Menulis. Bagiku, itu tidaklah mudah. Mengapa? Karena selalu ada hambatan disana. Dan cerita mengenai bagaimana aku memutuskan untuk menulis, emmm... Dialah alasanku, Riri. Siapa dan bagaimanakah Riri, silahkan dinikmati. Jangan lupa tinggalkan jejak kalian. Aku tunggu ^_^
Ya, berangkatlah. Jemputlah impianmu. Aku menantimu disini, dikota ini.
Kenalin, namaku Riri Eka Prameswara. Riri, begitulah semua orang memanggilku. Kadang juga dipanggil Ri kuadrat. Atau Ri pangkat dua. Terserah mereka sajalah, hehehe. Aku anak pertama dari ayah dan bunda. Memiliki seorang adik laki-laki tersayang bernama Rafan Dwi Prameswara. Saat ini aku tengah duduk dibangku sekolah menengah atas. Pecinta warna hijau. Karena apa? Karena hijau itu indah dimata dan sedap dipandang. Yang mau kenalan, langsung tanya-tanya sini ya,hahaha.
***
*flasback on*
Jantungku berdegub kencang seolah tak terkendali disaat sebuah amplop putih berada ditangan, yaitu hasil belajarku selama sekolah menengah atas. Rapalan do'a untuk sebuah hasil yang cemerlang menuju masa depan.
Tepat pukul 09.00 WIB, amplop itu dibuka serentak olehku dan teman-teman. Bismillah, ucapku dalam hati. "Alhamdulillaaaaah. Allahu Akbar." ucapku penuh syukur. Kami - semua siswa kelas XII A3 bersujud syukur lalu saling berpelukan dengan tetesan yg menggenang di pelupuk mata.
"Alhamdulillah, selamat anak-anak." Wali kelas kami pun memberi selamat dan tetesan air mata di selanya. "Selamat melanjutkan pendidikan. Tunjukkan pada dunia bahwa kalian hadir untuk mewarnainya." tambahnya. Semua siswa tak hentinya mengucap syukur lalu mencium punggung telapak tangan kanan wali kelas kami.
*flashback off*
Itu masa SMA ku dulu, tepatnya tahun 2010. Saat itu, aku merasakan bagaimana bahagianya diri ini ketika harus menanggalkan seragam putih abu-abu yang menjadi pakaian dinasku bersama teman-teman. Terimakasih Ya Rabb, batinku.
*flashback on*
Aku pun mengambil handphone di dalam tas lalu menghubungi bunda dirumah.
"Assalamu'alaikum."
"Wa'alaikumsalam. Piye, Nduk?"
"Alhamdulillah. Neng lulus, Bunda."
"Alhamdulillah. Ya sudah, langsung pulang atau main dulu?"
"Mau kerumah Mas Darma dulu, Nda. Boleh?"
"Boleh. Tapi jangan pulang sore."
"Siap bunda. Assalamu'alaikum."
"Wa'alaikumsalam."Mas Darma-lelaki ketiga yang mengisi hatiku setelah ayah dan adikku. Dia adalah pacarku. Kami sudah lama berhubungan, kurang lebih 2 tahun tepatnya. Keluarganya telah mengenal baik diriku, begitu pula dengan keluargaku terhadanya. Aku pun meninggalkan sekolah setelah dinyatakan bubar oleh kepala sekolah. Ya, aku ingin menemui Mas Darma dan memberitahukannya. Sudah seminggu aku tak bertemu dengannya, tetapi komunikasi kami tetap berjalan lancar. Tunggu aku mas, batinku dengan melajukan motor bebekku.
***
"Assalamu'alaikum" ucapku saat sampai didepan pagar rumahnya-rumah kakak perempuannya. Karena ibunya tinggal di Pekalongan. Sedangkan disini dia bersama kakak perempuannya dan suaminya.
"Wa'alaikumsalam." ucapnya dengan menyembulkan kepala dari jendela kamarnya. Ya, kamarnya berada di depan. Jadi, dia bisa mengetahui siapa saja yang datang kerumahnya.
"Hehehe, maskuuuu." kataku dengan rasa tak berdosa kemudian dia tersenyum. Lalu keluarlah kakak perempuannya dari dalam rumah.
"Weeeeeh, cah ayu. Ayo masuk. Darma ndak mau makan dari tadi pagi." ucapnya saat membuka pagar rumahnya dan mempersilahkanku masuk.
"Loh, kenapa, Mbak?"
"Katanya pengen disuapin kamu."
"Hehehe. Ngalemnya. Udah gede lho padahal. Ndak malu sama aku." Aku pun langsung duduk di tempat biasa. Di halaman depan rumahnya.
"Masuk aja, Dik." bisik kakak perempuannya.
"Tapi, Mbak?"
"Mbak temenin." katanya dengan senyum. Aku merasa ada sesuatu yang ganjil dengan senyuman dan tatapan matanya. Entahlah... Aku tak ingin memikirkannya. Aku pun masuk masuk ke kamarnya dengan menggandeng tangan kakak perempuannya.