Malam hari yang dingin di Barcelona, Spanyol. Terlihat dua pemuda; Otabek Altin, yang bersurai gelap dengan tinggi rata-rata dan satunya lagi, Yuri Plisetsky yang beberapa senti lebih pendek dengan surai pirang pucat berdiri di rooftop sebuah hotel, menikmati keindahan kota yang ber-arsitektur khas Eropa klasik itu dengan lampu-lampu hiasnya yang berkelap-kelip pertanda natal akan segera tiba.
Ya, atlet lain mungkin tidur untuk menyimpan energi mereka di waktu seperti ini, tapi kedua atlet muda itu memilih untuk menikmati waktu santainya beberapa jam sebelum kompetisi dimulai. Menikmati waktu dimana tak ada ketegangan melainkan hanya kedamaian dan ketenangan dihati mereka. Jika mental baik, bukankah fisik akan baik juga?
Angin berhembus. Meniup helaian rambut lurus dan panjang milik Yuri, dan memperlihatkan seluruh wajah kecil bersih dengan mata yang menawan.
Perkataan Otabek tadi sore saat mereka berada di tempat berseni tinggi tadi masih terus berputar dikepalanya."Yuri Plisetsky memiliki mata seperti prajurit"
dan;
"Ku pikir kau itu sama denganku"
Terngiang jelas seperti kaset yang diputar berulang kali. Ia merasa senang, baru kali ini ada orang selain kakeknya yang memujinya dengan tulus. Dalam hatinya juga ia sangat berterima kasih pada atlet asal Kazakhstan itu karena sudah menyelamatkannya sore ini.
Ya. entah pertemuan mereka saat itu bisa dikatakan kebetulan atau takdir. Ketika itu, Yuri dalam keadaan genting karena dikejar fans beratnya, lalu entah darimana Otabek pun muncul dengan motor besar yang maskulin dan menawarkannya tumpangan untuk pergi dari lorong kecil antara bangunan itu.
Jika dikatakan kebetulan, bisa jadi benar; Karena mereka memang berada disatu lokasi bahkan disatu hotel. Tapi takdir? entahlah. Namun, Yuri bersyukur setidaknya dari situlah mereka bisa jadi lebih dekat seperti sekarang. Tanpa sadar, ia tersenyum.
"..ri. Yuri. Yuri.."
Mendengar suara samar itu, Yuri kembali menapak bumi kemudian serta merta bergumam, "huh? kau memanggilku?"
Otabek tersenyum kecil lalu menjawab, "Ya.. daritadi. kau memikirkan apa sampai melamun seperti itu, hm? kau sudah mengantuk?"
Yuri menggeleng, entah kenapa ia merasakan wajahnya memanas. Ia langsung khawatir dan menempelkan telapak tangan ke dahinya--takut jika ia demam, dan ia akan merusak debut seniornya di GPF besok. Tapi tidak, suhu tubuhnya normal. Jadi kenapa wajahnya memanas?
"Yurio" panggil Otabek tiba-tiba.
Yuri gelagapan, "Y-Ya?"
"sepertinya kau sudah terbiasa dengan panggilan itu ya. Yu-ri-o."
"Haah?! Jangan sembarangan! namaku Yuri! bukan Yurio!" Seru Yuri dengan wajah memerah.
Otabek menahan tawa, "Tapi ketika aku memanggilmu 'Yuri' kau tak merespon"
"Aakhhh dasarr. ini semua gara-gara si om-om uzur itu dan blablablablabla" kata Yuri panjang lebar dengan segala umpatannya.
Otabek hanya diam mendengarkan, entah kenapa ia begitu senang dan tak pernah bosan ketika melihat Yuri bicara ataupun mengoceh; selama dan tentang apapun itu. Bahkan segala umpatan yang keluar dari bibir kecil atlet penyuka kucing itu terdengar lucu ditelinganya.
Seperti.. Entahlah, anak kecil yang baru bisa bicara? begitu lucu dan menggemaskan.
Bukan itu saja, sebenarnya Yuri telah menarik perhatian Otabek dengan matanya yang bercahaya dan penuh keyakinan itu bertahun-tahun sebelum mereka debut di event Grand prix. Ya, bertahun-tahun.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Night Before
FanficYuuri on ice fanfiction!!~♡♡ ☆Genre: kinda fluffy bromance, oneshot. ☆Pairing: Otabek Altin x Yuri Plisetsky ☆Rate: 15+ !!¡¡ DESCLAIMER ¡¡!! : All the characters belongs to our beloved Kubo-senseii♡ ¤WARNING¤ CONTAINTS SPOILER EPS. 10!! a/n: onesho...