14 Juli 2015
Hari ini, seluruh sekolah yang ada di Indonesia memulai semester baru. Hari yang telah dirindukan oleh para pelajar yang tekun belajar. Berbeda denganku, Marsha Kusha. Murid SMA di salah satu sekolah di Jakarta.
Dengan berjalan tergonta-gonta menyusuri lorong sekolah menuju kelas 12 IPS 2.
Saat memasuki kelas, teman-temanku menyapaku dengan semangat, "MARSHAAA!!!".
"WHATSUP GENGSSS?!!" tiba-tiba rasa malasku berganti sekilat petir. Aku langsung berlarian menuju teman-temanku yang sedang berkumpul di belakang kelas.
Bianca, sahabatku, menyampiriku, "Oh My God, Marsha. Lo harus tau kalo si−"
"Ah, Bianca. Bisa ga kita jangan omongin dia dulu? Masih pagi nih," bantahku.
"Siapa yang mau ngomongin si itu? Gue mau ngomongin sesuatu dan ini penting banget." Bianca menarikku keluar dari kelas dan berjalan ke arah toilet.
Bianca menarik nafas dalam-dalam, "Gini, Mar. Gue mau ngomong. Kalo cowok yang lagi gue deketin ini, ngajakin gue nonton, Mar. Hari ini."
"Yahilah Ca. Gue kira mah penting banget. Ternyata cuma diajak nonton doang."
"Ya penting dong, Mar. Buat gue. Hehe," cengir Bianca.
"Cowok yang lu maksud itu siapa? Lo kan gak pernah curhat tuh tentang dia. Lo cuma bilang kalo lo lagi deket sama cowok."
"Namanya Jonathan, Mar."
"WHAT JONATHAN?" teriakku refleks. Jonathan? Laki-laki yang pernah deketin aku itu sekarang mencoba untuk mendekati sahabatnya, Bianca? Oh God aku harus kasih tau tentang Jonathan kepada Bianca. Tapi itu tidak mungkin. Karena jika Bianca tahu kalau aku pernah dekat dengan Jonathan, mungkin Bianca akan marah. Karena aku tidak pernah cerita apapun tentang Jonathan. Tapi aku harus kasih tau Bianca. Sebagai sahabat yang baik. Untuk menghindari sesuatu yang buruk.
"Iya, Mar. Kok lu kaget?" Bianca bingung.
"Ah, gapapa, Ca. Gue kaget aja Jonathan bisa deket sama lo. Soalnya dia kan tertutup gitu orangnya." Ya Tuhan ampunilah hamba-Mu ini yang telah berbohong kepada temannya sendiri.
"Gak juga, Mar. Dia malah terbuka banget sama gue. Dia cerita tentang kehidupan dia. Dia cerita kenapa dia tertutup banget. Dia juga cerita tentang cewek yang udah pernah dia deketin." perut Marsha tiba-tiba melilit.
"Mar, lo gak kenapa-kenapa kan?" tanya Bianca.
"Iya gapapa, Ca."
"Tapi muka lo tiba-tiba pucet. Lo sakit?" Bianca akan terus menanya sampai dia puas dengan jawaban lawan bicaranya.
"Ah, mungkin gue kecapek-an," bohong lagi, "Kayanya udah mau mulai pelajaran deh. Ayo masuk, Ca." Bianca hanya mengangguk dengan raut kebingungan.
***
Sebelum bel pulang sekolah berdering, aku dan Bianca sudah berada di depan gerbang sekolah. Sekolah kami tidak seperti yang ada di cerita SMA di tv. Sekolah kami melarang membawa mobil dan motor, kecuali kalau sudah punya SIM, boleh membawa. Tetapi banyak yang melanggar. Memarkir motornya di warung Bu Ijun yang berada di belakang sekolah.
Tepat saat bel berbunyi, anak lelaki yang tadi pagi disebut itu oleh Bianca keluar dari gerbang. Orang itu adalah Dennis William. Murid kelas XII IPA 2. Tak banyak yang menyukainya. Hanya beberapa orang, sekitar 5-6 orang. Karena dia sudah mempunyai pacar yaitu Jasmine Denva, kakak kelas yang baru lulus. Sikapnya juga dingin. Mungkin untuk menjaga perasaan pacarnya, mungkin?
KAMU SEDANG MEMBACA
Make You Love Me
Teen FictionSetelah 2 tahun memerjuangkan cintanya Dennis, dan tidak terwujudkan itu, aku merasa dia tidak menginginkan aku di hidupnya. Mungkin aku kurang menarik atau aku terlalu unik? Kita memang tidak ditakdirkan untuk menjadi satu sekarang. Tapi bukan ber...