Story Two

1.3K 70 10
                                    

Sekarang bukan saatnya bagi Anna untuk menanyakan hati Jeha untuknya. Landasan percaya dan sikap Jeha sudah terlihat jelas bagaimana ia mencintai Anna. Ada saat di mana Anna ingin Jeha memperlakukannya seperti gadis biasa, bukan sebagai seseorang yang harus dilindungi. Pergi ke bioskop, meminum kopi bersama dan jalan berdangengan tangan. Momen itu yang selama ini Anna inginkan. Tetapi, dengan statusnya sekarang hal-hal seperti itu tidak akan terjadi dalam waktu dekat.

"Kim Jeha!"
Jeha menoleh ke arah Anna yang duduk di sampingnya. Ia bergumam dan mempersilahkan Anna melanjutkan bicaranya. Sejak keluar dari rumah sakit dan menjalani program pemulihan yang memakan waktu yang cukup lama, akhirnya Kim Jeha kembali menjadi Kim Jeha yang selalu berdiri di sisi Go Anna, atau sekarang dengan resmi menjadi Jang Anna.

"Kau pernah berkata kalau kau akan bahagi karena dapat melindungi seseorang. Apa alasannya?"

Jeha menarik nafas panjang sebelum menjawab rasa penasaran Anna. "Saat aku bisa melindungi seseorang, aku akan merasa seperti orang yang paling berguna di dunia. Aku tidak ingin hidup begitu saja. Yah... Aku rasa itu sudah menjadi sifat alamiku untuk melindungi orang dan menjadi sumber kebahagianku"
" Tapi, kenapa kau tiba-tiba bertanya?" Kau tidak sedang meragukanku kan?"
"Aku percaya padamu" dengan kilat Anna menium pipi Jeha dan lari ke dalam.

"Anna-ya..." Senyum tak terbendung dan Jeha berlari kecil mengejar Anna. Menarik pinggang Anna dan jalan beriringan.

"Besok aku akan pergi bersama kepala Kim" ucap Anna sampil menuang air putih.
"Kemana?" Tanya Jeha dan menerima gelas yang tadi Anna isi. Tak lupa sebuah senyum sebagai ucapan terima kasih dan meminumnya.
"Ke yayasan Pyeong Chang" Anna mengambil alih gelas dan menghabiskan isinya.
"Mau lagi?" Tawar Jeha. Anna menggelengkan kepala.
"Kepala Kim menyarankan untuk segera bertemu dengan jajaran direksi yayasan, setidaknya mereka bisa membantu untuk mengambil kembali JB. Kita harus mengembalikan JB Group pada pemilik aslinya"
Kim Je Ha menatap Anna dengan padangan khawatir. Anna menyentuh pipi Jeha. Keduanya saling mengucapkan selamat malam dan pergi ke kamar masing-masing.

Esok harinya
"J4!" Jeha berlari menghampiri J4, Jang Miran yang sedang berbincang serius dengan Kepala Kim. Di mana Anna, aku tidak menemukannya di Yayasan Pyeong Chang?" Tanya Jeha. Ia menatap tajam Kepala Kim yang dulu selalu berusaha menyingkirkan Anna dan dirinya.
"Pergi kemana Anna?" Jang Miran melempar pandangan pada Kepala Kim yang tetap tenang. Ia menaikkan kacamatanya.
"Anna bertemu dengan Presiden Choi. Ini tidak bisa dihindari. Jika Anna ingin mengambil alih JB group dan memulihkan JSS, dia harus berkonfrontasi langsung dengan Presiden"
"Kau gila! Bagaimana bisa kau menyodorkan gading segar pada macan yang sedang lapar! Kau sadar apa yang telah kau lakukan?"

"K2.." Jang Miran coba menenangkan Jeha. Jeha mengambil ponselnya dan segera menghubungi Anna, dan seperti dugaan, ponsel Anna tidak dapat dihubungi

"Jangan khawatir, Anna akan baik-baik saja. Presiden Choi tidak akan berani menyentuh Anna. Karena kita memiliki kartu mereka" ucap Kepala Kim tenang.
"Jika sampai Anna terluka, aku akan membunuhmu" ancam Jeha. Ia segera pergi dan masih terus berusaha menghubungi Anna sambil mengendarai mobil ke tempat Anna dan President Choi bertemu.

Di sebuah rumah makan, Anna duduk berhadapan dengan Presiden Choi, ayah mertua Choi Sung Won, orang yang dianggapnya sebagai paman.
"Aku sudah mengira gadis kecil ini akan datang kepadaku. Ada apa? apa yang perlu kulakukan untuk membantumu?" ucap Presiden Choi dengan nada sombongnya. Setidaknya ia masih bisa tertawa sekarang, sebelum Anna mengungkap isi dari kartu memori yang dicuri Jeha dari tangan Kim Suk Han.
Anna tersenyum, senyum Anna mengubah ekspresi Presiden Choi. "Aku datang bukan untuk berlutut meminta bantuan. Aku datang untuk memerintahmu!"

Presiden Choi tertawa sumbang "Berani sekali anak kecil ini! Kau membuatku ragu, kau yakin Choi Yoo Jin bukan ibu mu?" pria berambut putih itu coba untuk memprovokasi Anna.
"Choi Yoo Jin adalah ibuku. Walau bukan ibu kandung. Dan juga, aku dan dia sama. Aku bisa berubah menjadi Choi Yoo Jin kapanpun aku mau"
"Wah, gertakanmu pun mirip dengannya" tawa kerasnya memenuhi tempat yang khusus kosongkan untuk perbincangan ini.
"Kalau kau berusaha mengambil alih JB Group, aku tidak akan tinggal diam. Aku katakan ini dengan jelas. Meski Choi Yoo Jin mewariskanya padamu, kau bukan pemilik sah dan tak akan bisa memilikinya"

Jeha sampai di depan rumah makan, dengan tergesa ia masuk ke dalam namun dihalangi oleh pengawal Presiden Choi. Dengan gerakan cepat ia menjatuhkan 3 orang dengan setelah jas rapi itu.
"Sepertinya pelindung mu datang untuk menganggu pembicaraan ini" Anna berdiri dan melihat Jeha datang kearahnya dengan khawatir. Ia berdiri di depan Anna.
"Aku tidak akan mengijin kau menyentuh Anna"
"Tenang saja, aku tidak akan menyentuhnya, kecuali dia mengusik kami terlebih dahulu" setelah mengucapkan kalimat itu, Presiden Choi pergi.

Anna dan Jeha sama-sama diam di dalam mobil. Pandangan Anna terfokus pada arah depan. Beberapa kali Jeha menoleh ke arahnya, tapi Anna tetap diam. Sampai di rumah, Jeha membuka pintu mobil untuk Anna. Mengulurkan tangannya dan Anna menerimanya. Tetap diam hingga masuk ke dalam rumah.
"Aku akan turun setelah berganti baju" kata Anna sebelum naik ke kamarnya. Jeha masuk ke dapur dan kembali ke ruang tengah dengan dua cangkir teh kesukaan Anna.

"Aku tau kau sedang berusaha keras mengembalikan semuanya pada tempatnya. Tapi tolong jangan bertindah gegabah lagi. Ucap Jeha pada Anna yang sedang meminum tehnya.
"Maaf, aku tidak akan mengulanginya lagi" Jeha mengusap kepala Anna.
"Tidak bisakah kita pergi sekarang? aku akan segera mendapatkan kembali identitasku. Aku sudah bersaksi di Persidangan Internasional, dan kita bisa pergi dari negara ini, pergi kemanapun asalkan bukan disini"
"Aku sudah berjanji padamu, asalkan denganmu, kemanapun aku akan pergi. Tapi, setelah aku mengembalikan semua pada tempatnya"
"Sekarang semuanya sudah berjalan dengan baik. Dan.." Jeha menghentikan pembicaraanya, ia menarik tangan Anna "...semua ini bukan tugasmu, serahkan pada Kepala Kim, dia jauh lebih mampu"
Anna menarik tangannya "Aku harus membersihkan nama Ibuku. Ayah yang lama aku inginkan, aku tidak berhasil mendapatkannya, selamanya aku tidak akan menemukannya lagi, sejauh apapun aku berlari. Dan nama ibuku yang ternoda, aku harus membersihkannya"

Berganti menggenggam tangan Jeha, Anna berusaha meyakinkan prianya. "Setelah semuanya berakhir aku pasti akan pergi bersamamu. Tidak ada yang akan menghentikan kita."

"Berdirilah di sampingku seperti biasanya, bantu aku" Jeha menarik kepala Anna. Memeluknya dalam. Memberinya kekuatan.
"Aku selalu berdiri di sampingmu, gadis keras kepala" ucap Jeha pelan, tapi masih bisa didengar Anna. Keduanya tertawa kecil, dan menutup hari dengan ciuman.

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
The After StoryWhere stories live. Discover now