Part-2

1.4K 115 3
                                    

Suara nada panggilan dari smartphone membangunkan Prilly dari tidur nyenyaknya. Dengan mata yang masih berat untuk dibuka, gadis itu mengulurkan tangannya meraba-raba nakas di samping tempat tidur untuk mencari benda tipis yang masih berbunyi itu. Setelah ketemu, dengan mata setengah terbuka Prilly menatap layar smartphone-nya melihat siapa yang sudah mengganggu tidur cantiknya.

Mama Mertua calling...

Mama mertua, itu artinya Tante Linda Mamanya Ali. Prilly tidak pernah mengganti nama kontaknya meskipun Ali sudah tidak ada hubungan apa-apa lagi dengannya. Dengan terpaksa Prilly bangun dari tidurnya lalu duduk bersandar di kepala ranjang sambil mengucek matanya. Dilihatnya jam di layar smartphone-nya menunjukkan pukul satu lebih lima belas menit dini hari.

"Ada apa Mama nelepon malem-malem gini?" gumamnya.

Prilly mengulurkan ibu jarinya menggeser icon telepon berwarna hijau untuk menerima panggilan.

"Halo, Ma!" sapa Prilly dengan suara seraknya khas orang bangun tidur. Prilly memang memanggil Linda dengan sebutan Mama.

Untuk beberapa detik tidak terdengar jawaban di seberang telepon tapi kemudian malah isak tangis yang terdengar, membuat perasaan Prilly tiba-tiba cemas mendengar suara tangisan Linda.

"Ma! Halo! Mama kenapa, Ma?" Prilly seketika panik.

"Ali, Prill ...." Suara Linda terdengar parau.

"Ali kenapa? Apa yang terjadi sama Ali, Ma?" tanya Prilly tidak sabar.

"Ali kecelakaan, Prill."

"Apa?!"

Mata Prilly membulat sempurna. Jantungnya seakan berhenti berdetak. Sebelah tangannya menutup rapat mulutnya yang sedikit menganga. Apa yang ditakutkan Prilly akhirnya terjadi juga,

"Tapi Ali baik-baik aja kan, Ma?" Air mata Prilly mulai meleleh begitu saja.

"Ali masih ditangani dokter di IGD," jawab Linda sedikit terbata di tengah isak tangisnya.

"Mama di Rumah Sakit mana?"

"Rumah Sakit Medika."

Setelah mendapat jawaban Prilly langsung memutus sambungan teleponnya. Dengan terburu-buru ia beranjak dari tempat tidurnya, mengambil jaket yang tergantung di belakang pintu dan segera menancap gas mengendarai mobilnya sendirian menuju Rumah Sakit yang dimaksud. Ia seolah tidak memedulikan waktu yang sudah hampir dini hari, karena kekhawatirannya lebih besar mengalahkan rasa takutnya.

Sesampainya di Rumah Sakit, Prilly langsung memarkirkan mobilnya dan berlari mencari keberadaan Linda.

"Mama!" panggil Prilly ketika melihat Linda sedang duduk di kursi tunggu di depan ruang IGD.

Linda langsung berdiri menyambut kedatangan Prilly dan memeluknya sambil menangis. Prilly pun tak kuasa menahan air matanya hingga membasahi pipinya, apalagi mendengar isak tangis pilu Linda di pelukannya.

"Gimana keadaan Ali, Ma?" tanya Prilly setelah ia melepas pelukannya perlahan sembari mengusap air mata Linda, lantas mengusap air matanya sendiri.

"Ali masih ditangani dokter. Mama belum tau pasti bagaimana keadaannya, tapi motornya rusak parah," jawab Linda kembali terisak.

"Ali balapan lagi? Pake motor?"

"Ya, begitulah. Padahal Mama sudah berkali-kali melarang dia, tapi dia tetap keras kepala. Beginilah jadinya."

"Mama yang sabar ya. Ali itu kuat. Prilly yakin Ali pasti baik-baik saja," ucap Prilly mencoba menenangkan, walau sebenarnya ia sendiri diliputi ketakutan yang luar biasa.

Still Love You (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang