A/N:Hallo, saya Serafim, thanks for read all. Btw ini first ff saya... :")
Padahal saya niatnya cuma oneshoot aja (penulisnya pemalas). Tapi beberapa minta dilanjutin. Ok. Saya lanjutin mumpung ada ide..
Ok segini aja A/Nnya.^^.:.:.
Air matanya menetes. Yixing muak. Dia hanya bisa menerima, tapi tidak bisa menolak. Hatinya nyeri memikirkan hal tersebut.
Yixing membutuhkan seseorang yang bisa membukanya dari belenggu ini.
Tolong aku. Bisiknya lirih.
.:.:.
Seminggu sudah Sehun tidak datang ke rumah Yixing. Yixing lega, karena dirinya tidak diganggu selama itu. Namun dirinya juga gelisah, siapa tahu 1 menit setelah memikirkannya Sehun datang dan menghancurkan hari tenangnya.
Sebenarnya Yixing tidak mau ambil pusing. Tapi apa mau dikata, Sehun pujaan hatinya —untuk sekarang.
Ding dong~
Entah kenapa bel pintu terasa seperti bel kematian.
Cklek.
Pintu dibuka, Sehun di depan hidungnya. Detik berikutnya bocah itu mendekap tubuh Yixing. Apa Sehun gila?
Yixing dapat merasakan detak jantung Sehun tidak stabil. Deru nafas bocah tampan itu menandakan dia habis berlari.
Sehun menarik Yixing duduk di atas sofa empuk empunya rumah.
Sehun duduk bersila, memangku tubuh Yixing. Tangan Sehun melingkar di pinggang Yixing. Melesakkan kepalanya di bahu sempit Yixing. Duh... Yixing tidak bisa menghentikan rona merah menjalar di pipinya.
.:.:.
Detik berlalu menjadi menit. Lebih dari sepuluh menit Sehun begini.
Sepi menggantung di udara.
"Apa kakimu tidak kram, Hun? Badanku berat," buka Yixing dengan guyonan basi.
Sehun terkekeh pelan. "Kau samasekali tidak berat, Xing. Malah terasa makin ringan. Apa kau tidak makan teratur, hm?" suara Sehun terdengar serak.
Itu gara-gara kamu Sehun-bodoh.
"Suaramu serak. Apa kau sakit?" Yixing alih topik. "Aku akan mengambilkan air untukmu."
Yixing mencoba untuk bangun, tapi tangan Sehun menariknya seketika. Tubuh Yixing goyah, jatuh mengikuti gravitasi. Punggung Yixing menghantam dada solid Sehun.
"Tidak. Jangan. Tetap di sini saja. Kumohon," Sehun memelas dengan suara seraknya.
"Lalu aku harus apa?"
"Aku mau tidur," ujar Sehun, tidak mengindahkan pertanyaan Yixing.
.:.:.
Keduanya tidur pulas hingga malam menggantikan sore.
Sehun duluan bangun. Memandangi wajah Yixing di dekapannya. Wajah putih tirus dan halus, hidung mancung, bulu mata lentik, bibir penuh semerah ceri.
Yixing benar-benar cantik.
"Mmh..," gumam Yixing. Bergelung seperti anak kucing.
Yixing benar-benar manis.
"Aku menginginkanmu. Tapi aku takut, Xing," desah Sehun sambil menyisir rambut malaikat yang pulas di dekapannya.
"Aku egois. Menyimpanmu untuk pelipur laraku. Menganggapmu sebagai noona, rasanya benar-benar memuakkan," Sehun merasa beban di hatinya sedikit terangkat setelah mengatakan kebenaran ini.
"Aku menyukaimu, Xing. Sebagai pria kepada wanita pujaan hatinya. Tapi kupikir kau tidak akan menyukai bocah sepertiku, apalagi jatuh cinta." Sehun merasa lega, sekaligus perih di hatinya. Rasa perih lebih terasa. Tentu saja.
Sehun menyingkirkan poni di dahi gadis manisnya. "Aku tidak tahu jika harus kehilangan dirimu," ia mengecup kening Yixing dengan dalam.
Sehun mengangkat tubuh Yixing. Tubuh Yixing benar-benar terasa ringan di genggaman Sehun. Sehun penasaran, apa gerangan yang membuat berat badan Yixing berkurang? Hanya Tuhan dan Yixing yang tahu.
Sehun membaringkan tubuh Yixing di ranjangnya. Menyelimuti tubuh gadis itu dengan hati-hati.
Kecupan Sehun di bibir merah Yixing menutupi dinginnya udara malam.
Sehun pergi seperti angin malam. Toh, Yixing pasti tidak akan marah. Biar sebrengsek apapun seorang Oh Sehun, Yixing pasti akan tetap menerimanya.
Bersambung~
Ehe~ //kabur