Eric Djatmoko Sandjaja

28 3 0
                                    

"DASAR ANAK NAKAL KAMU YA!! JANGAN KABUR KAMU!!"

"AMPUN MAK! AMPUNI ANANDA! Oh Ayahanda dimanakah engkau berada?"

"Tidak usah mendramatisir. Dan janganlah kau menyebut Ayahanda lagi, anakku. Dia sudah tiada, terhempas gelombang rapalan bualan dan macam tipu daya yang menggelora di jiwanya. Yang mengakar dan beranak pinak di raganya. Menjadikannya tamak dan tak memiliki empati. Hingga aku menjadi korban dari segala keeogisannya. Oh, anakku, teganya kau pada Ibundamu ini. Kau membuat Ibundamu ini kembali mengenang hal pahit yang diciptakan pria tak beradab itu."

"Nah sekarang lihat, siapa di sini yang lebih mendramatisir lagi? Bukannya Mak yang lebay dengan seluruh perumpamaan gak masuk akal itu? Ah, gimana kalau aku memberitahu Ayah kalau Mak mengatainya 'pria tak beradab'? Ide bagus!"

Adegan pentas drama yang sedang disaksikan oleh lebih dari tiga puluh orang itu teralihkan sesaat karena dering telepon yang begitu nyaring terdengar seantero gedung. Membuat sang pemilik ponsel mengumpat pelan dan segera keluar dari barisan tempat duduk menuju pintu keluar gedung setelah sebelumnya meminta maaf terlebih dahulu secara cepat kepada penonton lain.

"ERIC DJATMOKO SANDJAJA!! DIMANA KAMU?"

Penerima telepon tersebut—yang tak lain adalah Eric—segera menjauhkan telinganya dari jangkauan speaker ponselnya.

"Duh, Mama, bahkan aku belum ngucapin 'halo' atau sapaan lainnya," gerutu Eric kepada lawan bicaranya di telepon. "dan aku lagi di gedung teater. Nonton teater atau drama atau apalah itu karya teman SMAku."

Terdengar helaan napas dari seberang sana, "Di mana pun kamu itu, mama minta kamu cepetan ke kantor! Lagi-lagi kamu mangkir dari kerjaan kamu ya? Mana kamu seenak udelnya batalin janji kamu sama Clara lagi!"

"Maa—"

"Gak ada penolakkan! Meskipun Papa itu direktur di perusahaan, bukan berarti kamu bisa seenaknya bolos kerja, Eric. Atau kamu mau mama kirim kamu ke—"

"Oke, Ma! Fine aku balik ke kantor. Dan stop ngancem aku dengan alasan itu, bosen dengernya."

"Yaudah, jadi segera kembali ke kantor, Eric. Now!"

Sambungan telepon pun terputus. Eric baru saja akan berbicara, namun sambungan telepon sudah diputus oleh Mamanya tersebut.

Sambil berjalan menuju kendaraannya, Eric mengirimi pesan kepada temannya yang mengadakan pentas drama tersebut bahwa dia harus kembali ke kantor.

Dan tanpa menunggu balasan, Eric segera menaikki motornya ketika langkahnya sudah mencapai tempat dimana kuda besi tersebut diparkirkan.

Ia pun segera menjalankan motornya setelah memakai kacamata dan helm hitamnya. Membelah kemacetan kota Jakarta.

💂💂💂💂💂

p.s. sebenernya part ini udah selese dari 13 desember kemarin tapi sampulnya belum buat jadi ya ditunda mana tiba-tiba sakit. Moga-moga suka ya ss amburadul ini tehhehehehe☺️😊

Nutcrackeric |a.u| ☑️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang