bab 1 tangis

2 1 0
                                    

Tangis ku mulai berderai seiring akal ku memikirkan mu. Sekilas wajah mu singgah di minda,  dan ku hapus dengan air mata. Tak ada kata yang menyakitkan, namun saja hati sudah terlanjur berdecak kagum akan hadir mu dan keputusan baik ini diambil saat hati ku belum siap. Logika sudah lama memikirkan,  namun tidak dengan hati. Ia terlalu rapuh untuk diajak berdampingan dengan logika. Terkadang, logika ku terkubur sejenak,  mendominasi hati yang gunda gulana.  Hilang akal ku,  sesak dada ku,  dan air mata ku yang berbicara. Sungguh kenyataan baru yang ironis,  aku belum terbiasa tanpa mu.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 11, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

RasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang