Stay

609 57 7
                                    

Play BGMnya biar dapet feelnya 😆😆

"Ayo kita berakhir, hyung"

Apa? Berakhir? Secepat ini? Haruskah?

"Kenapa Jimin-ah? Apa aku sudah tidak berarti lagi bagimu? Apa 3 tahun ini tidak berharga untukmu? Apa semua ini tidak ada artinya untukmu? " jawabku dengan bibir bergetar menahan tangis.

Apa kau benar-benar harus pergi? Apa harus sekarang? Kenapa harus disaat aku sudah terlanjur mencintai dan menyayangimu terlalu dalam?

"Aku sudah bosan denganmu, hyung"

neol dalmeun deushan seulpeun mellodi
ireohge nal ullineunde
ne hyanggineun dalkomhan felony
neomu mipjiman saranghae

*****

Aku berjalan menuju apartemenku. Sial, ini dingin. Malam ini salju turun, dan aku hanya memakai celana pendek, sweater kebesaran, dan sepasang sendal rumah. Jika kalian bertanya mengapa aku hanya memakai pakaian seperti itu, tentu saja karena pacarku yang memintaku untuk buru-buru menemuinya di kafe. Siapa lagi kalau bukan Jimin?

Jimin. Park Jimin. Namja itu. Aku lupa, seharusnya aku menyebutnya mantan pacar, bukan pacar lagi. Bagaimana bisa aku lupa kalau kau baru saja putus? Haha konyol kau Min Yoongi.

*****

Sekarang aku disini, di sebuah taman yang sangat indah di malam hari. Kupikir, itu bagus untuk menaikkan moodku.

Aku merasa ada seseorang yang menduduki bangku di belakangku.

"Lihat. Langitnya indah kan, Jungkook-ah? Sangat indah, seindah dirimu"

Suara ini. Suara yang dulu selalu memujiku, suara yang dulu selalu membuatku tertawa.

"Haha kau bisa saja, hyung. Saranghae"

"Nado, saranghae"

Aku pun menoleh. Ternyata benar itu Jimin. Dan sekarang kulihat mereka sedang berciuman.

Sakit, Jimin-ah. Sangat sakit. Air mataku menetes. Biasanya aku selalu berusaha menahannya, jika sekarang ku biarkan menetes tidak apa kan?

jigeum dangjang manheun geol baraneun ge anya
geujeo nae gyeote stay with me

*****

Sekarang tanggal 22. Sudah satu bulan hubungan kita berakhir, Jimin-ah. Kenapa sangat sulit melupakanmu? Bahkan disaat kau sudah melupakanku seutuhnya. Apa ini karma untukku karna aku yang terlalu cuek dan acuh padamu dulu? Jika iya, maafkan aku Jimin-ah.

"Min Yoongi!"

Suara Jimin.

"Yak, Min Yoongi!!"

Benar, itu suara Jimin.

Aku menoleh. Oh, Hoseok rupanya. Rupanya suara Jimin itu hanya halusinasiku saja ya?

"Oh, ada apa Hoseok?" tanyaku.

"Harusnya aku yang tanya ada apa. Kenapa belakangan ini kau sering melamun, huh? Kemana senyum manismu itu, hyung? Aku sangat merindukannya" ucap Hoseok.

Senyum? Bahkan aku sudah lupa caranya tersenyum, Hoseok-ah. Salahkan namja itu yang sudah merebut senyumku.

"Nah kan, kau melamun lagi. Kau dicari dosen Jang tadi. Cepatlah kau ke ruang dosen, hyung. Kalau lama, nanti urusannya pasti lebih rumit. Sana sana" usir Hoseok halus.

Ruang dosen ya? Ah, baiklah.

"Arra. Aku kesana sekarang. Dah, Hoseok-ah" ucap Yoongi.

"Aish. Aku tau kau begitu karena putus, hyung. Kenapa kau harus menutupinya? Lagipula, sudah kukatakan bukan kalau dia itu brengsek?"

*****

Ruang dosen. Ah, itu dia.

Kulangkahkan kakiku kesana. Apa ada masalah dengan tugas makalahku kemarin ya?

Sesosok pria berambut blonde terlihat di ujung lorong. Oh, bukankah itu Jimin?

"Ji--"

Baru saja aku mau menyapanya, dia sudah membuang muka dan menghindar dariku. Apa salahku, Jimin-ah?

Eoduun bami nal gadugi jeone
nae gyeoteul tteonajima
ajik nal saranghani
nae mamgwa gatdamyeon oneureun tteonajima
gudi neoyeoyaman haneun iyuneun mutjima
geujeo nae gyeote stay with me

*****

Alarmku kembali berbunyi. Setelah kumatikan, aku berjalan menuju wastafel dan kuperhatikan sesosok bayangan disana.

Pucat, kurus, tidak terawat.

Ya, seperti itulah aku sekarang. Menyedihkan bukan? Ah, aku memang menyedihkan tanpa Jimin.

Kuambil cutter di laci dan kuiris pergelangan tangan kiriku. Darah mengucur deras. Aku tertawa menyedihkan. Jika aku mati, penderitaanku pasti menghilang bukan?

Jimin-ah, mianhae, saranghae.

THE END

MinyoonWhere stories live. Discover now