Part 7

163 4 0
                                    

Aku harus belajar!!

Harus!!

Ini demi Mama, Papa dan Chittsa!!!

5 menit kemudian

  "Duh bosen ngeliatin buku mulu. Lagian ini apaan sih kimia organik segala nyempil di UAS!" celotehku kesal karena harus berhadapan dengan hafalan-hafalan yang menurutku mirip satu sama lain.

  Buka hp aja kali ya, refreshing.

Terlihat notifikasi dari Whatsapp yang sudah menggunung. Kubuka aplikasi Whatsapp dan melihat menu utama dimana ada chat-chat dari grup kelas, grup angkatan, Jean, Beam dan genk lamaku.

  Rose mengeluarkan anda

  Kira-kira begitulah notif dari whatsapp genk lamaku. Harus bersyukur atau harus bersedih aku juga tidak tau. Tapi yang jelas beban dari genk tidak jelas itu sudah perlahan-lahan memudar, walaupun bertemu mereka disekolah tetap membuatku bosan dan malas.

Beam : Li, lo ada kisi-kisi kimia gak?
Lisa.   : Ada. Mau gue fotoin?
Beam: iya nih hehe. Makasih ya 😍

Eh apaan nih emotnya aku jadi baper ?! Tenang, Lis. Mungkin salah pencet. Ingat Raivan ingat Raivan. Fyi guys, Raivan udah pindah sejak sebulan yang lalu, ya tepat sehari setelah aku bertemu dengannya di restoran cepat saji itu.

  Sedetik kemudian muncul lagi notifikasi whatsapp dari Beam.

Beam. : eh sori salah tekan,Li. Maksudnya emot ini 😁

Lisa. : haha gapapa kok, Beam. Bentar ya gue fotoin.

  Setelah mengirim foto kisi-kisi itu, tanpa sadar jariku menyentuh ikon instagram. Terlihat disana uploadan foto-foto Chittsa idolaku. Ya ampun!! Aku semakin gak sabar ke Thailand. Jari-jariku dengan lincah menscroll layar untuk melihat lebih banyak lagi foto Chittsa. Argh!! Gustiii jodohkan aku dengan Chittsa dongg... Ya ya ya ya. Mohonku dalam hati ketika melihat foto Chittsa yang tengah tersenyum sambil menampakkan gigi yang semakin membuatnya imut.

  Aku lalu melihat akun-akun fanbase dari Chitssawangdee Pawat itu. Disana terlihat Chittsa tengah memeluk Sitt, lawan mainnya di series Make It Right. Series gay itu memang terkenal dikarenakan pemain-pemainnya yang imut dan ganteng serta ceritanya yang termasuk ringan.

  "Duh Sitt... Gantian aja ama gue gih. Lo sama Raivan aja deh hehe wkwkwk." aku tertawa sendiri mendengar ucapanku. Aneh memang.

  "Apaan sih,Lis. Mending Raivan yang normal dong." celetuk Jean yang datang entah darimana dan sejak kapan dia masuk kamar.

  "Eh kapan lo masuk kamar?? Kok ga ngetok?? Hiiii lo beneran Jean kan???" tanyaku bertubi-tubi lalu memastikan apakah kaki Jean masih napak atau tidak.

  "Iya nih gue Jean. Lo nya aja yang serius banget fangirlingan. Liat nih kaki gue." dia lalu memajukan kakinya dan hampir saja menyentuh mukaku. Ihhhh bauuu.

  "Duh gini amat punya temen gak sopan... Kecewa aku." aku lalu berbalik badan melanjutkan aktivitasku tadi.

  "Hehe maaf deh. Tapi ga bau kan?" cengir Jean yang masih berada dibelakang kursiku

  "Bau goblik!!" teriakku namun masih berkutat pada hape.

  "Eh typo, goblok!" balas Jean sambil menoyor kepalaku.

  Aku mengacuhkan Jean.

.
.
  "Li, lo gak belajar?" tanya Jean. Aku menoleh kebelakang, mendapati ia sedang duduk di meja belajarnya.

  "Eh iya duh!!! Tadi niatnya mau belajar nih." aku menggeplak jidat lalu mematikan hp untuk lebih fokus lagi.

*****

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 11, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

STAYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang