A.B.I.M.A.N.A

111 15 0
                                    

-Pastikan kamu memutar video diatas untuk suasana membaca yang mendukung-

Sadarkah kau, air mata ini menetes untukmu.

DI RELUNG hati terdalam dia menemukan hal aneh. Tangannya  membujur kaku. Mulut yang terbungkam itu menyiratkan kekesalan. Berkali-kali matanya berputar seperti bianglala. Dan juga, kaki yang menyilang membentuk huruf X. Sempurna, ia benar-benar marah.

Kemudian matanya terhenti. Tatapannya menuju arah cermin, mengamati dirinya yang duduk di sofa sebelum berdiri. Detak jantung tak stabil. Tiba-tiba wajahnya terfokus oleh satu sosok tinggi yang berada di depan pintu. Orang yang berdiri itu membawa alkohol jenis vodka. Bau bercampur aduk dengan asap rokok yang sedang ia jepit di kedua jemari.

Wanita itu hanya bisa terdiam menatap tingkah suaminya, dan marah takkan membuahkan arti apapun.

Lelaki separuh baya tersebut masuk menuju kamar. Melempar pintu yang menhentakkan hati istrinya itu. Sudah lama menikah, tetapi kelakuan tak pernah berubah.
"Astagfirullah" berkali-kali ucapan itu yang mampu keluar dari mulutnya.

--

KEESOKAN HARI, sebelum ulang tahun pernikahan mereka rayakan, sang suami yang acuh pergi meninggalkan rumah. Sesaat kemudian merampas seluruh uang yang menjadi simpanan istrinya.

"Aku sudah tak tahan. Ceraikan saja aku!"

"Baik, jika itu maumu!" Hentak sang suami.

Tangisannya tak henti-henti mengeluarkan air mata. Berkali-kali wajahnya terampas oleh tamparan yang melesat tepat pada pipi kirinya. Dilanjutkan pipi kanannya.

"Kita cerai hari ini, pulang saja kau! Jalang! Sekarng Minggir! MINGGIR!" Hentaknya lagi.

Di dorongnya sang istri ke lantai, dibiarkan terhempas dengan kaca, bahkan pelipis kirinya sudah bercucuran dengan darah.

--

1999

"SAYA NIKAH dan kawinkan, Abimana Setyadhi bin Asalam Baiq dengan Namiya Fathia binti Budiono dan mas kawin seperangkat alat solat, serta emas dua ratus gram dibayar tunai"

"Saya terima nikah dan kawinnya Namiya Fathia binti Budiono dengan mas kawin seperangkat alat solat dan emas dua ratus gram dibayar tunai"

"Sah? Alhamdulillahirobbilalamin"

Bersanding bersama disatukan oleh selembar kain panjang, dengan Al-Qur'an dan cincin sebagai pembuktian yang nyata. Merupakan awal mula cerita yang sebenarnya.

Mata mereka berbinar-binar, memancarkan cahaya kebahagiaan. Pada akhirnya, keinginan mereka terwujud untuk bersatu membina suatu keluarga yang utuh.

Tahun pertama dan kedua, kemesraan mereka masih terasa. Setiap kali ulang tahun pernikahan terjadi, peristiwa romantis adalah tradisi yang tak pernah hilang.

Memasuki tahun ketiga hingga keenam, hubungan mereka masih mesra, hanya saja sedikit renggang. Abi--sang suami, mulai mengenal rokok lagi. Meskipun sebelum menikah mereka berkomitmen untuk meninggalkan segala sifat buruk di masa remaja, nyatanya hal itu terulang lagi.

Tetapi lambat laun, memasuki tahun ketujuh dan kedelapan hubungan bertambah renggang. Hal yang biasanya Abi mencium pipi Namiya, istrinya, ketika akan berangkat kerja, sudah tidak lagi menjadi tradisi. Ia juga lebih sering membanting pintu, menumpahkan makanan, mabuk-mabukan, judi, dan merokok parah. Tidak jarang pula sering pulang malam larut atau yang lebih parah pulang pagi. Istri mana yang tahan dengan semua itu?

Brak

Lagi-lagi Abi membanting pintu dan pergi.


--

NAMIYA menyeka air mata yang sudah mengalir di pipi. Menatap pintu dan segera mencari jaket, kemudian mengikuti arah Abi pergi.
Dengan menggunakan ayla, ia segera mengikuti mobil suaminya itu. Hingga diperempatan jalan kota ia berhenti. Berhenti di depan sebuah club malam, sangat ramai.

Namiya yang melihatnya seakan tak percaya, karena suaminya berani menginjakkan kaki di tempat kotor itu. Rasanya ia ingin menghentikan langkah, tetapi keingintahuan yang dalam membuat kaki Namiya melangkah masuk.

"Uhuk!" Asap rokok memasuki sela-sela hidung. Tangan yang tergenggam berubah mengibas-ngibas. Bau alkohol yang sangat menyengat, wine, vodka, wishki dan ada juga botol sampanye, semua tercampur menjadi satu.

Beberapa juga para jalang berkeliaran  mencari mangsa. Mangsanya tak lain adalah om-om berduit yang sudah memiliki istri dan anak dirumah. Mereka terlihat bergeliyat-geliyut dihadapan para pria itu. Sungguh menjijikkan.

Astagfirullah, maafkan aku YaAllah sudah memasuki tempat haram seperti ini.

Gumamnya dalam hati. Suatu tujuan yang ia lakukan adalah mencari sosok suami yang ia cintai.

Suasana yang remang-remang menyulitkan pandangan mata. Kehilangan jejak. Namun, ia menemukan sosok suaminya tengah duduk. Dan dikelilingi para wanita pembusuk neraka.

Deg.

Sekejap jantungnya terasa mati. Tubuhnya gemetar. Pandangannya kosong. Bibirnya bergetar dan wajahnya berubah memucat.

Tolong! Tolong aku. Rintihnya.

Ia menyandarkan diri pada sebuah sofa empuk. Nafasnya terengah-engah. Sesak. Seorang lelaki berani mendekati Namiya dan duduk disampingnya. Bau mulut pria itu juga bau alkohol, dengan membawa sebotol wiski di tangan kanannya.

"Halo nona cantik" goda pria itu kepada Namiya.

Namiya tak membalas dan memilih untuk diam.

"Apa yang sedang kau amati, Sayang?" Kata pria itu lagi.

"Pergilah kau! Aku kemari dengan suamiku! Jangan ganggu aku!" Hentak  Namiya.

"Oh, sudah bersuami? Szzh. Suami macam apa menelantarkan istrinya di  club malam seperti ini?"

Pria itu kemudian berdiri dan jalan sempoyongan. Sedangkan Namiya masih shock dengan kata-kata pria itu.

Ia terus menangis, bahkan nafasnya terdengar tidak teratur. Kemudian ia kembali ke mobil dan segera pulang.

--

Aku menabur bunga dipusaran. Membawa payung hitam bersama Abi. Wajahnya mencorakkan kesedihan yang mendalam, membacakan ayat kursi serta alfatihah. Ia tidak tahu, bahwa malam tersebut adalah malam terakhir ia melihat istrinya. Penyesalan tiada arti menjadi kendala di otak Abi. Aku tahu, ia butuh sendiri. Setelah kecelakaan istrinya itu, ia sadar betapa jahat yang dilakukannya untuk Namiya. Dan semua sudah terjadi.

Assalamualaika, tenanglah disana.

Selamat tinggal Namiya.

----------------------------

A TearsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang