0.1

37 4 6
                                    

Friday, 04.58 pm

Jimin menyeret ransel besarnya, melewati koridor sekolah yang sudah sangat sepi. Ia mengacak-acak rambutnya yang sudah berantakan, mengumpat tidak jelas.

"Aish, aku sudah bilang kalau aku ada kepentingan!" lagi-lagi, ia mengacak-acak rambutnya, "sial, aku dapat hukuman laㅡ"

Jimin menghentikan langkahnya dan berhenti mengumpat. Ia mendengar suara alunan piano.

Mungkin guru pembimbing musik? Tidak, semua guru yang ada di sekolah ini sudah pulang dari pekerjaannya sejak jam 3 sore tadi.

Apakah makhluk halus? Tidak, Jimin tidak percaya dengan makhluk halus, hanya ilusi katanya. Lalu Jimin berpikir sebentar, Monster mungkin?

Jimin yang kesal karena sangat penasaran, langsung saja menghampiri pintu yang bertuliskan 'Music Club Room'.

Ia membuka pintu yang sedikit terbuka dan tidak terkunci itu, mengintip sesuatu yang sedang memainkan piano disana.

Jimin seketika menganga, ternyata ㅡyang dikiranya monsterㅡ hanyalah seorang gadis berambut panjang sepinggang. Gadis yang sepertinya belum pernah Park Jimin temui.

Jimin masih membuka lebar-lebar mulutnya dan mata sipitnya. Bagaimana tidak, permainan piano gadis itu sangatlah hebat. Jari lentiknya menekan tiap tuts dengan anggunnya, jari-jarinya bergerak dengan lemah gemulai, dan sekarang ia mulai bernyanyi.

"It's not that I believe it, but that i want to try holding out, Because this is all that I can do."

I want to remain, I want to dream more. Even so, what i'm saying is that it's time to leave,

Yeah it's my truth, it's my truth. I will be covered with wounds all over, but it's my fate, it's my fate. Still, I want to struggle and fight.

Maybe I, I can never fly~ I can't fly like the flower petals over there, or as though i have  wings.

Maybe I, I can't touch theㅡ"

Gadis itu berhenti menyanyi saat ia menyadari ada yang memperhatikannya. Jimin yang sedang menghayati suara gadis itu tiba-tiba terkejut lalu menampakkan diri.

"Eh, ah mi-mian. Aku tidak sengaja mendengarmu memainkan piano danㅡ"

Gadis itu tersenyum, "Gwaenchana,"

Jimin tersenyum kikuk lalu menghampiri gadis itu, "Kenapa sendirian?" tanyanya.

Gadis itu menatap kesamping lalu tersenyum, "Uhm, hanya bermain dan melatih skillku."

Jimin hanya ber-oh lalu menyelipkan tangannya ke dalam saku celananya.

"Sebaiknya kau pulang, ini sudah jam 5 sore." ucap Jimin.

Gadis itu membulatkan matanya lalu melihat jam tangan berwarna merah muda di tangannya. Oh tidak, ia mulai khawatir sekarang.

"Oh ya, aku harus pulang!" gadis itu merapikan tasnya lalu menghampiri Jimin yang jaraknya tidak jauh dengannya.

"Terimakasih sudah melihatku bermain, sampai jumpa!" ia berlari menuju pintu melewati Jimin, dan meninggalkannya sendirian di ruang musik.

Jimin hanya tersenyum membayangkan gadis itu, sampai ia sadar kalau dirinya belum berkenalan dengan gadis itu.

Jimin memukul kepalanya pelan, menghukum dirinya sendiri. "Jimin bodoh,"

♪♪♪

Lelaki bergigi kelinci itu tengah bingung karena tingkah laku hyungnya. Pasalnya, Jimin yang selalu bertingkah jahil di 'Rumah Selain Rumah Mereka' sekarang diam tak berkutik.

FoolsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang