You

95 15 9
                                    

-Pastikan kamu memutar video diatas untuk menambah suasana membaca-

We make our heart is broken

JAM ISTIRAHAT tiba, aku dan Resha segera ke kantin, tepatnya warung Bi Nem. Tempat tongkrongan anak kelas 12 IPS itu. Meskipun kami, aku dan Resha anak IPA, aku tak peduli jika harus bergaul dengan anak IPS sekalipun.

Namun, disana sangat ramai, kulihat banyak orang berkumpul. Hampir aku tidak jadi kesana, tapi Resha memaksa.

Jam istirahat selesai, semua kembali ke kelas masing-masing kecuali aku dan beberapa anak IPS 3. Darisana aku melihat dua orang sedang menggendong anaknya bu kantin--Dua orang itu pacaran, dan merupakan pasangan yang membuatku iri, benar-benar romantis--sebelum akhirnya mereka juga kembali ke kelas.

"Eh, Meng. Ndakan gitu juga di kelas?" Kata bi Nem kepada Komeng yang saat itu masih disana.

"Sering, Bi. Pernah tuh dipukul pake sapu di kelas" jawab komeng tenang.

Aku mendengarkan pembicaraan mereka, diam-diam aku menguping.

"Yagitu tho, Bi! Parah" sekarang giliran temannya yang tak kukenal itu bicara.

"Kok yo gelem ya? Nopo ora putus wae? Malah rekoso sidone" kata Bi Nem lagi yang berarti :"kok mau ya? Kenapa enggak putus aja, malah sakit jadinya"

"Ah mboh, Bi. Biarin aja, mereka bahagia kok. Ohya, berapa ini, Bi?"

"Dua puluh ribu."

"Sekalian titip rokok ya, mau ada sidak katanya" celetuk Komeng.

Akhirnya mereka pergi.

Aku langsung paham, pasti dua orang tadi. Pasangan yang aku anggap romantis, Renan dan Faza.

"Yang tadi itu, Faza ya?"

"Sstt, mbaknya denger tho?"

Aku dan Resha tersenyum.

"Denger" kataku lagi.

"Iya mbak, si Renan sama Faza"

"Kenapa mereka Bi? Sampe kayak gitu?"

"Padahal romantis lho mereka." Sergap Resha.

"Wah mbaknya gak tau sih, mereka itu sering bertengkar disini."

"Didepan umum?" Jawab Resha tak percaya.

"Tapi ini rahasia lho mbak!"

"Iya"

"Jadi gini--"

Bi Nem bercerita panjang lebar tentang hubungan Faza dan Renan yang jauh dari kata romantis. Mereka selalu bertengkar baik di kelas, dikantin,dan mungkin waktu jalan di tempat lain juga kali ya?

"Pernah juga, mbak. Mbak tau tho, kalo tangannya si Faza itu kecil, ya kan dia cewek kurus. Nah, si Renan itu kasar mbak, sampe tangannya pernah mau dipatahin cuma garagara gak mau bayarin makan"

"Segitunya, Bi? Loh selama ini yang bayarin si Faza?"

"Lah iya tho. Masak mbak Resha gatau?"

"Serius, baru tau saya" katak Resha meyakinkan.

"Terus, gimana Bi?" Aku masih mendengarkan dengan jari teranyam.

"Terus, si Faza minta putus. Udah berapa kali ya? Tiga kalo gaksalah, gatau juga kalo dikelas. Tapi akhirnya gak jadi juga, karena si Renan selalu ngancam mau beberin rahasianya Faza gitu katanya"

"Rahasia apa?!" Tanyaku dan Resha barengan.

"Ya kalo bibi tau juga bakal cerita mbak, lah bibi gatau sayangnya."

"Oh gitu."

Aku terdiam dan kembali makan. Seketika kuingat lagi masa laluku yang kelam bersama seseorang yang sangat kau kenal. Ternyata dia tak berubah, kau sama saja Renan!

Kau boleh catat, aku memang pacarnya Renan, dulu. Sekarang kami sudah putus dan memiliki hubungan yang buruk. Aku tahu dia itu kasar, dan aku sudah sangat tahu itu. Sebelum masuk SMA, aku telah lebih dulu pacaran dengan Renan waktu masih SMP. Ku kira percintaan SMP itu sama polosnya dengan sikap anak biasanya, tetapi tidak.

Dia tampan, dan itu memang realita. Dia juga menarik, siapapun yang melihatnya pasti akan mudah jatuh cinta, apalagi kata-kata bualan yang selalu ia lontarkan, huh! Bener-bener bisa bikin fallin in love.

Oke kembali ke cerita.

Jadi, dulu aku adalah orang paling teraniaya. Kau tahu? Aku bahkan pernah pelipis kanan sobek karena ia memukulku dengan botol kaca, tetapi bodohnya, aku masih tidak mau melepasnya, bahkan jika dia harus membunuhku sekalipun. Pernah juga aku bertengkar hebat hingga hampir patah jariku hanya karena aku bilang "Jangan main game terus".

Dia juga suka mengancamku akan melapor kepada Ayah bahwa sekarang aku sedang pacara dengannya, dan ancaman itu demi mendapatkan makanan gratis. Sekarang aku pikir-pikir dia lebih hina dari pengemis.

Dia juga suka menamparku karena hal yang gak penting, seperti aku yang selalu menyukai pink, coklat cadburry, atau hal lain yang berbau manis. Padahal itu kan hakku untuk menyukai apapun yang aku suka, yakan?

Tetapi untungnya aku adalah orang yang beruntung. Aku bukan orang pecundang yang takut seperti Faza. Akhirnya kami putus di tahun terakhir UN. Dia mengiyakan karena setau dia aku takkan satu sekolah dengannya lagi, dan siapa yang akan duga jika ternyata kami masih bertemu.

Setelah aku mendengar kata-kata Bi Nem aku sadar ia tak pernah berubah.

#

Pulang sekolah, Aji telepon. Dia bilang akan jemput aku, karena sopirku sedang demam. Aji adalah anak dari rekan bisnis ayahku, Paman Sam. Dia baik bukan karena uangku, tetapi karena tulus. Aku suka dengannya. Dia juga lebih menyukaiku bahkan sayang, bukan lebih tepatnya sangat cinta. Meskipun dia tidak setampan Renan, tapi ahsudahlah, dia bahkan tak pernah memberikanku kesempatan untuk meneteskan air mata kesedihan, malah selalu membuatku terharu dan merasa istimewa.

Dan air mata ini, takkan lagi menetes seperti dulu, tetapi akan menetes karena terharu.

Aku bahagia.

------------------A Tears selesai-------------------

HAI BUAT KALIAN YANG MAU KASIH MASUKAN CERITA, SILAKAN COMMENT.

JANGAN LUPA VOTE YA MAKASIH

TUNGGU SHORT STORY DARI AKU YANG LAIN, OKE 😉

A TearsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang