Bagian Satu [1]

167 1 0
                                    

Aku Annisa Zahra, Teman-temanku biasa memanggilku Anny. Kalian pasti bertanya-tanya, kenapa nggak Nisa aja panggilnya? Oke akan ku jawab. Disekolahku terdapat 3 orang yang memiliki nama hampir sama sepertiku sehingga berakhir aku di Panggil Anny.

Umurku baru saja berusia 15 tahun, dan bisa dibilang aku adalah anak yang hyperactive. Teman temanku bilang, aku memiliki suara yang cukup nyaring, sehingga suaraku mudah untuk dikenali.

Sebulan kemarin, aku baru saja menyelesaikan Ujian Nasional yang diselenggarakan serentak oleh seluruh sekolah Smp di Indonesia. Dan mungkin hasilnya tidak se menakjubkan kata 'Wow', tapi setidaknya menurut ku itu sudah cukup.

Sebenarnya, dengan Nilai Ujian Nasionalku yang lumayan itu, aku bisa saja memasuki SMA. Namun setelah berfikir panjang, Akhirnya aku memutuskan untuk melanjutkan jenjang pendidikanku alah satu SMK di dekat rumah.

Alasannya mungkin agak sepele, karena Aku hanya tak ingin membebani orang tua-ku dan Jaraknya cukup dekat dengan rumahku.

Aku bukanlah anak orang kaya yang kemana-mana, menaiki benda beroda empat. Aku hanyalah anak rantau yang tinggal disebuah kontrakan kecil, yang dimana jika ingin keluarpun ada batasannya.

Aku tinggal di kota istimewa, bisa kalian tebak? Yup! Benar, aku memang tinggal di kota gudeg Alias Jogjakarta. Aku hanya tinggal untuk sementara disini, selepas SMK mungkin aku akan kembali ke asalku, Surabaya atau malah kembali merantau entah kemana.

Aku disini tinggal bersama kedua orang tuaku, dan tentunya adik menyebalkanku. Aku tak memiliki keluarga di sini, kecuali om tiri ku. Semua keluarga besarku tinggal di Surabaya.

Ngomong ngomong tentang Surabaya, Pastinya berat meninggalkan kota dimana aku dilahirkan dan dibesarkan disana. Dan sangat berat ketika beradaptasi dengan tempat yang menurutmu masih Asing.

Sungguh, banyak perubahan ketika aku pindah disini. Kepribadian ku yang awalnya kasar, agak melembut ketika berhadapan dengan orang asli Jogja, tetapi kepribadian awalku akan kembali jika bersama orang yang membuatku nyaman. Aneh memang.

Cukup bercerita tentang diriku.

Kembali lagi ke masa sekarang, Sekarang aku tengah berjalan di Lobby tempat pendaftaran SMK. Lobby nya cukup luas, ku ambil Handphone dari saku ku, ternyata ada wifi juga di sini.

Aku tetap berjalan, ketika ada belokan aku mengambil arah ke kiri. Ketika aku menatap ke depan, terdapat lorong yang sepi, *jelas karena siswa disini sedang melakukan aktivitas pembelajaran. Namun, ketika aku menengok kearah depan, aku disuguhkan dengan pemandangan hamparan rumput hijau yang segar dan telah dipotong rapi,

"Ayo cepet, itu tuh ada orang. Barangkali dia tau." Ujar Ibuku, aku hanya tersenyum samar. Ibuku berjalan mendahuluiku, dan aku hanya mengikuti ibuku sambil termenung.

Kulihat, ibuku sedang berbincang dengan seorang lelaki paruh baya aku tak mengerti apa yang mereka bicarakan, biarlah itu urusan orang dewasa. Aku bersandar di tembok bercat berwarna Krem ini, menghela nafas perlahan sambil mengucapkan istighfar.

"Itu anak saya yang akan mendaftarkan sekolah disini pak" kudengar suara ibuku, walau samar dan kulihat Bapak tadi melirikku dan kubalas dengan senyuman.

***

Lelah rasanya, aku baru saja selesai menyapu teras rumah dan kemudian dipanggil lagi untuk mencuci piring. Walau kuakui, badan ini tak sanggup lagi untuk melakukannya.

Aku menyapu peluhku yang menetes akibat kelelahan, aku bahkan tak mengerti mengapa bisa ada keringat yang menetes di dahiku. Padahal aku merasa dingin, bukan panas.

