Part 6

16 6 0
                                    

      Entah apa yang mendorong adiva berada di dalam kafe pelangi saat ini, ia melirik jam tangannya 16.10 sudah lewat dari jam yang di janjikan
      Adiva menggerutu dalam hati,untuk apa dia menanti lelaki itu. Tujuannya kesini bukan untuk menemui Rey, pikirannya menolak kenyataan.

   " ah sial, Rey pasti hanya menipuku. Laki laki itu tak pernah serius dalam segala hal" ujar adiva dan langsung tersadar memang tujuannya ke sini untuk menemui Rey meskipun otaknya menolak kenyataan, perasaannya tidak bisa berbohong.

    "Sory telat" Sapa Rey langsung menyentakan Adiva dari pikirannya. Melihat senyum tak bersalah di wajah Rey membuat Adiva mendadak di serang kesal
     " siapa juga yang nungguin lo" jawab Adiva jutek
    " gak usah bohong sama gue. Sory buat lo nunggu, gak usah ngambek gitu jadi makin cantik " tembak Rey santai

       Adiva kaget. Rey sepertinya bisa membaca pikirannya. Rey sering mengatakan sesuatu yang pas dengan kondisinya meskipun Adiva tak pernah mengatakannya.

    "Lo udah siap makannya? Cabut yuk" ajak Rey, Rey meletakan beberapa lembar uang di atas meja kemudian menarik lembut tangan Adiva keluar dari kafe
    " lo nyebelin banget sih, udah datang telat pake narik narik segala lagi " ujar Adiva sinis tapi tak sadar kata-katanya secara tak langsung mengakui dirinya memang menunggu Rey
    " jangan marah-marah mulu. Lo gak akan nyesel kok " kata Rey membawa Adiva masuk ke dalam mobilnya
    Sepanjang perjalanan yang entah tujuannya kemana mereka hanya di temani senandung lagu human milik christina perri, liriknya menarik perhatian Adiva membuatnya sesekali ikut menyandungkan lagunya. Rey sesekali melirik ke arah gadis bermata bulat di sebalahnya. Ia mengerti isi hati gadis itu, ia bahkan tau semua tentang gadis itu.
      Setelah 1 jam perjalanan mereka tiba di sebuah pantai berpasir putih, Adiva menunduk sedih tak menyangka lelaki itu akan membawanya kesini, dan ia menyesal sekarang memutuskan untuk mengikuti Rey. Pantai adalah tempat yang paling di hindarinya setelah  Nando meninggalkannya, tempat seperti ini hanya membangunkan luka yang berusha ia tenggelamkan kehadirannya. Terlalu banyak kenangan dan harapan yang sudah ia pupuk di pantai untuk Nando.

      Rey sadar membawa Adiva ke sini sama saja membawa gadis itu masuk ke tempat di mana sudah menghabiskan banyak waktu dengan lelaki lain, tapi ia ingin berbagi sesuatu dengan gadis itu lewat tempat ini.

    "Yuk!" Ajak Rey menyusuri pantai

      Adiva berjalan lambat. Kakinya terlalu berat di langkahkan untuk menyusuri tepian pantai, Tapi Rey menarik tangannya lembut untuk mengikuti langkah lelaki itu. Rey menbawanya duduk di sebuah batu besar dan mendiamkannya, laki laki itu memang menyebalkan, membawanya ke sini tapi hanya untuk diam saja. Bermenit menit berlalu dalam kesunyian akhirnya Rey membuka suara

    " gue tau sebelum ini lo pecinta pantai" ujar Rey, Adiva diam masih berusha menebak arah pembicaraan Rey
   " jangan menjadikan orang lain sebagai alasan lo membenci sesuatu Adiva, terkadang kita gak bisa seegois itu membenci sesuatu yang kita suka karna orang lain sempat memberikan kenangan buruk pada hal kita suka" Rey berujar bijak pandangannya tertuju pada Gadis di depannya memyiratkan dia serius

    Adiva kaget mendengar apa yang di lontarkan lelaki di depannya, Rey memang aneh terlalu sulit di tebak. Selalu tau apa isi hatinya dan terkadang membuat Adiva berpikir Rey bisa membaca pikirannya. Adiva tak pernah mengatakan apa pun pada Rey tidak menceritakan luka nya pada siapapun, tapi entah bagaimana kata kata lelaki itu selalu menohok tepat di hatinya selalu tepat dengan keadaan hatinya. Terkadang lelaki itu datang meningkatkan amarahnya tapi selalu terselip pembelajaran yang membuatnya melihat masalah tak hanya dari satu sisi saja. Lelaki itu membuatnya merasa.... entaah bahkan ia tak mengerti ia selalu kesal mengingat Rey tapi hatinya tak bisa berbohong kata kata Rey selalu benar dan hatinya terus mengikuti apa yang dikatakan seperti terhipnotis

      " gue gak memaksa lo, tapi ikuti kata hati lo" Rey menenangkan perasaan Adiva yang kacau mendengar kata katanya

     " kita main pasir yuk" ajak Adiva menarik tangan lelaki itu. Rey tersenyum senang ajakan Adiva adalah berhasilnya bujukannya untuk Adiva

     Langit mulai menghitam, sedangkan kedua orang tadi masih sibuk menghabiskan waktu di tepian pantai meyusuri hamparan pasir putih, deburan ombak yang menemani kebahagiaan mereka.
   
    
    

UntilTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang