Sedih Tak Berujung

95 7 9
                                    

WritersWWI
Saya akui cerita saya masih abal dan terdapat banyak kesalahan. Terima Kasih buat kamu yang berkenan membaca cerita saya. Kalau ada kesalahan boleh komentar ya.

♬♬♬

Hari ini adalah hari yang akan menjadi akhir bagi kisahku. Lebih tepatnya, kisah cintaku. Berlebihan memang, namun inilah kenyataannya. Bahwa hari ini aku harus melepaskan rasa cintaku untuknya. Untuk dia yang telah menjadi milik orang lain.

Aku memantapkan langkahku memasuki ballroom yang telah didekorasi sedemikian rupa hingga menimbulkan kesan mewah dan elegant dengan mempadukan beberapa warna ditiap sudutnya, ditambah dengan bunga Mawar yang menguarkan Wangi khasnya ditata disetiap meja yang terjajar rapi.

Acara resepsi telah dimulai sejak setengah jam yang lalu, aku memang sengaja telat masuk ke ballroom ini. Untuk mempersiapkan penampilanku nanti, juga hatiku.

Aku mengambil tempat duduk yang berada diujung. Untuk mengurangi resiko bila pertahananku yang coba ku bangun hancur, setidaknya tidak di depan orang banyak.

Namun nyatanya aku salah, dinding yang coba ku bangun tidak sekuat itu. Dia disana, duduk dipelaminan dan menatapku.

Aku tidak suka melihat ia menatapku seperti itu, tatapan seolah ia mencintaiku dan seolah memberiku harapan lebih. Aku tak suka, pada nyatanya harapan yang ia beri untukku itu semu.

Aku mencoba tersenyum ke arahnya dan mencoba membuktikan bahwa aku baik-baik saja. Dia pun tersenyum, senyum yang beberapa tahun kebelakang mewarnai hidupku.

Aku terlonjak ketika seseorang menepuk pundakku dari belakang. Aku tersenyum ke arah pria yang berdiri disampingku dengan penampilan yang menawan. Tanpa izinku, dia duduk dikursi yang berada disampingku.

"Jangan pasang wajah murung gitu dong, keliatan banget sedihnya ditinggal nikah. " ucapnya. Aku mencubit perutnya dengan keras hingga dia mengaduh.

"Gak usah so' tau deh, Nan. Gue biasa aja tuh." Nanda terkekeh dan tangannya menjawil hidungku.

"Oke deh, asal pas tampil nanti jangan mewek aja. " aku cemberut sambil mengusap hidungku yang kupastikan kini memerah.

"Iya oke, lo juga awas aja kalau salah kunci lagi ya!" Nanda terkekeh kembali dan memberi hormat padaku.

"Siap bos!"

Setidaknya aku masih mempunyai Nanda yang mampu menghiburku, setidaknya sampai acara ini berakhir.

Tak terasa setelah mengobrol hal yang tidak jelas dengan Nanda, kini waktunya aku dan Nanda tampil untuk menghibur pengunjung.

"Acara selanjutnya akan diisi oleh Mas Fernanda dan Mbak Diana yang akan menyanyikan sebuah lagu untuk kita semua. Untuk Mas Fernanda dan Mbak Diana dipersilahkan.

Aku menghirup dan menghembuskan napas perlahan, mencoba menenangkan diriku. Sebuah tangan menggenggam tanganku, ku lihat Nanda tersenyum.

"Ayo, kita pasti bisa. Jangan sedih kan masih ada gue." aku mengangguk dan tersenyum.

Suara tepuk tangan mengiringi langkahku ke panggung. Aku duduk di kursi yang telah disediakan di atas panggung. Nanda yang berada duduk di sampingku dengan sebuah grand piano yang berada di depannya.

"Siap, Di?" aku menggangguk. Perlahan musik mulai terdengar mengiringi semua rasa yang terkumpul dijiwa.

Mataku tidak sengaja bertatapan dengan matanya. Mata mempelai pria yang telah menjadi mantan kekasihku, Aria Nathail yang hari ini menikah dengan Inggitya yang menjadi pilihan kedua orang tuanya.

Aria tersenyum hangat kepadaku, kini bukan senyum yang memberi harapan lagi. Dia tersenyum seolah memberiku semangat bahwa aku bisa melewati semua dengan baik baik saja.

Perlahan suara dari piano yang dimainkan Nanda mendominasi membuatku terhanyut dan mulai bernyanyi.

Saat menjelang, hari-hari bahagiamu

Aku memilih tuk diam dalam sepiku

Saat mereka tertawa diatas pedihku

Tentang cintaku yang telah pergi tinggalkanku

Aku tak perduli, sungguh tak perduli inilah jalan hidupku~

Kini aku, kau genggam hatiku simpan di dalam lubuk hatimu

Tak tersisa untuk diriku habis semua rasa di dada

Aku menatap mata Aria seolah berbicara bahwa lagu ini mewakilkan perasaanku padanya.

Selamat tinggal kisah tak berujung, kini ku kan berhenti berharap

Perpisahan kali ini untukku akan menjadi kisah sedih yang tak berujung~

Kulihat Inggit tersenyum padaku. Akupun menyambutnya. Orang tua Aria pun tersenyum padaku, aku pun mencoba menampilkan senyuman yang terbaik. Setidaknya meskipun mereka tidak merestui hubunganku dengan Aria mereka bisa bersikap baik padaku.

Ini aku kau genggam hatiku simpan di dalam lubuk hatimu

Tak tersisa untuk diriku habis semua rasa di dada

Selamat tinggal kisah tak berujung kini ku kan berhenti berharap

Perpisahan kali ini untukku akan menjadi kisah sedih yang berujung~

Lewat lagu ini aku telah bertekad bahwa setelah lagu ini selesai aku akan berhenti berharap dan berdamai dengan masalalu.

Meski kisahku dan Aria berakhir dengan sedih yang tak berujung. Aku percaya bahwa kisah cintaku akan berbahagia dengan jalan yang berbeda, juga dengan orang yang berbeda.

Sedih Tak BerujungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang