Rana menatap sedih kearah buku diarynya yang berwarna biru cerah. Pasalnya, dalam buku hariannya terdapat dua foto yang ngingetin Rana sama Diano, mantan paling nyebelin yang Rana punya. Foto pertama, waktu mereka lgi di pasar malam. Sedangkan foto kedua, saat mereka ada di perpustakaan. Jujur, Rana kangen sama Diano. Banget. Tapi, waktu dia inget kalau Diano cuma sebatas kasian, rasa keselnya langsung balik lagi.
"Ranaa!!!" lamunan Rana buyar mendengar suara bundanya yang kelewat keras. "Cepet turun!" lanjut bundanya.
Rana segera memasukkan buku diarynya kedalam laci meja belajar, dan bergegas turun. Rana melihat bundanya sedang sibuk menata sesuatu. "Iya bun. Ada apa?"
Bunda Rana sedang manata tiga toples berisikan kue kering kedalam sebuah tas kecil. "Ini, kamu kasihkan ke Tante Rina!" kata Bunda Rana sambil menyerahkan tas kecil itu pada Rana.
"Tante Rina yang kemaren, Bun?" tanya Rana masih gak paham. Bunda rana mengangguk cepat. "Iya, yang kemarin ngasih kita bingkisan ." jawab bundanya antusias.
Rana paham sekarang. Kemarin, Tante Rina, tetangga baru yang baru aja pindah dari Australia, ngirim bingkisan berupa kain mahal bermotif yang sangat keren. Karena bundanya sangat suka balas budi, akhirnya sebagai ganti bingkisan kemarin, bundanya ganti ngasih kue kering ini.
"Kamu kasihin ya, jangan lupa bilang makasih. Oh ya, kamu tau rumahnya kan? Jangan sampai salah rumah Ran!" nasehat bundanya yang hanya dibalas anggukan pelan dari Rana. Mana mungkin salah rumah, kan rumahnya tepat didepan rumah Rana pas, batin Rana dalam hati.
Rana beranjak keluar rumah. Ia menoleh kanan dan kiri untuk menyeberang. Meskipun jalanan sepi, tapi Rana gak mau kecelakaan konyol menimpanya lagi. Rana menggeser gerbang besi hitam milik keluarga Tante Rina. Dulu, sebelum Tante Rina pindah, rumah ini kosong. Tapi tetep dirawat dengan baik rumahnya, jadi gak kotor ataupun angker.
Ting Tong...
Rana memencet bel rumah itu dengan kesulitan. Pasalnya, bel rumah itu tinggi, sedangkan tinggi badan Rana cuma 160 cm an. Gak lama kemudian, pintu terbuka. Muncullah sosok cowok yang cukup bikin Rana gak bernapas selama beberapa detik.
Mimpi apaan gue? batin Rana dalam hati. Cowok ini ganteng, putih, tinggi, rambutnya coklat kehitaman, dan sepasang mata biru kelabunya yang suskes bikin Rana terkagum-kagum.
"Dasar penguntit!" ekspresi Rana yang awalnya begitu kagum berubah kikuk saat mendengar suara cowok itu. Apa katanya tadi? Penguntit? Rana gak salah denger kan?
"Hah? Penguntit? Maksud lo?" tanya Rana bingung.
"Gue tau gue itu ganteng, tapi lo gausah segitunya sampe nguntit kayak gini. Apalagi ini masih pagi, mendingan lo bantuin nyokap lo masak," kata cowok itu tanpa jeda. "Dan, bingkisan itu.." cowok itu menunjuk tas kecil berisi kue kering yang ada ditangan Rana, "bawa balik aja!"
Rana berkedip beberapa kali. Gak nyangka. Nih cowok songong banget! "Siapa yang nguntit elo? Sok famous banget sih!" semprot Rana sebel. Pagi-pagi udah bikin naik darah. Rana nyesel sempat kagum sama penampilan fisik cowok ini. Ternyata nyebelin banget.
Cowok itu mengerutkan keningnya. Bingung. "Bukannya lo fans gue yang doyan ngasih bingkisan ke gue ya?" tanya cowok itu gatau malu.
Apa? Fans?
"Siapa yang ngefans? Sorry banget!! Denger ya, gue itu disuruh nyokap gue buat ngasih bingkisan ini ke Tante Rina!" jawab Rana dengan nada tinggi khas miliknya.
Ekspresi cowok itu jadi makin bingung. "Makanya jadi cowok gausah sok ganteng!!!" Rana ngasih bingkisan itu dengan paksa dan langsung berbalik pulang. Cowok itu hanya menatap Rana gak percaya. Kok ada sih cewek model dia? batin cowok itu heran.
****
"Ran! Siniin pesawatnya!" teriak Adit sambil nunjuk pesawat kertas yang ada dibangku Rana.
Rana menatap malas kearah Adit dkk yang lagi asik main pesawat kertas. Dasar bocah, udah gede masi aja maen pesawat kertas, omel Rana dalam hati.Rana melempar pesawat itu kearah Adit yang langsung disambut dengan senyum sumringah dari Adit. "Makasih Ran."
Rana menyenderkan kepalanya di meja dengan malas. Hari in jamkos, tapi entah kenapa Rana gak seneng. Biasanya kalau jamkos itu Rana pasti udah ke kantin sama Terry, yapi hari ini males banget rasanya.
"Eeh ada Pak Samsul, cepet duduk!" dengan heboh Ozi memberitahu temen-temen sekelasnya. Rana yang udah mau merem jadi bangun. Tumben Pak Samsul ke kelas. Pak Samsul itu guru BP yang super kejam. Kejamnya bahkan udah ngalahin ibu tiri.
Pak Samsul masuk dengan seorang cowok dibelakangnya. Rana menyipitkan matanya saat melihat cowok itu. Gak nyangka.
"Looh itukan cowok yang tadi?"
****
Alhamdulillah part 3 selesai. Gimana dengan part 3 ini? Beri vomment ya guys. Thanks :))
KAMU SEDANG MEMBACA
Rana
Teen FictionRana adalah cewek yang gak pernah beruntung soal percintaan. Dia selalu dicap debagai cewek aneh oleh siapa saja. Sampai akhirnya, Rana bertemu dengan Vero, cowok yang dengan tengil mengira bahwa Rana suka padanya. Apakah kali ini Rana beruntung?