Sorry...

566 52 6
                                    

Oleh : Huang and Wu

"Kelemahan tidak akan pernah memaafkan. Memaafkan adalah bagian dari kekuatan"

-Mahatma Gandhi-

-XOXO-

Huang Zitao hanya bisa menatap nanar ke luar balkon. Dia menatap pemandangan kota Beijing yang indah itu dengan raut wajah tak bisa tertebak. Air mata merembes keluar dari matanya, membawa kesedihannya mengalir di atas kulit pipinya. Sebuah handphone tampak tergenggam di tangannya, mencengkramnya keras hingga casing-nya hampir lepas.

"Zitao, aku pulang."terdengar suara baritone seorang lelaki dari luar sana.

Seseorang mendekap tubuhnya dari belakang. Zitao tak perlu berbalik untuk tahu siapa pelakunya. Bisa ia rasakan bahwa sang pelaku pemeluknya itu menaruh dagunya di puncak kepalanya.

"Kenapa masih di luar?? Ini sudah dingin."

"Berhentilah bersembunyi, Kris."gumam Zitao.

Lelaki bernama Wu Yifan–atau Kris–itu mengernyit, lantas membalikkan tubuh Zitao, kekasihnya itu. Kris pun terkaget, apalagi ketika melihat jejak kristal bening kecut itu, di kedua belah pipi Zitao.

"Sayang, kenapa kau menangis??"Kris hendak menyeka air mata itu, namun ditepis dengan kasar oleh Zitao.

Zitao menaruh handphone itu di balkon, lantas berderap keluar begitu saja. Kris yang tidak mengerti pun hanya diam di tempat, tidak berniat untuk mengejar Zitao, perempuan tomboy yang sudah menjadi tambatan hatinya selama 3 tahun itu.

Tatapan Kris terpaku pada handphone yang tadi sempat ia lihat di tangan Zitao. Dengan perlahan, dia membuka handphone itu. Matanya melirik gelisah, ketika melihat gambar di layar itu. Gambar bahwa dirinya sedang menyuapi seorang perempuan, yang merupakan sekretaris muda di kantornya.

Ya, Kris telah berselingkuh–dan Zitao tahu hal itu. Kini, Zitao hanya bisa berlari dan berlari, memasrahkan kedua kakinya membawanya kemanapun ia mau, mengikuti nalurinya. Zitao hanya bisa menahan sesak di dadanya. Rasanya sulit bernafas dan–aliran darah terasa terhambat.

Zitao menangis di bawah hujan. Ia membiarkan air hujan membawa lukanya itu, setidaknya membuat dirinya tidak terlihat memalukan di depan orang-orang. Banyak orang yang menatapnya heran, tapi ia tak ambil pusing. Ia perempuan kuat, sadar akan apa yang ia lakukan. Jalanan distrik Xicheng begitu senyap, karena kehadiran hujan yang mendadak. Zitao hanya bisa menengadahkan kepalanya ke langit, berharap bisa bertatapan dengan Sang Pencipta.

"Tuhan, apakah aku sebegitu menjijikan di matanya, sehingga ia tega berselingkuh??"hanya Tuhan yang bisa menjawab pertanyaan itu.

Kembali ke Kris. Melihat hujan yang deras menyirami seluruh pelosok daerah Beijing, membuatnya semakin was-was. Entah kenapa, pikirannya hanya terfokus pada keadaan Zitao sekarang. Ia mengumpat dirinya sendiri sedari tadi. Persetan dengan tubuhnya, dia sudah melukai hati Zitao dan akan melukai fisiknya jika ia tak menemukannya sekarang! Kris pun meraih jaket kantornya, lantas berderap keluar dan segera menuju ke parking area.

Kris men-starter mobilnya, lantas membawanya menuju ke jalanan kota Beijing. Setitik air mata menetes dari pelupuk manik obsidian-nya.

"Maaf..."gumamnya lirih.

Sementara itu, Zitao terus berjalan. Tatapannya kosong, dengan kedua tangannya yang mendekap tubuhnya sendiri. Ia mulai tidak kuat. Air hujan benar-benar tidak berhenti, membuatnya merasa menggigil dan pening yang sangat. Pandangannya pun buram sesekali, dengan langkah yang semakin gontai.

"ZITAO!!!"terdengar pekikan samar-samar, tapi tak Zitao ambil pusing, "HUANG ZITAO!!!!"

Pekikan itu terdengar dekat dan semakin dekat saja. Zitao memberanikan dirinya untuk menengok, siap untuk apa yang akan ia lihat nantinya. Namun...

BRAK!

...semua jadi gelap.

Kris terpekik ketika melihat sosok perempuan yang begitu dicintainya itu terjatuh tak sadarkan diri di depan matanya sendiri, membuat dirinya kalut dan merasa bersalah yang sangat.

Kris menggenggam tangan itu erat, bahkan ketika mereka sampai di UGD rumah sakit umum pun genggaman itu tidak terlepas, seakan sudah ditakdirkan untuk bersama. Ia mengecup tangan yang pucat itu, menyalurkan kehangatan. Kris sedikit tersenyum, ketika melihat bahwa kecupan di tangan itu membuat tangan Zitao tampak tidak terlalu pucat dan sedikit memerah karena kehangatan yang merambat dari genggaman itu.

"Zitao, bangunlah."gumam Kris, yang terdengar seperti doa-doa.

Zitao mengerjapkan kedua bola mata indahnya, membiaskan cahaya lampu neon pada kedua retinanya. Kris memekik senang, lantas mendekap tubuh itu erat. Zitao merasa nyaman dengan pelukan itu, tapi ia sadar bahwa mungkin pelukan Kris itu hanyalah sebuah sandiwara.

"Maaf, karena sudah menyakitimu, Zitao."Kris terdengar menyesal sekali, "Zitao, tatap aku. Aku akan jelaskan semuanya."dengan enggan, Zitao mulai mengikuti perintah Kris.

Kris menghela nafas panjang, lantas menyelami manik mata Zitao yang tidak berdosa itu. Ia mulai menangis, membuat Zitao remuk. Zitao ingin sekali menyeka air mata itu, mendekap tubuh rapuh itu, dan mengatakan aku baik-baik saja.

"A-aku–aku memang selingkuh! Aku memang berkencan dengan perempuan lain. A-aku memang lelaki biadab yang tak tahu diuntung! A-aku ini menjijikkan, tidak berguna, kotor, dan benar-benar menusukmu! A-aku sudah melukai perempuan yang mencintaiku dengan tulus, membuatku sakit sendiri merasakannya. A-aku mengakui semuanya!! Aku memang lelaki sialan, persetan dengan tubuh ini, aku mengakui semuanya! A-aku memang tak pantas menjadi milikmu, Zitao."jelas Kris, dengan umpatan-umpatan yang ia layangkan untuk dirinya sendiri.

"Aku akan ke Jepang besok, untuk melanjutkan perusahaanku. Kuharap, kau bisa memaafkanku. Aku tak perlu cintamu lagi, cukup maafmu saja yang menyertaiku kembali ke sana. Aku mencintaimu, Huang Zitao. Tapi, cintaku ini terlalu busuk untuk disimpan dalam hati kecilmu."

Kris beranjak dari duduknya, lantas berjalan pelan ke arah pintu. Zitao tidak terima. Dia tak mau, cintanya selama 3 tahun berakhir dengan pahit seperti ini. Klise memang, tapi begitulah adanya.

Zitao melepas selang infus di tangannya secara paksa, lantas mendekap tubuh tinggi Kris erat, menariknya menjauh dari pintu.Kris hanya bisa diam dan kaget dengan perlakuan Zitao.

"Jangan pergi."pinta Zitao, terdengar lirih.

Kris membalikkan tubuhnya, lantas mendapati sosok perempuan kuat itu tengah menahan tangis. Air matanya mengalir, namun ia tampak berusaha keras menahan isakan meluncur dari bibirnya. Kris tersenyum, lantas mengusap kedua pipi chubby itu.

"Apa kau memaafkanku??"

"Ya, aku memaafkanmu."jawab Zitao, terdengar mantap dan tulus.

"Kalau begitu, kita akan ke Jepang bersama-sama."Zitao terdengar bahagia dengan ucapan itu.

Serta merta, Zitao mengecup singkat pipi kanan Kris, membuat Kris mematung. Zitao menunduk malu, menyembunyikan rona merah di kedua pipi manisnya. Sedangkan Kris?? Dia hanya bisa diam dengan nafas tercekat, dengan rona merah yang merambati seluruh wajahnya.

-XOXO-

Cinta itu memang menyakitkan. Adakalanya dia hampir terenggut dari hati kita. Tapi, siapapun akan luluh, dengan cinta yang tulus. Cinta yang akan memaafkan sang kekasih, apapun itu kesalahannya. Cinta yang rela kembali merajut benang baru, karena benang yang lama telah terbuang. Cinta yang tulus akan mengampuni kesalahan sang kekasih, meskipun sang kekasih hanya mengatakan 'maaf'...

THE END

Sorry...Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang