Saat itu, pikiran Akira memang sangat kacau, ditambah lagi kedatangan siswi yang secara tiba-tiba menarik tangannya dari belakang. Sebenarnya, Vallery sudah ada dibelakang Akira, namun Akira baru menyadarinya pada beberapa saat yang lalu, saat Vallery menarik tangannya, entah dalam rangka apa siswi berambut panjang itu menarik tangannya.
Penjaga palang kereta api yang
sedang menekan tombol telepon tanpa kabelnya seketika berhenti menekannya.
"Syukurlah, anak itu tidak tertabrak.."batinnya."LO..LO NGAPAIN NGINTILIN GUA?!"kata Akira terbata-bata, sangat terkejut saat melihat wajah siswi itu muncul kembali dihadapannya.
"Aku?Jadi duta shampoo lain?*eh
"Selow, aja kalii aku kesini mau nyelamatin kamu, abisnya kamu nggak peka-peka sih, udah aku lempar batu, tetep nggak nengok, untung seribu untung nggak kena kamu, kena keretanya.."ucap Vallery dengan nada yang sangat santai, menganggap hal yang terjadi adalah hal yang sangat sepele."Gua mau pulang, bye."kata Akira sangat singkat.
"Mau pulang?Kalo emang pengen digandeng sama aku sampe pulang kerumah, bilang aja, aku siap kok, rumah kita kan se--
"Lepasin tangan gua."ucap Akira memutus perkataan Vallery,yang baru sadar bahwa tangannya masih dipegang oleh Vallery.
"Ok" sambil melepaskan tangan Akira.
Akira mulai berjalan pulang ke rumahnya, hingga akhirnya sampai. Mengingat jarak yang ditempuh adalah 5 menit. Begitu pula dengan Vallery. Tidak pernah terbayangkan oleh Akira bahwa dia tinggal tepat di sebelah rumah siswi itu.
"Etdah, yang bener ajaa si cewek kumpret itu tetangga gua" ucap Akira dalam hatinya, entah mengapa Akira bertindak seolah Vallery adalah musuh bebuyutannya, memang boleh diakui Akira adalah tipe cowo yang suka 'mengejar' bukan 'dikejar',jadi mungkin Akira risih menghadapi siswi seperti Vallery.
Vallery POV
Papaku telah meninggal, saat aku berumur 7 tahun, saat itu juga mamaku menyuruh teman dekatnya untuk mengurusku untuk beberapa saat, dikarenakan mamaku mempunyai tuntutan pekerjaan di Perancis.
Otomatis, aku pun dekat dengan anak dari teman dekat mamaku. Seingatku namanya, nama panggilannya adalah Akira. Aku selalu bersamanya, dari kelas I SD-VIII SMP. Dan pada kenaikan kelas VIII SMP, Akira meninggalkanku. Orangtuanya akan pindah ke Florida,AS. Kejadian itu bertepatan dengan kepulangan mamaku ke rumah.
"Aku suka padanya, dan lebih dari itu aku mencintainya!Kenapa harus berakhir seperti ini?!, Aku tau kalau aku menyukai seseorang yang benar-benar aku tau dia akan pergi itu akan sia-sia tidak ada gunanya, dan hanya buang-buang waktu, namun aku tidak tau akan terjadi seperti ini, Akira tidak pernah memberitahuku akan kepergiannya. Dan aku.., sudah terlanjur mencintainya." katanya dalam hati, dan tanpa disadari air mata yang daritadi menggenang di matanya membasahi kelopak matanya, hingga mengalir membasahi pipinya.
Waktu itu aku menagis tanpa memandang waktu, kalau dipikir-pikir seperti ada yang baru meninggal saja, aku terus menangisi kepergian Akira bersama keluarganya. Tetapi, satu hal yang telah menyadarkanku, Akira pernah mengucapkan kata-kata yang selalu kuingat, saat aku berumur 9 tahun, bermain di taman bersamanya, dan saat itu Akira belum bisa berbicara menggunakan huruf 'R'.
"Jangan lupaiin aku yaa Lii, tenang aku juga gabakalan lupaiin kamu kok, kamu kan teman telbaik aku sejagat laya" ucap Akira sambil memberiku satu buah lolipop.
Walaupun kata-kata itu telah menyadarkanku, namun sejak saat itu, aku mengalami penurunan dalam segala hal, mulai dari nilai pelajaran, kesehatan, dan masih banyak lagi.
Note:
Maap klo lama di publish :'' yang penting di vote, ato comment//plakk:v tenang" nanti pasti ngel feedback kok :)
Semoga sukaa :)
YOU ARE READING
Still Love You
Teen Fiction"Ada 2 kemungkinan yang akan terjadi, terhadap seseorang yang merasakan kehilangan. Yang pertama.. Kehilangan yang akan membuatnya terluka. Dan yang kedua.. Kehilangan yang bisa merubahnya menjadi orang lain." ...