1/1-End

1.3K 169 60
                                    

Seperti biasanya, selepas pulang sekolah aku selalu menghabiskan waktu di cafetaria. Tempat dimana aku mengenalnya, bertukar cerita dengannya hingga ia menyatakan cinta padaku. Dan satu lagi, aku putus dengannya di cafe itu juga.

Aku melepas kacamataku, memijat keningku yang penat. Menyeruput cappucino untuk menghilangkan rasa penat.

Langit mulai tak bersahabat, bisa ku pastikan bahwa sebentar lagi akan turun hujan. Dulu, dulu sekali. Ada seseorang yang mengajak ku bermain dengan hujan.

Cappucino milikku sudah habis sejak satu jam yang lalu, novel yang ku bawa sudah ku baca hingga selesai, sebuah akhir cerita yang indah. Hujan tak kunjung berhenti. Membuat aku lelah untuk menunggu.

Aku memutuskan untuk pulang saja, lagipula sudah lama aku tak bermain dengan hujan. Walaupun aku harus bermain sendirian.

Terlalu dingin. Aku memilih untuk berteduh di halte. Dan sialnya, justru aku bertemu dengannya.

Laki-laki itu mengusap kedua tangannya. "Dingin ya."

Aku mengangguk. Ya, dingin. Sedingin sikapmu setelah kita putus.

"Katanya kamu lagi deket sama Keenan ya?" tanyanya tiba-tiba.

Aku mengerutkan dahiku. "Enggak, cuma teman biasa aja."

"Lagi deket atau dideketin? Keenan ganteng sih, anak basket itu kan?"

Aku memutar mataku dengan kesal dan malas menjawab pertanyaannya.

"Kapan ya terakhir main hujan," katanya mengalihkan pembicaraan.

"Kalau aku sih, dua minggu yang lalu."

"Main hujan sama Keenan?"

"Keenan nggak suka hujan."

Vean tersenyum. "Kok bisa tau?"

"Dia cerita sama aku."

"Berarti kamu sama dia udah dekat banget ya. Kalau kamu tau tentang dia, otomatis dia juga tau tentang kamu. Romantis," jawabnya santai.

"Kamu sendiri gimana, bukannya lagi deket sama adik kelas baru yang namanya Sheila? Cantik sih," kata ku yang balas menyindirnya.

Vean tertawa. Ah, aku rindu dengan suara tawanya.

"Sheila sepupu aku yang baru pindah dari Surabaya."

Aku terdiam, menutup wajahku dengan telapak tangan. Rasanya malu!

"Oh itu, aku nggak tau dia sepupu kamu."

Suasana kembali hening. Aku benci saat-saat seperti ini. Kami kehabisan topik pembicaraan.

"Habis darimana?" tanya ku.

"Toko buku. Kamu sendiri?"

"Dari cafetaria."

"Oh, udah lama nggak kesana."

"Kesana aja. Kalau nggak mau ketemu sama aku, datengnya jangan hari sabtu jam tiga sore."

Vean mengangguk paham. "Padahal niatnya mau ngajak kamu ke cafetaria bareng, Din. Cuma yaudahlah, kayaknya kamu nggak mau."

Setelah Hujan[1/1End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang