Aku menemukannya,
sesuatu yang selalu mengelitik didada,
bila aku berada didekatnya.♥
Kata guru-guru sih, murid dikelas ini rata-rata anak-anak fashionable banget, juga heboh. Padahal mah, isinya cuma anak-anak kebelet gaul yang bosen sama pelajaran. Jadilah, mereka lampiaskan ke style mereka.
Ohya, murid yang disebut fashionable itu tidak termasuk Dinda.
Dinda Latisha, gadis lugu yang suka cari perhatian ke gebetannya itu cukup sederhana. Jika murid lain lebih suka naik motor atau mobil, Dinda lebih milih naik sepeda. Katanya sih, biar sekalian olahraga. Ditambah bonus bisa lihat sepeda Aksal diparkiran. Kalau heboh sih, Dinda sering. Apalagi kalau berhubungan sama Aksal. Entah itu, Aksal yang menang olimpiade fisika sampai Aksal yang kelihatan ganteng banget pas lagi imamin murid sholat.
Walaupun sampai sekarang, tidak ada orang yang tahu kalau Dinda suka Aksal. Kecuali, Dinda dan Tuhan Yang Maha Mengetahui. Yang mereka tahu soal Dinda hanya Dinda yang ingin merebut posisi Aksal dari keistimewaannya bila dipandang seantero sekolah. Hanya itu.
Aksal, ia termasuk anak yang disebut fashionable walaupun tidak heboh. Entah bisa disebut fashionable atau tidak, yang jelas, setiap ia berpenampilan, Aksal selalu jadi sorotan. Dan ya, Aksal suka naik sepeda. Alasannya sama seperti Dinda, namun minus untuk melihat sepeda gebetan.
"Sal, nanti lo ikut sparing ga sama anak Bangsa?" Bayu, teman sebangku Aksal bertanya. Aksal yang lagi asyik sama komiknya menoleh. "weis, ikutlah. Jam berapa, Bay?" jawabnya antusias.
Bayu Pamungkas tersenyum lebar. "Asoy, jam empat sore dilapangan biasa!"
Aksal menutup komiknya, matanya terlihat berbinar ceria. Dan hal itu tak luput dari pandangan Dinda. Dinda mengeluarkan ponsel dari sakunya lalu,
Ckrek~
Ia memotret pandangan itu. Dalam hati Dinda bergumam, foto kesembilan ratus dua puluh empat.
"Eh, lo ngapain, Din?" seru Naomi kencang. Tadi ia melihat Dinda membuka aplikasi kamera lalu memotret kearah Aksal dan Bayu. Ia jadi penasaran, sebenarnya siapa yang dipotret Dinda?.
Dinda tersenyum gugup. "Eng-Engga kok Nao!"
Azizah Naomi, teman Dinda yang mulutnya bak ember bocor.
"Hayoo, lo moto siapa barusan?" tanya Naomi telak.
Dinda meneguk ludah pahitnya seraya berpikir.
"Oh itu, gue barusan mau lihat itu!" tunjuknya kearah lubang ventilasi yang tepat berada diatas tempat duduk Aksal. "Noh, lo liat sarang burung itu nggak? gue kira ada burungnya, pas gue perbesar ternyata nggak ada. Trus gue gajadi moto deh!"
Naomi mengangguk-anggukan kepalanya seraya ber'oh' ria. "Tapi bukannya lo moto si Aksal ya? Cieee" ledek Naomi girang.
Pipi Dinda bersemu, namun ia berusaha menutupinya dengan rambut. "E-ehem," Dinda berdeham untuk menetralkan degup jantungnya yang terasa jumpalitan. "Enggak kok, lo salah liat kali!" kata Dinda tanpa menoleh kearah Naomi.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Little Too Much
Teen FictionDinda, gadis manis yang tak pernah terlihat dimata teman-temannya. Gadis yang selalu peduli, namun jarang dipedulikan. Aksal, laki-laki bertubuh jangkung yang menjadi anak emas para guru. Laki laki berotak cerdas. Laki-laki yang selalu jadi sorotan...