Bagian 1: Wonderland

153 11 15
                                    

"ugh...eh? Kok gelap."tiba-tiba suara teriakan membuat sang gadis yang baru tersadar terkejut bukan main.

"Alicia?"

"Dichan, kau dimana?"

"Aku disini. Hei, kau dimana Alicia?" ucap Dichan berusaha melihat dengan baik tapi apa daya gelapnya ruangan ini membuatnya kesulitan untuk melihat.

Sebuah tangan menyentuh badannya. "Dichan, ini kau?".

"Iya, ini aku. Hei, ini wajahku!"seru Dichan sambil menyingkirkan tangan Alicia dari wajahnya.

"Tehee, maaf. Kau tahukan kalau aku takut gelap." ucap Alicia sambil merangkul kuat lengan Dichan.

"Alicia,lepaskan tanganku sebentar. Aku mengambil ponselku di saku celana."

"Tidak mau."

Dichan pun terpaksa mengeluarkan ponsel dari saku celana dengan tangan kiri. Sebuah cahaya keluar dari ponsel Dichan. Mendadak ruang gelap di sekeliling dua gadis itu berubah menjadi gelap langit bertabur bintang. Kedua gadis itu pun langsung terjatuh seolah daratan yang berusan mereka injak hilang dalam sekejam.

"Huwa!! Kita terhempas !!" seru mereka berdua.

Anehnya, mereka tidak sampai-sampai juga menghantam tanah. Sebuah ide terlintas di pikiran Dichan.

"Alicia, lari !"

"Bagaimana kita bisa lari jika kita terhempas begini?!"

"Sudah ikuti saja, pegang tanganku." Dichan pun mengulurkan tangannya pada Alicia.

Dengan susah payah Alicia meraih tangan Dichan, akhirnya berhasil di raih. Dichan pun menarik tangan Alicia agar mendekat padanya. Perlahan kedua kaki Dichan pun bergerak seolah sedang berlari. Alicia pun mengikuti apa yang Dichan lakukan.

"DEMI KUE NASTAR, APA AKU SEDANG BERMIMPI?!" seru Alicia.

"Ahaha... Ini menyenangkan, lol."
Kedua gadis itu melihat sebuah pintu bercat cream, segera mereka melangkah kesana. Hingga sampai di depan pintu tersebut Alicia pun memutar kenop pintu tersebut, membuat pintu bercat cream itu terbuka.

Mereka berdua pun menghela nafas lega karena akhirnya mereka bisa keluar dari tempat aneh tersebut.

"Tadi itu seru sekali. Ayo, coba lagi." ucap Dichan semangat ingin kembali kesana tapi di cegat oleh Alicia.

"Jangan, aku tidak mau pergi kesana lagi. Kita harus keluar dari tempat ini." Dichan mendengar itu pun merengut.

"Dichan, lihat lihat..."Dichan melihat arah yang di tujukan Alicia. Sejauh mata memandang, begitu banyak kue bertingkat dengan cream berwarna-warni.

Taburan buah segar menghiasi atas kue dan lapisan kue, sirup yang mengalir turun dari kue dan potongan-potongan coklat yang menempel di kue layaknya kue Blackforest membuat siapa saja bisa ngiler melihatnya. Air mancur yang terbuat dari gulali dan semua itu dalam bentuk ukuran super besar.

"Wah...kue everwhere" kedua mata hitam Dichan berbinar-binar melihat makanan kesukaannya ada disini.

"Dichan, liat ada Red Valvet." ucap Alicia gemas sambil berlari ke arah Red Valvet berukuran super besar.

"Eh? Alicia, tunggu jangan di-" ucapan Dichan berhenti melihat Alicia sudah menyerang Red Valvet berukuran super duper jumbo tersebut.

Dichan pun berjalan mendekati kue Red Valvet yang menjadi incaran Alicia.

"Dichan~ kemari-kemari, Red Valvetnya enak banget loh. Melebihi Red Valvet buatan Raven." Alicia kembali menikmati Red Valvetnya.

Sementara Dichan hanya bersweadrop ria di bawah. Tidak sengaja Dichan melihat tulisan pada sebuah kue yang tergeletak tepat di sebelahnya. "Kiri besar, kanan kecil. Hah? What the maksud?"

Dengan masa bodo dengan maksud tulisan yang tercetak di tengah kue tersebut, Dichan pun mengambil kedua sisi kue tersebut. Ketika hendak memakannya, Tiba-tiba suara dentuman keras membuat kue-kue berukuran jumbo tersebut bergetar hebat.

"Alicia, Turun, ada gempa." getaran itu semakin hebat membuat Dichan jatuh terduduk akibat gempa tersebut. Alicia pun segera menuruni kue Red Valvet dengan keadaan celemotan.

" MAMA !" kedua iris mata kedua gadis tersebut membesar mendapati sosok mengerikan yang menerikan kata 'mama'

"VALAK !!" jerit mereka berdua langsung lari pontang panting dari sana.

"MAMA!" teriakan itu semakin keras, membuat kedua gadis tersebut semakin mempercepat larinya.

"VALAK MENGEJAR KITA. YANG BENAR SAJA!!" Dichan ikut-ikutan menjerit sambil lari.

"AKU GAK SANGGUP LAGI!!"Alicia pun ikut menjerit.

"HAH?! BERTAHANLAH ALICIA !" Ketika kaki mereka menginjakan kaki pada sebuah daratan kue dengan cream berwarna hijau, mendadak kaki mereka tertarik kedalam dan berkahir mereka berdua terhempas jatuh ke bawah.

Kedua mata mereka terbuka---- tersadar bahwa mereka berdiri sambil menutup mata mereka. " Dimana lagi kita?" ucap Alicia sambil melihat sekitar.

Pohon-pohon tumbuh menjulang keatas, bunga mawar putih berukuran besar berada di sebelah Alicia dan beberapa mawar putih besar juga ada di sisi lain tersembunyi antara daun berukuran besar. Sementara di sisi Dichan ada jamur ungu berukuran kecil-kecil dan ada juga yang berukuran lumayan besar tumbuh di batang pohon yang sudah tumbang, Suara kicauan burung terdengar di atas pohon.

"Apa benar ini Wonderland yang seperti yang ada di buku dongeng Alice?"

"Kelihatannya bukan deh." ucap Alicia bersweadrop ria.

"oh, iya. Ngomong-ngomong sejak kapan bajumu terganti seperti baju Alice Wonderland?" Alicia pun langsung melihat dirinya yang tengah memakai kostum Alice dengan pita biru di atas kepalanya.

" Kau juga sama, Dichan. Hanya saja warna milikmu berwarna merah." Dichan pun melihat dirinya yang masih memegang potongan kue di kedua tangannya dan juga baju yang di kenakannya pun sama dengan yang Alice kenakan hanya perbedaan warna saja yang terlihat jelas.

"Aneh, apa beneran kita ada di Wonderland?"ucap Dichan.

"Entahlah, ini akan semakin aneh saja dan yang tadi itu..hue, selamat tinggal Red Valvetku yang cantik."

Kedua tangan Dichan kini masih memegang kue. "Ini, kau masih mau Alicia?"

"Eh? Itu kue dari tempat tadi kan. Tapi itu bukan Red Valvet, gak deh. "tolak Alicia.

"Tapi kue ini aneh. Ada tulisan di atas kue ini tadi. Tulisannya 'kiri besar kanan kecil', apa maksudnya yah?" tanpa sadar Dichan memekan potongan kue di tangan kirinya.

Tiba-tiba tubuh Dichan membesar hingga dahan-dahan pohon yang sebelumnya di atas Dichan pada rontok semua.

"Heh?! Apa yang terjadi padaku?!" seru Dichan sambil melihat tubuhnya yang mendadak besar seperti raksasa.

"Dichan, kau baik-baik saja? " seru Alicia.

"Iya, dan kurasa aku telah memakan kue Alice Wonderland. "

"Makan kedua kue itu. Aku yakin ukuran tubuhmu akan menjadi seperti semula." Dichan pun memakan kedua kue tersebut secara bersamaan, membuat tubuhnya kembali normal.

"Fiuh...syukurlah." ucap Dichan menghela nafas lega.

"Lebih baik kita simpan saja kue ini, kau membawa tas kan?" Dichan melihat tas kecil terselempang di bagian kanannya.

"Sejak kapan aku membawa tas kecil ini?"

"Sudah masukan saja, aku yakin kita akan membutuhkan kue itu di perjalanan." ucap Alicia

Dichan pun segera masukan kedua kue tersebut ke dalam tas kecil miliknya.

"Dichan, lihat itu kelincinya. Ayo kita kejar." Seru Alicia langsung mengejar kelinci berbulu hitam keabu-abuan.

"eh ? Tunggu.." Dichan pun langsung mengikuti kemana Alicia pergi.

Bersambung...
D

Dedikasikan
#StoryLine_SL
#SL1stAnniv

Sugar WonderlandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang