Sequel

51 7 23
                                    

Ruangan pencahayaan yang minim, jeruji besi yang berdiri tegap sedang mengurungi seorang gadis bersurai merah yang kini sedang tidak sadarkan diri. Suara tapak sepatu sedang menuruni tangga terdengar membuat gadis tersebut mulai sadarkan diri.

"Apa dia masih belum sadar?"

"Sepertinya belum,tuan."

"Ugh...dimana lagi aku?" gadis tersebut menoleh pada pria setinggi 110 cm bersurai hitam melirik ke arahnya.

"Sudah sadar Red Alice?"

"Siapa kau? Dimana Alicia?"

Pria kecil itu pun berjalan mendekati jeruji penjara dimana Dichan di sekap, "Maksudmu Alice, dia sedang ada tidak sadarkan diri di kamarnya."

"Dikamarnya?"

"Kau akan di hukum pengal untuk kejahatanmu, Red Alice."ucapnya lagi.

"Aku bukan Red Alice, Namaku Dichiany, lepaskan aku!"

"Kau Red Alice, Kau Alice palsu."

"AKU BUKAN ALICE!"

"DIAM!"bentaknya membuat Dichan sedikit tersikap.

Pria kecil itu pun berjalan mendekati penjaga, "Penjaga buat dia kembali tidak sadarkan diri."

Ucapan iya terlontar dari mulut sang penjaga dan segera berjalan ke arah dimana Dichan disekap.

"A-apa?! He-i jangan macam-macam denganku."Dichan mengambil langkah mundur.

"Hoi ! Cebol ! Kembali kau!" namun seruan Dichan sepertinya tidak di umbris oleh pria tersebut. Penjaga itu datang dengan membawa kayu panjang dan mengarahkannya pada Dichan.

"Apa yang mau kau lakukan? Mau membunuhku?"

"Perintahku hanya untuk membuatmu tidak sadarkan diri. "suara decingan terdengar nyaring di telinga ketika sang penjaga membuka pintu penjara dan berjalan masuk.

Dichan meneguk ludah melihat kayu panjang yang di bawa sang penjaga. "A-apa kau bodoh? Itu bukan hanya membuatku pingsan kembali, tapi geger otak, bahkan aku bisa mati. Kau tau sendirikan kalau perempuan itu sangat lemah." ucap Dichan membuat sang penjaga menghentikan langkahnya.

"Benarkah?"

"Te-tentu saja. Aku ini sangat lemah, di pukul sedikit saja aku bisa merasa sangat kesakitan apalagi dengan kayu panjang dan besar milikmu itu, jika aku mati kau pasti akan terkena masalah dengan si cebol itu kan?" mendengar itu sang penjaga langsung menjatuhkan kayunya.

Dichan melipat kedua tangannya di depan dada," Dan yah, ku dengar Pink Prince penguasa kalian itu sangat kejam, bukan? Kalau kau menbunuhku tanpa perintah mungkin kau bisa-" Dichan menarik jari telunjuknya di bawah leher seolah memengal kepalanya.

"Tidak tidak tidak...aku tidak mau mati!" ucap sang penjaga panik.

Dichan menyungingkan senyum sinis sambil berjalan mendekati sang penjaga," Yah...karena aku ini baik padamu, pukulah aku sedikit saja biar aku pingsan dan kau tidak akan di bunuh Pink Prince, gimana?"

Sang penjaga pun terlihat ragu ingin memukul Dichan yang kini sudah berada di depannya. Dengan wajah takut dia memukul Dichan dengan sangat pelan hampir seperti sebuah tepukan seorang anak kecil. Dichan terkekeh pelan dan langsung menghujam sang penjaga dengan tasnya hingga sang penjaga sedikit terhuyung ke samping dengan kesempatan itu Dichan langsung mengambil kayu panjang yang di bawa sang penjaga yang tergeletak di bawah kakinya dan langsung menukul sang penjaga hingga kayunya patah menjadi dua.

Keadaan sang penjaga sudah tidak dapat di definisikan lagi. Dichan pun mengambil kunci yang tergantung di pinggang sang penjaga.

"Ternyata mudah sekali aku menipumu, Dichan kok dilawan." ucap Dichan dengan bangganya.

Sugar WonderlandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang