu hingga kau segembira ini, tapi bukan berarti kau harus menyianyiakan waktu, mengertiii??!!!" Ia melontarkan kata-kata yang tak ku ketahui lalu kembali membanting pintu dan keluar kamarku.
 
Jadi... sekarang tinggal aku sendirian di kamar. Apa yang harus kulakukan? Oh iya benar. Aku harus pergi ke sekolah, itulah kenapa ayah, maksudku itulah kenapa ayah palsuku menyuruhku mandi. Baiklah aku akan segera mandi dan menikmati kemewahan dari mimpiku ini.

Ahh, apa ini? Ada sesuatu yang mengganjal di bawah sini. Aku melihat ke arah bawahanku. Nampak jelas aku hanya memakai celana pendek dan terlihat bulu-bulu halus tumpuh di betis hingga mata kaki ku. Ku alihkan pandanganku dan segera mencari pintu kedua yang kemungkinan pasti adalah kamar mandiku, dan... yap, pintu itu ada di dekat televisi yang besar.

Aku dapat melihat bayanganku dari kaca televisi yang tengah dimatikan itu. Sejenak aku berpikir bahwa di dunia nyata aku hanya dapat menonton televisi ketika ada acara nonton bersama se desa. Baru kali ini ada televisi besar di depan ku-

  Tunggu!!! Bayangan itu... aku... jadi laki-laki. Aku hampir lupa, setiap kali aku bermimpi menjadi anak kaya pasti aku mejadi laki-laki. Pantas ada yang mengganjal di bawah sini.
 
Suasana hening sejenak. Dan aku memutuskan apa aku harus mandi atau tidak, mengingat ada sesuatu yang tak boleh ku lihat di antara kedua pahaku. Lalu aku mendapat ide cemerlang. Tentu saja ini hanya mimpi, aku tak perlu malu untuk melihatnya. Ini bukan tindakan kriminalitas, ini hanya mimpi.
 
Dengan santainya aku memasuki kamar mandi dan melepas pakaianku...

***
  Ku buka pintu kamar tidurku. Aku sudah berpakaian rapi dengan seragam yang sudah tersedia di lokerku. Aku segera berusaha menghapus ingatanku saat berada di dalam kamar mandi. Aku merasa sangat malu.

  "Berurat," tatapku tajam kepada pegangan tangga di depanku.

  Ku dengar langkah kaki menaiki tangga dan seseorang dengan pakaian jas muncul di hadapanku.

  "E... tuan muda, maaf mengganggu, sarapan sudah siap dan ayahanda sudah menunggu anda sedari tadi," ucapnya dengan mata sipitnya disertai alis yang tumbuh panjang.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 11, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ReliefTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang