Lale lale katanyo lale
Hana jantate umuka tuha
Putehngon janggot kuningon mise
Hatom tacombe tika musalah.*"Tahan air matamu Nadine, kamu hanya melakukan yang terbaik. Kamu cinta Indonesia bukan? Kamu ingin membuktikan bahwa budaya dapat mempersatukan Indonesia"
***
Nadine Josephtian. Tak ada yang tidak mengenalnya. Paras cantik nan jelita juga baik hati. Memang baru 2 minggu Nadine berada disekolah ini,namun sudah banyak yang mengenal parasnya yang begitu mengagumkan menurut para lelaki. Dengan rambut coklat sebahu membuat dia menjadi pusat perhatian di sekolah ini. Tentu saja sebagai wanita cantik di sini dia memiliki banyak penggemar. Tetapi dia membenci untuk berteman.
Fara yang membuat Nadine menjadi membenci berteman. Si sombong namun kaya ini memanfaatkan untuk berteman dengan Nadine saat ia baru bersekolah. Bahkan Nadine juga sempat berbicara kepada guru BK dengan aksen yang jauh beda dari teman sebayanya. Tentu saja, dia bukan orang asli daerah ini melainkan seorang imigran dari Australia.
"I can't do something here! Could you told me to fill them into the jail hah? Semuanya menertawakan ketika aku berbicara seperti ini. They say aku itu arrogant karena berpura-pura untuk berbicara seperti ini. Itu bahkan sama saja mereka menghinaku, aku tidak terima dengan perlakuan mereka." "But honey, ini hanya sementara. Kamu bisa bersabar untuk menunggu Dad selesai melakukan tugasnya disini? Just wait a moment, my dear"Saat ini Nadine benar-benar pusing. Bagaimana bisa dia menahan dirinya untuk hidup dalam keadaan seperti ini selama 18 bulan kedepan?
***Semua berjalan seperti hari lalu. Nadine berangkat ke sekolah diantar Dad, dan Mom tetap di rumah. Sudah 3 minggu dia hidup di Banda Aceh. Memang dia bukan orang Islam, tapi sekolah mewajibkan dia untuk menggunakan seragam lengan panjang dan rok panjang. Dia juga bersekolah umum yang mayoritasnya orang Islam. Kalaupun bukan alasan atas pekerjaan Dadnya yang memakan waktu sangat lama, mungkin Nadine tidak akan mau untuk tinggal di sini dan bersosialisasi disini.
'Samboeng Gayo'. Nama sebuah tempat yang selalu dilewati oleh Nadine berangkat ataupun pulang dari sekolah, telah memikat hatinya. Nadine juga selalu melihat seoramg perempuan yang datang maupun keluar dari tempat itu, tentu saja perempuan itu memakai seragam yang sama dengan Nadine. Hingga pada hari itu Nadine memutuskan untuk berteman dengan si perempuan yang selalu dia lihat tiap kali melewati tempat bernama 'Samboeng Gayo'.
YOU ARE READING
FLOW
General FictionKehidupan seorang bulenesia dan seorang mualaf yang mengikuti alur budaya setempat. Tentu saja, setiap orang memiliki masalahnya masing-masing. Namun, mereka mencoba untuk tetap melawanya dengan tameng budaya. Tak ada yang mereka salahkan. Mungkin h...