Story One

1.9K 97 8
                                    

Satu minggu setelah pemakaman Choi Yoo Jin dan Jang Se Joon, namun Anna masih dalam rasa sedih yang mendalam. Bibirnya yang mengurai senyum tak mampu menutupi bagaimana rasa sedih di hatinya. Kepergian orang yang disayangi, dan juga Kim Je Ha yang kini masih terbaring di rumah sakit.

Dokter heran bagaimana Kim Je Ha masih mampu bertahan hidup dengan luka yang sangat parah. Dari kaki hingga kepala tak satupun bagian tubuh dari Jeha yang tidak terluka. Ini kah yang di sebut keajaiban?

Anna dipaksa untuk tampil di depan umum. Gelar yang ia sandang sebagai pewaris tunggal Jang Se Joon dan Choi Yoo Jin. Ia tak diberi kesempatan untuk bersedih. Banyak hal yang harus dilakukan dibawah arahan Kepala Kim, tangan kanan Choi Yoo Jin.

Meski tak suka pada Anna, Kepala Kim mau tak mau harus bergerak untuk melindungi apa yang selama ini tuannya perjuangan. 'Si cermin' adalah kehilangan berbesat bagi JSS setelah hilangnya pemiliknya. Kekatan yang tak dapat dimiliki oleh siapapun. Kekuatan yang akan membuat siapapun takluk berlutut menyembah kekuatan.
Langkah pertama adalah adalah meniadakan para penjahat. Park Kwan Soo dan Choi Sung Won. Sang calon presiden gila dan adik yang membunuh kakaknya demi kenikmatan dunia.

Tak susah menghilangakan para bedebah tidak tahu malu itu. Dalam satu gerakan dua timah panas menembus perut Choi Sung Won dan kehancuran JB Group terlihat. Park Kwan Soo, tangan dinginnya yang dengan mudah membunuh wanita tidak bersalah, berakhir dengan lehernya digantung. Kematiannya disiapkan sendiri olehorang kepercayaannya. Karena pada saat itu mati adalah cara paling mudah mengakhiri peliknya permasalahan para kandidat presiden suatu negara.

....

Siang itu, setelah berdebat panjang dengan Kepala Kim mengenai kartu memori yang sempat menjadi bintang utama dalam perseteruan berdarah ini, Anna bersama Kepala Joo mengendarai mobi kembali ke rumah. Ahh, sejak kepergian ayah dan ibu tirinya, Anna terpaksa tinggal di rumah mereka.

"Ada kabar dari rumah sakit, Kim Je Ha sudah bangun"ucap kepala Joo memecah kesunyian.
Anna tersenyum dan kembali pada ekspresi awalnya. Membayangkan Je Ha terkapar membuatnya merasa bersalah, karena semua ini dilakukan untuknya.

"Sebaiknya kita ke rumah sakit terlebih dahulu"
"Aku masih belum sanggup menemui Je Ha"
"Bukan untuk Je Ha, tapi untuk Agasshi, hari ini jadwal untuk bertemu dokter Kim".
Mobil berbalik dan menuju rumah sakit.

Je Ha sudah sebulan di rumah sakit. Dan kini ia akhirnya sadar. Jangan ditanya bagaimana bentuk Kim Je Ha saat ini. Kepalanya diperban, tangan dan kaki mengenakan gips. Beruntungtangan kanannya tak ikut terluka, setidaknya ia masih bisa makan dan melakukan kegiatan pribadinya dengan tangannya yang beruntung itu.
Ia sedang makan apel saat pintu kamarnya terbuka dan muncul kepala Kim dengan senyum sumringgahnya. Ia meletakkan tas berisi makanan di meja samping.
"Dari Anna" ucapnya singkat, namun mampu mengubah detak jantung Je Ha.
Ia meletakkan garpunya pelan.
"Bangun juga kau akhinya, aku kira kau tidak akan pernah bangun lagi" ucapnya dengan nada canda khas.
"Inginnya juga aku tidak ingin kembali, tapi ada seserang yang harus aku lindungi, aku tidak akan mati dengan cepat"
"Cepat lah pulih, Anna mengalami masa-masa yang sulit sendiri, dia tidak mengijinkan siapapun mendampinginya. Gadis mu itu berubah jadi makhluk berhati dingin"
Anna duduk di depan ruang inap Je Ha, banyak pikiran yang terlintas, haruskah ia melangkah masuk atau tidak. Penyelasan terasa pahit. Andai saja ia segera pergi dari Korea, seandainya saja ia tidak memaksa diri untuk balas dendam, andai saja ia tak pernah datang ke Korea. Segala pemikiran itu datang bergantian.
Tapi, apa yang akan berbeda dengan menyesali penyelasan. Semuanya telah terjadi dan tak dapat diulang. Tidak bisa di kembalikan ketempat semula.
Ia mengeratkan genggaman tanggannya. Memutuskan untuk melangkah maju. Tanpa melihat masalalu. Setidaknya untuk menit ini saja. Biarkan ia menjadi egois pada dirinya sendiri.

Dua pria terkejut pada bunyi pintu yang dibuka kasar. Je Ha tersenyum lebar, walau sebenarnya otot mukanya masih kaku. Kepala Joo undur diri, memberi ruang untuk sepasang kekasih yang telah melalui banyak hal dalam hidupnya.
"Anna-ya" panggil Je Ha lembut. Ia mengayunkan tangannya menyuruh Anna mendekat. Dengan langkah kecil dan beratnya Anna melangkah maju dengan airmata memenuhi kelopaknya. Je Ha menarik lengan Anna dan memeluknya. Anna tak sanggup lagi, ia menangis. Tangis pertamanya setelah ayahnya memutuskan untuk kembali dan menuju alam selanjutnya bersama istri yang selama ini ia sia-siakan. Jeha menepuk pelan punggung Anna.
"Go Anna, menangislah"

The After StoryWhere stories live. Discover now