"Bu, capek banget.. ntaran lagi ya" kataku lirih ketika selesai menaruh piring dan gelas di raknya.

"Kamu itu, baru segitu aja udah capek! Cucian masih belum di jemur. Sudah mau istirahat? Mau jadi apa kamu?!" Bukannya memberikan ijin, ibu malah mengomeliku. Sedangkan aku hanya bisa pasrah, sambil membaca istighfar.

"Habis itu aku istirahat?" Tanya ku pelan,

"Ah terserah kamu! Sudah besar harusnya kamu sudah tahu apa yang harus dilakukan" setelah mengucapkan itu, ibu pergi entah kemana.

"Sabar Ann, tinggal sedikit kok" ucapku membatin dalam hati, menyemangati diriku sendiri.

Aku menjemur pakaian Seluruh keluargaku, lantai rumah masih basah karena sudah ku Pel. Ku lihat adikku datang dengan sepedannya.

"Ibu mana?" Tanya Adikku langsung, aku menggeleng tanda tak tahu. Bukan aku malas berbicara kepadannya, tapi mengeluarkan suara saja aku tidak kuat.

"Punya mulut gak digunain, ditanya malah geleng-geleng." Gerutu adikku langsung masuk ke rumah, ah lantainya sedang basah.

"Lantai nya basah" ujarku pelan, adikku memasang tampang tidak pedulinya lalu memasuki rumah tanpa merasa bersalah, dan menimbulkan jejak kaki di lantai yang sudah bersih itu.

"Repot banget sih, bisa di bersiin lagian" Kata adikku agak berteriak, aku hanya menghela nafas pelan. Sambil mengelus dadaku, dan kembali lagi aku beristigfar

"Astagfirullah hal adzim"

🎉🎉🎉

Sebulan kemudian

Ini adalah hari pertama, aku memasuki kelas pertamaku. Tidak ada yang namanya mos. Karena pemerintah telah menghapus istilah mos dan diganti dengan PLS yang tak ku ketahui apa kepanjangannya.

Aku duduk di karpet yang telah disediakan, ku lihat acara sudah hampir dimulai. Seseorang menepuk bahu kananku dari belakang, aku pun menoleh.

"Hai. Aku Anissa Nasution, kamu bisa panggil aku Anis." Ujar seseorang itu yang ternyata seorang perempuan yang memiliki kulit kecoklatan dan senyum yang manis.

"Aku Anissa Zahra. Panggil saja Anny" ujarku sambil tersenyum tipis dan menyambut uluran tangannya.

"Wah, nama kita hampir sama ya! Senang bisa berkenalan denganmu" katanya sambil tersenyum sehingga membuat matanya semakin menyipit.

"Aku juga." Kataku pelan.

Ku lihat seseorang yang ku yakin adalah seniorku mulai membuka acara, dengan menggunakan mic senior itu mengucapkan salam yang dibalas serentak oleh siswi baru SMK ini.

"Nah adik-adik, sebelum acara dimulai sebelumnya perkenalkan saya...." senior itu pun memperkenalkan dirinya. Aku tak begitu sibuk memperhatikan, ku lihat senior yang lain membisikan entah apa di telinga senior yang sedang berpidato.

"Eh, cowok-cowok nya kok dibelakang? Ayo maju. Harusnya cowok itu jadi pemimpin dan tempatnya di depan bukan di belakang." Kata Senior itu yang membuatku sedikit terkejut. Ada laki-laki di sekolah ini?

Ku lihat ada sekiranya 14 siswa laki-laki duduk dihadapan ku. Jelas karena kan aku duduk di paling depan sendiri

Ku lihat dari ke-14 lelaki itu, ada satu anak lelaki yang cukup menarik perhatianku. Ia memang tak setinggi siswa lainnya, ya ku perkirakan tingginya sama sepertiku. Ia memakai peci yang menutupi rambut jabrik lelaki itu, sepertinya dia dari sekolah islam.

Selama beberapa detik aku menatapnya, namun detik berikutnya aku menunduk. Temanku atau bisa disebut kenalanku melirik kearahku dan bertanya kepadaku.

"Ada apa?" Ucapnya pelan pada diriku, aku pun tersenyum.

"Nggak papa kok." Balasku sedikit tersenyum. Aku pun kembali memperhatikan senior itu kembali, dan sesekali aku memperhatikan para lelaki di hadapanku yang telah berbincang entah perkara apa.

☁☁☁

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 20, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Backstreet?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang