Satu

54 9 1
                                    

"Apa? Putus?"

Rana berkata dengan keras hingga semua orang diseluruh kafe melihat kearahnya. Tapi Rana sama sekali gak perduli. Yang ia pedulikan hanya satu kata yang baru saja diucapkan cowok yang ada didepannya. PUTUS. Satu kata yang berhasil bikin suasana hati Rana yang awalnya adem ayem jadi berantakan seketika.

"Bisa nggak sih gausah teriak? Malu diliatin orang!" balas cowok itu sewot.

Rana menggeleng pelan. Gak habis pikir sama cowok pendek yang ada didepannya. 

Diano Rizki. Cowok berpostur pendek dengan behel di giginya. Rambutnya hitam dan beralis tebal. Diano sudah menjadi pacar Rana sejak tiga bulan yang lalu. Ya, tepat tiga bulan. Hari ini adalah hari peringatan ketiga bulan mereka berpacaran. Tapi, Diano malah memutuskan hubungannya dengan Rana.

"Emang apa alesan lo mutusin gue?" tanya Rana masi gak terima.

Diano terdiam. Bingung mau jawab apa. Sebenernya Diano udah gak betah pacaran sama Rana. Udah dari sebulan pacaran, Diano ngerasa pingin putus aja. Tapi waktu ngeliat Rana, dia jadi gak tega. Apalagi Rana itu gak punya temen, bikin Diano tambah kasihan. Tapi lama-kelamaan sifat Rana yang gak biasa bikin Diano ngerasa makin gak betah lagi. Akhirnya, di hari peringatan tiga bulan mereka pacaran, Diano mutusin buat mengakhiri hubungannya sama Rana.

"Kenapa lo diem? Alesan lo mutusin gue apa? Lo selingkuh? Iya?" amarah Rana makin meluap.

"Gue mutusin lo karena lo itu cewek ANEH!!!" kini suara Diano yang mampu bikin seluruh pengunjung kafe menoleh kearahnya. Rana bener-bener gak nyangka sama jawaban Diano. Jawaban macam apa itu?

"Apa lo bilang? Gue aneh? Enak banget ngomong kayak gitu!" Rana makin emosi. Lagian mana ada pacar ngajak putus dengan alesan gak logis sejenis itu.

"Lo itu emang aneh. Selama ini lo gak sadar? Buktinya lo gak punya temen kan? Itu karena apa? Ya karena sifat aneh lo!" balas Diano.

Rana makin naik darah mendengar jawaban Diano. Emang selama ini dia gak punya teman. Tapi masa iya karena sifatnya yang aneh? "Trus kenapa lo mau jadi cowok gue kalau gue itu aneh?"

Pertanyaan bodoh, pikir Diano. "Karena gue kasihan sama lo!" jawab Diano telak. Rana gak nyangka sama jawaban Diano. Kasihan. Satu kata yang cukup bikin hati Rana tersayat. Jadi selama ini Diano nggak sayang sama Rana, tapi cuma sebatas kasihan.

Wajah Rana merah padam. Menahan malu dan marah dalam waktu bersamaan. Beberapa pengunjung kafe masih melihat kearah mereka. Mata Rana mulai panas, gak diragukan kalau bentar lagi dia akan nangis.

"Denger ya Diano pendek! Lo bakal nyesel putusin gue. Inget itu!" Rana pergi dan ninggalin Diano sendirian. Rana keluar dari kafe sambil berusaha nahan air matanya biar gak tumpah. "Gue gak boleh nangis. Gue harus kuat. Harus!"

RanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang