"Looh, itukan cowok yang tadi?"
Rana menatap gak percaya cowok berpostur tinggi itu kini masuk kekelasnya. Cowok itu tersenyum sinis kearah Rana. Sialan!, batin Rana dalam hati.
"Hari ini kelas kalian kedatangan anak baru. Silahkan perkenalkan diri kamu!" ucap Pak Budi, guru berkepala botak dengan kacamata berlensa tebal.
"Kenalin nama gue Vero Ananta. Gue pindahan dari Sydney, Australia. Terima kasih." kata Vero memperkenalkan diri. Singkat dan jelas, namun cukup membuat hampir siswa perempuan di dalam kelas heboh. "Gilaaa!! Dia ganteng banget.." puji Terry, teman sebangku Rana yang kini menatap Vero dengan pandangan memuja.
"Vero, sekarang kamu duduk. Cari bangku yang kosong!" perintah Pak Budi yang langsung dituruti oleh Vero. Bangku yang kosong dikelas ada dua. Ada yang letaknya pojok belakang dan satunya ada di belakang bangku milik Rana. Vero memilih duduk di bangku belakang Rana, dan sebangku dengan cowok kutu buku yang aneh.
"Haii," sapa Vero kepada teman sebangku barunya. Cowok kutu buku itu menoleh. "Kenalin, Vero!" kata Vero sambil mengulurkan tangannya ke cowok sebelahnya. "Ruben,"
****
Hari pertama sekolah untuk Vero terasa cukup berat. Entah kenapa Vero nggak connect sama sekali sama pelajaran yang disampaiin hari ini. Gak paham sekaligus kebawa suasana ngantuk, soalnya Pak Budi dan guru yang ngajar hari ini rata-rata kalau ngejelasin udah mirip kayak pertunjukan dongeng pengantar tidur.
Ruben, temen sebangku barunya pun bener-bener ngebosenin. Dari awal masuk sampai pulang sekolah, Ruben hanya berkutat sama bukunya. Kalau diajak ngomong, pasti yang dibahas tentang pelajaran. Vero, cowok yang ogah-ogahan sama orang model kayak Ruben, cuma bisa mbatin 'seharusnya gue gak duduk disini'.
Pulang sekolah pun juga kerasa berat buat Vero, pasalnya dia masih gak inget jalanan di Jakarta. Maklum, baru tiga hari ini dia pindah dari Sydney. "Maaf ya kak, mama gabisa jemput. Kamu bareng Rana aja, ya!" Vero membaca pesan dari ibunya. Rana? Tetangga cewek yang aneh kemarin?
Vero berjalan menuju gerbang, menunggu Rana disana. Meskipun sekelas, tapi 5 menit sebelum pulang sekolah Vero keluar kelas duluan. Alesannya mau pipis, tapi keluarnya bawa tas. Sekalian pulang maksudnya :v.
Vero nyandarin punggungnya di tembok luar sekolah. Gerbangnya udah dibuka. Beberapa detik kemudian bel tanda pulang sekolah bunyi. Para murid mulai berhamburan keluar. Vero terus mengamati satu demi satu anak yang keluar dari gerbang, berharap cewek yang dia cari bakal muncul. Akhirnya, setelah hampir 10 menit, Rana keluar juga. Dia keluar sendirian. Rana berjalan santai sambil meminum es yang isinya sudah setengah.
"Ran!" cegat Vero yang langsung berhasil bikin langkah Rana berhenti.
Rana berkedip beberapa kali. "Minggir! Gue mau lewat!" kata Rana akhirnya. Tapi, Vero nggak minggir. "Gue pulang bareng lo, ya?" jawab Vero tanpa basa basi. Rana mendongak seketika denger Vero ngomong kayak gitu. Rana gak salah denger kan? Entah kenapa, Rana langsung seneng. Ya, gimana nggak seneng, cowok ganteng ngajak pulang bareng. Rezeki kan gaboleh ditolak kan ya?
"Ngapain lo senyum-senyum? Lo gila ya?" bayangan Rana langsung buyar denger Vero ngomong begitu. Gampang banget ngomong gila ke orang?
"Enak banget ngatain orang gila! Lo tuh yang gila!!" sembur Rana sewot. Rana langsung berjalan meninggalkan Vero.
Rana menyeruput es yang tadi tinggal setengah dengan amarah yang meluap. Udah dua kali cowok ini bikin Rana kesel. Rana merasa kalau Vero mengikutinya. Rana langsung berhenti dan berbalik. Vero yang tau Rana berhenti, ikut berhenti sambil memasang wajahnya yang tanpa dosa. "Apa?" kata Vero.
"Gausah ngikutin gue!! Kalau ngefans bilang aja. Pake sok sokan ngajak pulang bareng lagi," kata Rana tanpa jeda. Kening Vero berkerut. Bingung. Cewek ini aneh banget,sumpah! "Ngajak pulang bareng?" tanya Vero bingung.
"Gausah pura-pura bego deh! Tadi lo ngajakin gue pulang bareng, kan? Dan sekarang lo ngikutin gue. Mau lo apa sih?"
Vero tersenyum sinis. "Yang bego itu lo, bukan gue! Gue cuma mau sampai kerumah tanpa nyasar aja kok," jawab Vero enteng. Sangat santai dan tanpa beban.
Wajah Rana bersemu merah. Malu. Banget. Jadi Vero minta pulang bareng karena Vero masih gatau jalan Jakarta. Dia minta jasa Rana buat nganter Vero pulang tanpa nyasar. Kenapa Rana gak sadar sih?
"Enak aja! Lo pikir gue pemandu jalan apa? Gue gamau. Lo pulang aja sendiri!" Rana kembali berbalik dan berjalan lagi. Rana ngerasa Vero juga ngikutin dia lagi. Tapi kali ini Rana gak komen apa-apa. Yang penting Vero ngikutin dia dari jarak yang aman.
****
Vero ngerebahin badannya di kasur empuk miliknya. Capek. Hari pertama udah kerasa cukup menderitakan bagi Vero. Apalagi, sepulang sekolah dia harus debat dulu sama cewek aneh yang sekaligus adalah tetangganya sendiri.
Tiba-tiba ponsel Vero berdering. Ada telefon masuk. Seketika senyum Vero langsung mengembang. "Haloo Wendy?"
.
.
.
.
Sebelumnya gue mau minta maaf karena gue updetnya lama :)) Tolong maafkan, biasalah masih SMA, banyak tugas. Harap maklum yaa. Tapi setelah ini bakal terus updet kok. Jangan lupa tetep vomment ya guys. Thank you...
KAMU SEDANG MEMBACA
Rana
Teen FictionRana adalah cewek yang gak pernah beruntung soal percintaan. Dia selalu dicap debagai cewek aneh oleh siapa saja. Sampai akhirnya, Rana bertemu dengan Vero, cowok yang dengan tengil mengira bahwa Rana suka padanya. Apakah kali ini Rana beruntung?